“Diri & Kedirian”, Pameran Seni Rupa Komunitas Seni Arek Pakis Surabaya

Bertempat di Galeri Prabangkara Taman Budaya Jawa Timur, Komunitas Seni Arek Pakis Surabaya menggelar pameran seni rupa bertajuk “Diri dan Kedirian”. Pameran ini merupakan kelanjutan dari beberapa pameran sebelumnya yang pernah dilakukan oleh Komunitas Seni Arek Pakis Surabaya. Beberapa kali pameran pernah mereka lakukan di beberapa tempat di Surabaya, dan pada tanggal 26-28 Agustus mereka berpameran di Galeri Prabangkara Taman Budaya Jatim.

Foto dok./TBJT.

“Diri dan Kedirian” adalah sebuah tema pameran yang coba diusung yang mengandung makna sebuah bangunan format eksistensial spirit seorang perupa, bukan sekedar eksis atau sekedar survival, melainkan meng”Ada” yang mana bentuknya adalah mampu berpameran tunggal secara sendiri-sendiri dan mendialogkannya sebagai tanggung jawabnya sendiri akan keberadaan manusia yang memang secara alaminya membeda-bedakan diri. Seniman yang eksis itu apa? Seniman yang eksis adalah manusia yang telah “ada”, sadar bahwa dia ada/being, sadar akan dirinya dan bertindak penuh atas dirinya sendiri, begitulah kesadaran eksistensial atau kedirian yang eksis. Bukan eksis dalam arti keterkenalan, followernya banyak, yang ng-like banyak, banyak ditanggapi, bersifat sekedar pencitraan, melainkan sadar siapa dirinya, mengontrol diri secara penuh dan bertindak sesuai hasil keputusannya sendiri.

Foto dok./TBJT.

Kebalikan dari eksistensialis adalah kerumunan, akeh tunggale, tentang kerumunan bukan berarti harus selalu negative. Kerumunan atau dalam bahasa sehari-hari adalah tren/ngetren/sedang in/ tidak jarang hanyalah bentuk uforia atau secara mudah dikatakan sebagai ideology yang banyak dianut oleh kebanyakan orang, ideology umum, umumnya, normative, normal-normal saja. Komunitas Seni Arek Pakis Surabaya  berusaha menampilkan sajian pameran dengan gaya mereka sendiri tidak seperti bentuk pameran pada umumnya, tidak selalu menampilkan karya karya yang menggambarkan situasi atau kritik yang sedang terjadi di masyarakat. Mereka mengungkapkan ekspresi mereka sesuai imaji yang mengalir begitu saja dalam ide ide mereka. Karya yang membutuhkan daya pikir ekstra untuk mampu menangkap makna dari hasil goresan mereka. Tidak terlalu penting para penikmat seni rupa memahami apa makna goresan kuas mereka. Mereka ingin mengungkapkan ekspresi sesuai dengan ungkapan dalam batin mereka, tanpa terikat dengan kemasyhuran, keterkenalan, tren, kecenderungan popularitas dan lain-lain, yang malah membuat mereka membunuh diri dan kedirian (baca: kreatifitas) mereka sendiri. Pameran diikuti oleh 13 (tiga belas) perupa, masing masing perupa memamerkan 1 (satu) karya, diantaranya  adalah:

Foto dok./TBJT.
  1. Agus Balung/”Konsekwensi” 2019, Panel 160×50 cm. Mix Media
  2. Awik/”Pancaran Kebahagian” 2018, 100×100 cm. Acrylic on Canvas
  3. Didik Tirtosari/”Realitas Absolut” 2018, 60×60 cm. Mix Media – Kardus
  4. Eko Swan/”Buah Bibir” 2008, 90×70 cm. Oil on Canvas
  5. Indra HY./”Masih Belum Sempurna” 2019, 75×5 cm. Acrylic on Canvas
  6. Kamil Arsana/”Gerwarase” 22019, 60×40 cm. Acrylic on Canvas
  7. M. Amin Rais Anwar (Aneg)/”Ilmuwan & Seniman” 2019, 55×40 cm. Water Colour on Paper
  8. Mixolydian Purwanto/ “Faktisitas” (Diversity) 2019, 53×74 cm. Mix Media on Paper
  9. Pudji Kustiawan/”Penjaga Martabat” 2019, 120×70 cm. Oil on Canvas
  10. Rachmad/”Kebebasan” 2019, 80×60 cm. Acrylic on Canvas
  11. Rachmad M. Sang/”Optimis” 2018, 150×70 cm. Batik
  12. Sigit Tamtomo/”Just Because” 2019, Dimensi Variable. Kain, Logam
  13. Slamet Budiono/“Yang Kemarin” 2018, 250×140 cm. Arang on Paper.(san)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.