Workshop Pendokumentasian Seni Budaya 2019
Indonesia terkenal sebagai negara dengan beragam seni dan budaya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tak terhitung jumlah dan ragamnya, masing-masing daerah punya ciri khas dan keunikan tersendiri. Namun, sangat disayangkan keragaman seni budaya tersebut justru banyak sekali yang tidak terdokumentasi dengan baik dan benar. Baik teknik pengambilan gambar maupun cara penyimpanannya. Hal tersebut terjadi karena lemahnya sumber daya manusia yang menguasai tentang teknik pendokumentasian seni budaya dengan baik dan benar. Berapa banyak dokumentasi seni budaya di Indonesia yang pada akhirnya menjadi tidak menarik untuk disaksikan dan dipakai sebagai bahan kajian dan pengembangan karena teknik pengambilan gambar yang terkesan asal-asalan. Hal itu terjadi juga di Jawa Timur yang terkenal sebagai Provinsi dengan kekayaan seni budaya yang luar biasa.
Taman Budaya Provinsi Jawa Timur sebagai lembaga teknis kesenian dibawah Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, melalui seksi Dokumentasi dan Publikasi mengadakan workshop tentang tata cara pendokumentasian seni budaya dengan baik dan benar. Acara diselenggarakan selama 2 hari yakni Rabu-Kamis tanggal 24-25 Juli 2019 bertempat di Pendapa Jayengrana Taman Budaya Jatim. Materi workshop meliputi teknik fotografi, videografi (pembuatan video dokumenter) dan penyimpanan hasil dokumentasi pada media digital. Kegiatan ini diikuti oleh 80 peserta yang dalam keseharian bertugas sebagai seorang dokumentator dari kantor dinas yang membidangi seni dan budaya di 38 Kabupaten/Kota seluruh Jawa Timur, dengan masing-masing mengirimkan 2 orang peserta. Juga ditambah dengan beberapa SMK dan perguruan tinggi seni yang ada di Surabaya. Melalui diselenggarakannya workshop seni budaya ini diharapkan ketrampilan para peserta dalam bidang dokumentasi seni budaya akan meningkat dan mampu menghasilkan hasil dokumentasi yang maksimal, baik berupa foto, video dan juga cara penyimpanan yang mudah, baik dan benar.
Waktu pelaksanaan yang hanya 2 hari mengharuskan para peserta untuk bisa semaksimal mungkin menyerap materi yang disampaikan oleh para narasumber sebagai bekal mereka untuk semakin meningkatkan kwalitas hasil pekerjaan dokumentasi mereka di daerah nantinya. Dimoderatori oleh Sudibyo Eddy S (Surabaya-Media) dan Solikin Amir (SMK Dr. Soetomo Surabaya). Adapun Tiga narasumber yang ditunjuk oleh Taman Budaya merupakan orang-orang yang mumpuni dalam bidangnya. Mereka adalah:
- Christanto Wibisono seorang Pekerja Seni yang terus aktif berproduksi dengan film-film dokumenter yang bermarkas di Padepokan Seni Resi Rajani Surabaya, menyampaikan makalah dengan judul: Dasar Sinematografi Dan Dokumenter
- F.G. Pandhuagie seorang Pekerja Media & Seni – Asosiasi Tradisi Lisan (ATL) Yogyakarta, menyampaikan makalah dengan judul: Dokumentasi Seni Pertunjukan Tak Sekedar Membingkai Gerak.
- Anasrul Yusak, S.Kom. dari TVRI Jawa Timur, menyampaikan makalah dengan judul Pengenalan Media Penyimpanan Digital.
Acara dibuka oleh PLT. Kepala Taman Budaya Provinsi Jawa Timur Drs. Edi Irianto, MM. yang dalam sambutannya berharap agar sistem dokumentasi seni budaya di wilayah provinsi Jawa Timur yang sedang dikembangkan terbangun secara sitematis dan mudah diakses oleh masyarakat, sebagai bentuk nyata dalam upaya pengelolaan serta pelestarian kesenian dan kebudayaan yang tersebar luas di wilayah provinsi Jawa Timur. Untuk itu penyelenggaraan workshop kali ini diharapkan mampu menambah ketrampilan para peserta sebagai bekal tambahan ketika pulang ke daerahnya masing-masing, sehingga mampu menjadikan para peserta menjadi seorang dokumentator yang baik yang secara langsung ikut bertanggung jawab pada perkembangan dan kelestarian seni budaya khususnya yang ada di Jawa Timur.
Pelaksanaan workshop terbagi dalam tiga tahap, yakni: teori, praktek dan presentasi hasil praktek. Proses praktek dilakukan dengan cara mendokumentasikan langsung satu grup Kesenian Jaranan Turonggo Sabrang dari Kabupaten Sidoarjo secara indoor (dalam ruangan) dan outdoor (luar ruangan). Proses praktek pendokumentasian dilakukan dengan media rekam fotografi dan videografi. Pada proses pengambilan gambar secara outdoor (luar ruangan) dilakukan di halaman sisi barat Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, pada suasana sore hari dimana pada saat itu obyek gambar terbaik bisa dihasilkan karena cahaya matahari yang tidak terlalu terang dan juga tidak terlalu gelap. Sedangkan proses pengambilan secara indoor dilakukan di dalam gedung kesenian Cak Durasim pada malam hari, dengan pernik-pernik lampu warna-warna sebuah panggung pertunjukan, dan proses pengambilan gambar yang tidak sebebas ketika diluar gedung pertunjukan. Di dalam gedung pertunjukan penonton adalah raja demikian menurut Christanto Wibisono, sehingga wajib bagi para dokumentator (peserta) mengambil posisi pengambilan gambar dengan menetap pada satu tempat. Contoh pengalaman-pengalaman seperti itu tentu saja menjadi pengetahuan baru bagi peserta workshop yang mungkin tidak/belum pernah mengabadikan peristiwa seni budaya yang terikat pada satu aturan yang wajib dipatuhi oleh seorang dokumentator.
Setelah selesai praktik peserta diberi kesempatan mengedit hasil karya mereka menjadi sebuah hasil karya fotografi dan video dokumenter yang kemudian disimpan dalam bentuk digital dan dipresentasikan di depan peserta lainnya. Koreksi dari narasumber disampaikan sebagai catatan perbaikan karya mereka. (san)