Sarasehan Seniman (Pedalangan) Jawa Timur 2019 Dengan Tema “Peran Dalang Dalam Era Milenial”
Taman Budaya Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu institusi Pemerintah Provinsi Jawa Timur di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk kesekian kalinya menyelenggarakan Sarasehan Seniman Pedalangan. Mengangkat tema “Peran Dalang Dalam Era Milenial” sarasehan diselenggarakan pada hari Rabu, 22/05/2019 bertempat di Pendopo Jayengrana Taman Budaya Jawa Timur, diikuti oleh 75 dalang dari Kabupaten Kota se-Jawa Timur.
Acara berlangsung mulai pukul 13.00 wib sampai dengan 24.00 wib dan dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sinarto, S.Kar. MM. Poin penting dalam sambutannya Sinarto mengatakan, kebudayaan menjadi bagian penting dalam penguatan jati diri dan karakter bangsa karena basis nilai-nilai luhur yang selalu terkandung di dalamnya. Keluhuran dan keanekaragaman warisan budaya bangsa telah mampu membuka mata dunia, karena beberapa warisan budaya kita telah diakui oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), melalui badan khusus yaitu UNESCO untuk kategori Intangible Cultural Heritage of Humanity yang salah satu diantaranya adalah wayang pada tahun 2003. Sarasehan Seniman (Pedalangan) adalah sebuah forum untuk memperluas wawasan, guna meningkatkan pengetahuan dan sarana saling bertukar pikiran mengenai seni pedalangan dan berbagai problematikanya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kualitas intelektual dan kreatifitas seniman dalang.
Dimoderatori oleh R. Djoko Prakoso S.Sn., M.Sn. acara berlangsung dua sesi, sesi pertama penyampaian materi oleh narasumber Nanang HP (Sekretaris Pepadi Pusat Jakarta) dengan judul “Dalang Dikejar Zaman”. Dilanjutkan oleh Narasumber Dr. Joko Susanto (FISIP UNAIR) dengan judul Makalah “Wayang Go Digital”. Pukul 16.30 – 20.00 wib dilanjutkan Prosesi pembukaan sekaligus buka puasa bersama dan ishoma. Pada sesi kedua narasumber yang menyampaikan materi adalah Dr. Sugeng Nugroho, S.Kar., M.Sn. dari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Surakarta dengan judul “Peran Dalang Di Era Generasi Milenial : Antara Harapan Dan Kenyataan” dan dilanjutkan oleh narasumber terakhir Prof. Dr. Djoko Saryono dari Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang dengan judul makalah “Wayang, Pendidikan, Dan Taman Budaya”.
Pelaksanaan sarasehan ini berlangsung pada bulan suci Ramadhan karena pada bulan inilah para dalang lebih punya banyak waktu untuk berkumpul karena pada bulan seperti ini biasanya mereka sedikit volume manggung (tanggapan) di tengah masyarakat. Tema yang diusung yakni “Peran Dalang Dalam Era Milenial” dimaksudkan agar para dalang mampu menyiapkan diri menghadapi hiruk pikuknya persaingan bisnis hiburan yang cenderung memanfaatkan teknologi digital terutama pada segmen anak muda milenial. Generasi muda yang secara umum sangat minim mengenal wayang apalagi ditambah dengan kurangnya penguasaan terhadap bahasa Jawa menjadikan sebuah tantangan bagi para dalang untuk membuat wayang itu diminati dan disukai oleh generasi milenial itu. Semua narasumber mengupas tuntas persoalan itu bahkan sampai pada trik-trik bagaimana wayang itu bisa dijual secara konsep digital. Sangat menarik memang, mayoritas para peserta (dalang) merasa sangat banyak menerima ilmu pengetahuan yang disampaikan oleh para narasumber. Mereka (para dalang) juga berharap Taman Budaya menyelenggarakan acara seperti ini setiap tahun sebagai bekal mereka dalam menghadapi persaingan bisnis hiburan yang semakin keras dalam perjalanan zaman. (san)