Gelar Seni Purnama Reog Ponorogo

Reog Ponorogo adalah kesenian asli yang lahir di kabupaten Ponorogo Jawa Timur sejak zaman kerajaan Majapahit. Setidaknya ada dua versi tentang kemunculan reog di Ponorogo yang jadi rujukan para peneliti kesenian. Pertama, versi Wengker, menceritakan Ki Ageng Kutu (Demang Suryongalam), abdi Kerajaan Majapahit, mendirikan padepokan di Wengker serta menciptakan kesenian reog sebagai sindiran dan perlawanan kepada Raja Brawijaya V. Kedua, versi Bantarangin, mengisahkan lamaran Kelana Sewandana, raja Bantarangin, kepada putri Kediri, Dewi Sanggalangit. Salah satu syarat lamaran adalah dibuatkan gamelan model baru dan manusia berkepala harimau.

Foto dok. okto TBJT

Kesenian reog sendiri terus bertahan melintasi waktu sehingga mengalami pasang surut akibat dijadikan alat politik terutama pada zaman setelah kemerdekaan. Reog pernah dilarang tampil di muka umum akibat menjadi alat politik propaganda oleh salah satu partai terlarang di Indonesia. Namun akhirnya reog kembali dimunculkan dan dipentaskan karena semakin cairnya situasi politik tanah air. Beberapa penyesuaian dan modifikasi dilakukan sesuai perkembangan zaman. Jathil, misalnya, yang semula ditarikan oleh gemblak, lelaki berparas ayu, digantikan penari putri. Gerakannya pun menjadi lebih halus, lincah, dan feminin. Reog yang pada awalnya lebih mengedepankan unsur-unsur mistis di dalamnya perlahan-lahan mulai dihilangkan dengan lebih menonjolkan unsur seni dan estetikanya, dan beberapa perubahan lainnya sehingga berbentuk seperti reog sekarang.

Ada dua ragam bentuk reog Ponorogo yang dikenal saat ini, yakni Reog Obyog dan Reog Festival. Reog obyog, yang hidup di pedesaan, sering pentas di pelataran atau jalan tanpa mengikuti pakem tertentu. Biasanya mengisi acara hajatan, bersih desa, hingga pementasan semata untuk menghibur. Sedangkan Reog Festival sudah mengalami modifikasi dan ditampilkan sesuai pakem dalam acara tahunan Festival Reog yang diadakan Pemerintah Kota Ponorogo sejak 1997.

Foto dok. okto TBJT

Taman Budaya Jawa Timur selaku Unit Pelaksana Teknis yang menangani pergelaran kesenian di Jawa Timur mencoba mengangkat kesenian reog dengan tajuk “Gelar Seni Purnama Reog Ponorogo”. Gelar Seni Purnama Reog Ponorogo merupakan program fasilitasi yang baru pertama kali diselenggarakan oleh Taman Budaya Jawa Timur, dengan maksud dan tujuan untuk lebih mempererat jaringan komunitas reog dan jaranan terutama yang berada di kawasan Gerbangkertasusila. Bertempat di Panggung Terbuka Taman Budaya Jawa Timur pada 14 Oktober 2022 jam 20.00 wib., Gelar Seni Reog Ponorogo dilaksanakan. Tema yang diusung pada pergelaran ini adalah “The Land of Reognesia”. Pergelaran berlangsung kurang lebih selama 1 jam. Sajian reog yang ditampilkan lebih mendekati bentuk reog festival yang dimainkan di atas panggung terbuka.

Dua penyaji yang mengisi Gelar Seni Purnama Reog Ponorogo adalah: sajian reog dan jaranan Komunitas Purbaya dari Kota Surabaya. Disamping gelar dua jenis kesenian yakni reog dan jaranan, juga dibuka stand kuliner yang menjadi ciri khas asal dua kesenian tersebut yakni Nasi Gule Kambing dan Nasi Pecel. Bisa dinikmati dengan harga yang terjangkau merakyat. Beberapa komunitas yang diundang untuk meramaikan kegiatan ini diantaranya: Turonggo Aulio Utomo (TAU) Surabaya, Seni Reyog Ponorogo Singo Wibowo Surabaya, Sanggar Seni Pudak Arum PT Semen Indonesia Persero (Tbk.) Gresik, Grup Pecinta Seni (GPS) Lamongan, Bolo Reyog Mojokerto, Reog Jaranan Campursari PASTALA Kabupaten Lamongan.

Antusiasme penonton untuk menyaksikan pergelaran reog ini sangat luar biasa. Penonton membludak, kursi yang disediakan oleh panitia tidak mencukupi sehingga banyak menonton memanfaatkan sisi-sisi kosong di seputar panggung terbuka untuk melihat degan cara duduk di lantai, walau hujan sempat mengguyur. (spd)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

One thought on “Gelar Seni Purnama Reog Ponorogo

  • 14 Juni 2023 pada 21:54
    Permalink

    Sono molto affascinato da questa vostra cultura,ragazze che ballano con eleganza ,uomini che si cimentano nell’arte della guerra , vorrei gentilmente se fosse possibile documentarmi sulla vostra cultura grazie

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.