Menuju Gelar Komposer 2022 Yuddan Siapkan Pola Pertunjukan Yang Unik
Oleh: Yudhistira Sugma Nugraha
Menyaksikan konser musik tidak melulu tentang sajian lagu-lagu atau gending-gending yang mampu membawa audiens ke dalam dimensi lain. Tetapi gestur tubuh dan konsep pertunjukan menjadi salah satu penunjang yang tak kalah dalam sebuah konser musik. Bayangkan saja materi lagu yang disajikan sudah terkesan sangar (keren), tetapi tubuh sang musisi dan konsep pertunjukannya tidak dipikirkan. Alhasil karya yang disajikan bisa jadi tidak akan maksimal, bahkan pesan yang akan disampaikan dalam karya itu sulit untuk dimengerti oleh penikmatnya. Aduh, jangan sampai hal ini dialami oleh Sang Komposer yang akan tampil di acara Gelar Komposer Tahun 2022, semoga.
Sejatinya, konsep pertunjukan yang baik tidak hanya berlaku pada seni tari dan teater yang cenderung menggunakan properti artistik untuk menunjang karya yang akan disajikan. Tetapi, musik dalam konteks konser pun juga harus memikirkan hal ini. Karena dalam konser musik, penonton tidak lantas hanya mendengarkan repertoar lagu atau gending yang disajikan. Tetapi penonton juga akan melihat secara visual bagaimana busana yang dikenakan para musisi, gaya bermusiknya, properti yang digunakan, serta konsep pencahayaan yang diterapkan dalam karya itu. Oleh karenanya, dibutuhkan elemen-elemen pendukung lainnya di luar sajian musikal agar karya yang disajikan mampu membuat penonton malas beranjak dari tempat duduknya.
Pada acara Gelar Komposer Tahun 2022 ini, Yuddan mencoba untuk mengemas karyanya dengan pola pertunjukan yang berbeda dari komposer-komposer lainnya. Selain menonjolkan kekuatan vokal yang begitu menggelengar, ia juga akan menyajikan pola pertunjukan yang memanjakan mata para penonton yang menyaksikan karyanya. Gerak tubuh dan pola lantai yang sedikit menguras tenaga akan disajikan di tengah-tengah bagian karya Mojhi. Tidak sekadar itu, jika melihat cuplikan latihan yang diunggah di Whatsapp milik salah satu pendukung karyanya, ada bagian dimana hentakan kaki menjadi kekuatan pola ritme dalam repertoar tertentu. Hentakan kaki itu seolah tidak kalah dengan kerasnya hentakan kaki pada lagu “terpesona” yang bawakan oleh segerombolan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Hanya saja apabila lagu ‘terpesona’ dilakukan oleh TNI yang memiliki badan kekar dan besar, pada karya ini hentakan kaki itu dilakukan oleh segerombol orang berbadan kurus dengan tulang rusuk yang membentang indah dari ujung rusuk ke arah ulu hati. Apa yang akan terjadi ketika hentakan kaki itu dilakukan oleh seorang yang berbadan kurus?, jika anda tidak ingin mati penasaran (meminjam jargon salah satu komika asal Madura yakni Tretan Muslim), mari kita simak bersama-sama penampilannya pada tanggal 11 Maret di Gedung Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur.
Yuddan dengan karyanya yang memiliki konsep pertunjukan yang unik, menjadi salah satu pilihan tontonan yang dapat menghibur di tengah-tengah persoalan virus covid-19 yang tak kunjung usai. Sudah saatnya kita bangkit dari keterpurukan ini, mari bersama-sama kita bersenang-senang menyaksikan karya-karya musik lintas gaya yang akan ditampilkan di Gedung Cak Durasi Taman Budaya Jawa Timur mulai tanggal 10-12 Maret. Semoga dengan adanya ruang ini semua bisa pulih kembali laiknya sang komposer yang kembali bebas untuk mengekspresikan gejolak jiwa. Selamat berjumpa di gedung Cak Durasim, salam budaya.