Berita

Perekaman Musik Tradisional Daerah Banyuwangi

Banyuwangi, Kabupaten di ujung timur pulau Jawa disamping dikenal dengan pesona alamnya yang indah dan subur, juga menjadi tempat bagi tumbuh berkembangnya berbagai seni budaya yang kaya dan beragam. Keberagaman seni budaya ini menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat Banyuwangi dan terus dilestarikan hingga saat ini.

Foto dok. TBJT

Sejak jaman Blambangan kuna sampai jaman Banyuwangi modern  saat ini, Masyarakat Using Banyuwangi sepertinya tak pernah kehabisan ide untuk membuat syair lagu Banyuwangian. Ada saja selalu sumber ide yang dapat dijadikan tema lagu dan syair-syairnya. Dari yang ungkapan perasaan cinta, perjuangan, cita-cita, kegiatan dalam kehidupan sehari-hari bahkan pula kritik dan senda gurauan. Masyarakat Using Banyuwangi memang punya kelebihan dalam hal syair lagu dan tetembangan. 

Di jaman dahulu syair dan lagu itu disebarkan oleh penari gandrung dari satu desa ke desa lainnya. Saat itu masih belum ada media rekam seperti sekarang ini. Cara penyebarannya ya hanya dari mulut ke mulut seperti orang menyampaikan berita dalam bahasa lisan saja. Tidaklah heran jika banyak syair yang berubah sedikit banyaknya karena hanya berpegang pada lisan saja tanpa diperkuat dengan tulisan.

Di jaman Kolonial Belanda gandrung lanang seperti gandrung Marsan keluar masuk dari desa ke desa dan dari hutan ke hutan untuk menyampaikan pesan-pesan perjuangan lewat syair dan lagunya yng ditembangkan saat dia “ngamen” (menyamar agar tidak diketahui penjajah belanda).  Syair dan lagu-lagu yang dibawakannya syarat akan pesan dan kabar yang tersembunyi untuk meyambung lidah perjuangan mengusir penjajah saat itu. Dalam masa itu semua syair dan lagu memang masih anonim dan penciptanya disembnunyikan agar tak mudah diketahui penjajah. Kebijakan Pemerintah Kolonial saat itu sangatlah kejam kepada para pejuang kemerdekaan. Jika sampai ketahuan maka hukumannya adalah mati. Sehingga Pesan dan kabar dan perjuangan selalu disimbolkan dengan rangkaian kata yang indah.

Foto dok. TBJT

Sampai saat ini musik tradisional Banyuwangi dengan pencipta anonim masih terus hidup dimainkan di kalangan masyarakat Banyuwangi. UPT. Taman Budaya sebagai institusi pemerintah di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur yang salah satu tugas pokok fungsinya berkaitan dengan pekerjaan pendokumentasian kesenian, melaksanakan perekaman musik tradisional yang anonim tersebut. Ke depan karya-larya anonim tersebut akan didaftarkan sebagai sebuah kekayaan intelektual milik Jawa Timur.

Kegiatan ini merupakan proses perekaman musik tradisional Banyuwangi dengan out put berupa audio dan hanya dalam bentuk instrumental. Alat-lat musik yang digunakan dalam perekaman diantaranya Angklung Banyuwangi, biola, seruling dan gong. Angklung Banyuwangi merupakan alat musik yang terbuat dari bilahan atau tabung bambu, yang disusun dari nada terendah hingga tertinggi. Nada tersebut tersusun dalam tangga nada selendro khas Banyuwangian. Angklung ini biasanya disusun dalam tiga oktaf tangga nada pentatonik selendro Banyuwangian sebanyak 15 nada. Nada rendah terletak pada bagian kiri penabuhnya, dan disusun berurutan sampai nada tinggi terletak di sebelah kanan.

Proses perekaman dilaksanakan pada hari Rabu, 7 Mei 2025, mulai pukul  08.00 wib. sampai dengan selesai bertempat di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jatim. Ada 12 (dua belas) musik tradisional Banyuwangi yang direkam, musik tersebut semuanya anonim tapi sangat dikenal terutama di kalangan masyarakat Banyuwangi. Keduabelas musik tradisional Banyuwangi tersebut diantaranya adalah :

  1. Embat-embat
  2. Gurit Mangkir
  3. Kembang Waru
  4. Santri Moleh
  5. Sekar Jenang
  6. Layar Kemendung
  7. Opak Apem
  8. Erang-erang
  9. Tetel-tetel
  10. Gerang Kalong
  11. Kosir-kosir
  12. Keok-keok
Foto dok. TBJT

Grup kesenian yang memainkan musik tradisional Banyuwangi untuk direkam adalah Sanggar Tari Gandrung Arum pimpinan Suko Prayitno, dengan alamat di Desa Trembelang Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi. Dengan melibatkan tenaga ahli maestro Gending Jawatimuran Bambang Sukmo Pribadi, musik tradisional Banyuwangi ini nantinya diharapkan akan menjadi sajian musik ketika memasuki bandara, hotel sebagai musik selamat datang. Di tengah gemerlapnya dunia modern, beberapa hotel telah memilih untuk merangkul keindahan tradisi dengan memperkenalkan alunan musik tradisional saat tamu pertama kali tiba di tempat mereka. Inilah yang menambahkan sentuhan khusus dan mengangkat pengalaman menginap menjadi lebih berkesan.

Salah satu jenis musik tradisional yang sering dipilih untuk menyambut tamu adalah musik tradisional Banyuwangi ini selain gending-gending Jawatimuran yang telah direkam sebelumnya. Nuansa Jawatimuran akan terasa bila musik asli Jawa Timur ini diperdengarkan. Daripada memutar musik tradisi Bali atau Sunda yang kurang pas dengan geografis hotel yang berada di wilayah Jawa Timur.

Memasukkan musik tradisional dalam pengalaman check-in hotel bukanlah sekadar kebetulan. Ini adalah bagian dari upaya yang lebih besar untuk memperkenalkan tamu kepada budaya lokal dan warisan musik yang kaya. Musik tradisional bukan hanya tentang alunan yang indah, tetapi juga merupakan cerminan dari sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tempat itu berasal.

Selain memberikan pengalaman yang lebih dalam bagi tamu, penggunaan musik tradisional di hotel juga memberikan manfaat lain. Hal ini dapat membantu mempromosikan seniman dan musisi lokal yang seringkali terpinggirkan oleh arus globalisasi. Dengan memberikan panggung bagi musik tradisional, hotel turut berperan dalam memelihara dan melestarikan warisan budaya yang berharga. (sn)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.