Artikel

RORO ANTENG DAN JOKO SEGER: SEJARAH LELUHUR YANG BELUM TERTULIS (Mengungkap Jejak Spiritual dan Arkeologis di Tengah Tradisi Lisan Tengger)

Oleh: Adiyanto (Pamong Budaya Ahli Muda Disbudpar Jatim)

Tidak semua sejarah ditulis dengan tinta di atas daun lontar atau diukir di atas batu. Di banyak tempat, sejarah diwariskan lewat tutur, laku ritual, dan keyakinan kolektif. Begitulah kisah Roro Anteng dan Joko Seger hidup di masyarakat Tengger bukan sekadar legenda, tetapi sejarah leluhur yang belum tertulis.

Kisah ini diyakini secara turun-temurun oleh masyarakat Tengger sebagai asal-usul keberadaan komunitas mereka. Roro Anteng dan Joko Seger bukan sekadar tokoh pewayangan atau rekaan mitologi, tetapi leluhur yang diyakini benar-benar pernah ada. Keyakinan ini ditopang oleh berbagai aspek spiritual, kesaksian lisan, serta bukti arkeologis berupa prasasti yang ditemukan di kawasan Bromo dan sekitarnya.

Dalam wawancara mendalam dengan Mbah Siswa Wardana, sesepuh adat dari Desa Jetak, dan Romo Dukun Pinandita Suyitno, terungkap bahwa masyarakat Tengger meyakini kisah ini sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah mereka. Menurut Mbah Siswa, Kusuma anak Roro Anteng dan Joko Seger bukan dikorbankan, tetapi secara spiritual mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkan masyarakat. Ini mempertegas nilai luhur pengorbanan dalam tradisi mereka.

Wawancara dengan Kepala Desa Jetak, Bapak Ngantoro, juga menguatkan hal ini. Beliau menyatakan bahwa cerita Roro Anteng dan Joko Seger adalah bagian penting dari identitas spiritual masyarakat Tengger. “Cerita ini bukan hanya dipercaya oleh sesepuh, tapi menjadi fondasi nilai hidup kami di sini,” tutur beliau. Menurutnya, kisah itu bukan sekadar dongeng, melainkan warisan keyakinan yang menjadi dasar kehidupan bersama. Pak Ngantoro juga menegaskan bahwa peringatan Kasada bukan hanya seremoni, tetapi ritual sakral yang menyambung hubungan antara generasi kini dengan para leluhur.

Foto: Adiyanto

Prasasti: Penguat Sejarah Lisan Komunitas Tengger

Seiring berkembangnya kajian sejarah dan arkeologi, keberadaan komunitas Tengger kini tidak lagi semata ditopang oleh sejarah lisan, melainkan juga mulai didukung oleh bukti tertulis berupa prasasti. Meski nama Roro Anteng dan Joko Seger tidak disebut secara eksplisit dalam prasasti, sejumlah temuan memperlihatkan keterkaitan yang kuat antara wilayah Tengger dan praktik spiritual Hindu-Siwa-Brahma yang telah berlangsung sejak abad ke-10 M.

Salah satu prasasti yang paling signifikan adalah Prasasti Walandit, lempengan perunggu dari masa akhir Majapahit (1303 dan 1327 Saka / 1381–1405 M) yang ditemukan di kawasan Pananjakan, Desa Wonokitri, Pasuruan, dan kini disimpan di Museum Nasional Jakarta (No. inventaris E28). Dalam prasasti ini, disebutkan istilah desa titileman (desa suci) dan keberadaan hulun hyang (pelayan dewa) yang melakukan pemujaan terhadap Gunung Brahma, yang kini dikenal sebagai Gunung Bromo. Sebagian isi prasasti berbunyi:

“Wruhane kang lakoni hanagih titiloman … desa Walandit, desa keramat … hulun hyangira sang hyang Gunung Brahma …”

Lempengan perunggu Prasasti Walandit (sisi depan), disimpan di Museum Nasional Jakarta. Foto: Kemdikbud via Kompas.co

Selanjutnya, Prasasti Muncang (944 M) yang ditemukan di lereng Pegunungan Arjuno menunjukkan pengesahan tanah sima untuk menopang kegiatan keagamaan di tempat suci. Disebut pula adanya pemujaan terhadap Bhatara Sang Hyang Swayambhu, yang dalam tradisi lokal dapat dihubungkan dengan konsep Gunung sebagai tempat sakral. Sebagian terjemahan isi prasasti berbunyi:

“… tanah itu dijadikan sima dan digunakan untuk membiayai prasada Siddhayoga … tempat para hulun hyang melakukan persembahan kepada Bhatara Sang Hyang Swayambhu di Walandit setiap hari.”

Prasasti Muncang, ditemukan di wilayah Arjuno, kini disimpan di Museum Mpu Purwa, Malang. Foto: MPI/Avirista via iNews.id

Sementara itu, Prasasti Linggasuntan (929 M) ditemukan di wilayah kaki Gunung Semeru dan mencatat pemberian hak istimewa kepada suatu kawasan yang digunakan sebagai pusat pemujaan Dewa Brahma. Wilayah ini dilindungi dan diatur dalam konteks upacara spiritual, memperkuat dugaan adanya kesinambungan dengan tradisi Kasada di Bromo.

Prasasti Linggasuntan, disimpan di Museum Nasional Jakarta. Foto: Kompas.com

Dengan demikian, berbagai prasasti ini memperlihatkan bahwa kawasan pegunungan timur Jawa telah lama menjadi pusat aktivitas spiritual yang relevan dengan keyakinan masyarakat Tengger. Sejarah yang belum tertulis dalam prasasti kini menemukan penguatnya dalam batu dan ukiran kerajaan lama. Kisah Roro Anteng dan Joko Seger tidak lahir dalam ruang kosong, melainkan tumbuh dalam lanskap religius yang telah dikenal dan dihormati sejak masa lampau.

Aspek Spiritual: Tanda Gaib yang Menguatkan Keyakinan

Selain melalui penuturan dan peninggalan sejarah, banyak warga Tengger—terutama para dukun adat dan sesepuh—meyakini bahwa kisah Roro Anteng dan Joko Seger juga diteguhkan melalui berbagai tanda-tanda gaib yang muncul dalam konteks spiritual. Mbah Siswa Wardana menyebut bahwa selama upacara Kasada atau saat persembahyangan besar dilakukan, tak jarang terjadi fenomena alam dan isyarat gaib yang tidak bisa dijelaskan secara rasional: suara gaib dari kawah, angin yang datang tiba-tiba saat mantra dibaca, atau penampakan cahaya tak biasa di area suci.

Romo Dukun Suyitno juga menambahkan bahwa banyak peristiwa gaib—seperti munculnya bau harum dari arah kawah tanpa sebab, atau hilangnya jejak langkah saat menuju punden—dianggap sebagai pembenaran spiritual atas kisah leluhur. “Itu cara leluhur berbicara pada kita,” ujar beliau. Dalam kepercayaan lokal, tanda-tanda seperti itu adalah bukti bahwa para leluhur masih menjaga dan merestui adat yang diwariskan.

Salah satu peristiwa penting terjadi pada masa kepemimpinan Bupati Probolinggo, Soeprapto. Disebutkan bahwa beliau semula meragukan kisah Roro Anteng dan Joko Seger. Namun, setelah kedua anaknya mengalami kecelakaan tragis di kawasan Tengger, beliau mulai percaya bahwa ada kekuatan leluhur yang mengingatkan. Kini, di kawasan tersebut berdiri Monumen Roro Anteng dan Joko Seger, yang secara berkala didoakan oleh para sesepuh Tengger sebagai bentuk penghormatan dan pengingat spiritual.

Foto: Adiyanto

Penutup: Menjaga Sejarah yang Tidak Ditulis

Kisah Roro Anteng dan Joko Seger, sebagaimana diyakini oleh masyarakat Tengger, bukanlah mitos kosong. Ia adalah sejarah yang belum ditulis dalam prasasti resmi atau kitab kerajaan, namun hidup dalam laku, ritus, dan tutur masyarakat. Dengan didukung oleh temuan arkeologis dan pengalaman spiritual kolektif, kisah ini menjadi satu bentuk warisan yang tidak hanya layak diyakini, tetapi juga dihormati dan dilestarikan.

Dalam dunia yang semakin mendewakan catatan tertulis, sejarah Tengger mengajarkan kita bahwa suara leluhur tetap bergema dalam angin Kasada, dalam nyala dupa, dan dalam batu-batu tua yang bersaksi diam. Inilah sejarah yang belum tertulis, tetapi tak pernah dilupakan.

Referensi: Tim Balai Arkeologi Yogyakarta. (2015). Katalog Prasasti Jawa Timur: Interpretasi Sejarah dan Konteks Budaya. Yogyakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim Balai Arkeologi Denpasar. (2008). Prasasti Muncang dan Tradisi Agama Pegunungan di Jawa Timur. Denpasar: Kemdikbud.

Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. (2012). Kumpulan Prasasti Jawa Kuno: Kajian Kontekstual Prasasti Linggasuntan. Jakarta: Kemendikbud.

Wardana, Siswa. (n.d.). Sejarah Probolinggo dan Leluhur Tengger. Naskah tulisan tangan. Desa Jetak, Kecamatan Sukapura, Probolinggo. (koleksi Pribadi).

Kompas.com (2022). “Isi Prasasti Walandit dari Kawasan Bromo Tengger.”

Cahyono, Dwi. (2010). “Agama Lokal di Tengger: Jejak Hindu Majapahit.” Seminar Nasional Heritage Nusantara, Universitas Negeri Malang.

https://www.kompas.com/tren/read/2022/12/05/190000065/isi-prasasti-walandit-dari-kawasan-bromo-tengger

https://www.inews.id/news/nasional/penemuan-prasasti-muncang-di-malang

https://museumnasional.kemdikbud.go.id/linggasuntan-d103

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.