Workshop Pendokumentasian Pedalangan 2019
Tanggal 7 November ditetapkan menjadi Hari Wayang Sedunia. Wayang dinyatakan sebagai warisan dunia oleh Unesco. Dalam lembaga yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) itu, wayang yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ditetapkan dalam daftar Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanitiy pada 7 November 2003. Sebagai warisan budaya yang telah diakui oleh dunia.
Pemerintah Indonesia kemudian menetapkan tanggal 7 November sebagai Hari wayang. Banyak pihak menyebut Penetapan Hari Wayang diharapkan memberikan kesadaran kepada masyarakat terutama generasi muda tentang pentingnya nilai-nilai kehidupan yang tersirat dalam seni pewayangan. Selain itu, Hari Wayang juga dijadikan sebagai momentum untuk melestarikan dan mengembangkan seni pertunjukan wayang sebagai aset budaya bangsa Indonesia dan dunia sesuai dengan keputusan UNESCO.
Dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional Taman Budaya Provinsi Jawa Timur melalui Seksi Dokumentasi dan Publikasi menyelenggarakan kegiatan workshop dengan mengambil tema Workshop Pendokumentasian Pedalangan 2019. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 5-6 November 2019, bertempat di Sawunggaling Hall sebagai kelas penyampaian materi dan Pendapa Jayengrana sebagai tempat praktek Pendokumentasian. Acara dibuka oleh PLT. Kepala Taman Budaya Provinsi Jawa Timur Drs. Edi Iriyanto, MM. Ada tiga narasumber yang didatangkan oleh Taman Budaya sebagai ahli dalam bidangnya masing-masing, Ketiga narasumber tersebut adalah:
- Christanto Wibisono, seorang filmaker dari Surabaya yang biasa berproses dalam sebuah padepokan yang diberi nama Padepokan Resi Rajani yang ada di Surabaya. Christanto menyampaikan materi dengan judul Seni Pedalangan di Mata Camera
- Fully Syafi, seorang fotografer yang biasa menekuni dunia fotografi khususnya pada persoalan seni budaya di Indonesia, bekerja di European Pressphoto Agency (EPA). Fully menyampaikan materi dengan judul Memahami Cahaya dan Momen.
- Dr. Bambang Suwarno, S.Kar., M.Hum., Dosen Ilmu Pedalangan di Institut Seni Indonesia Surakarta, materi yang disampaikan berjudul Tata Rupa Wayang.
Bertindak selaku moderator pada workshop ini adalah Sudibyo Eddy S dari Lentera Budaya. Peserta yang mengikuti workshop berasal dari Kabupaten Kota yang ada di Jawa Timur dengan latar belakang peserta lebih ditekankan pada para Aparatur Sipil Negara yang terbiasa bertugas mendokumentasikan event seni budaya yang ada di daerahnya masing-masing. Selain itu ditambah dengan beberapa peserta yang diundang dari kalangan sekolah kejuruan di Surabaya yang mengambil jurusan multi media.
Proses pelaksanaan praktek dilakukan di Pendapa Jayengrana dengan menggelar wayang kulit yang dibawakan oleh anak-anak sanggar Baladewa Surabaya. Dari hasil Workshop Pendokumentasian Pedalangan ini diharapkan para dokumentatoris yang ada di daerah mampu mengemas sebuah dokumentasi baik berupa video/foto pertunjukan Wayang (kulit) menjadi sebuah hasil dokumenter pertunjukan yang menarik bukan hanya sebagai sebuah hasil dokumentasi semata tapi juga mampu menjadikan hasil dokumentasi tersebut menjadi sebuah dokumenter yang berkisah pada persoalan Wayang ditinjau dari berbagai sudut lensa yang berbeda-beda sesuai still masing-masing dokumentatoris, dengan dasar pijakan teori-teori dokumentasi soal pedalangan yang disampaikan oleh para narasumber. (san)