Pameran Foto Seni Budaya Jawa Timur 2025
Kekayaan seni budaya yang ada di Jawa Timur tak hanya sebatas dalam sajian seni sebagai tontonan dan tuntunan, tetapi juga bisa menjadi karya seni bernilai tinggi dalam tangkapan lensa kamera. Bisa dalam bentuk videografi atau fotografi, masing-masing punya keunikan dan keindahan yang menyajikan nila estetika yang patut untuk dijadikan bahan kajian bahkan tidak menutup kemungkinan menjadi ladang penghasilan.

Khusus dalam dunia Fotografi, memotret sebuah obyek adalah sebuah seni melukis dengan cahaya, jadi faktor cahaya merupakan unsur terpenting dalam seni fotografi. Prinsip fotografi adalah memfokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkapan cahaya. Pada dasarnya tujuan dan hakekat fotografi adalah komunikasi.
Suatu karya fotografi dapat disebut memiliki nilai komunikasi ketika dalam penampilan subjeknya digunakan sebagai medium penyampaian pesan atau merupakan ide yang terekspektasikan kepada pemirsanya sehingga terjalin suatu kontak pemahaman makna. Dalam hal ini karya foto tersebut juga dapat dikatakan sebagai medium yang memiliki nilai guna fungsional dan sekaligus sebagai instrument karena dijadikan alat dalam proses komunikasi penyampaian pesan/ide isi pencipta karya foto.
Obyek berupa pergelaran kesenian baik yang disekenggarakan di dalam ruangan atau di luar ruangan kemudian dipotret dengan teknik fotografi yang benar dan pas akan menghasilkan sebuah karya fotografi yang indah dan menarik untuk diapresiasi. Karya-karya fotografi dengan obyek kesenian, selama ini lebih banyak digunakan sebagai penguat narasi pada sebuah tulisan jarang sekali hasil fotografi dengan obyek kesenian dijadikan sebuah karya mandiri yang dipamerkan sebagai karya seni rupa.

Taman Budaya Jawa Timur sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis yang menangani bidang seni baik pergelaran atau pameran seni rupa, mencoba menggandeng komunitas fotografer di Jawa Timur dengan memamerkan karya-karya fotografi dengan obyek kesenian yang ada di Jawa Timur. Tema yang diusung pada pameran ini adalah “Akara” Pameran Foto (Merekam Kebudayaan, Meninggikan Peradaban). Akara merupakan kata yang berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya wujud atau rupa.
Menurut kurator yang ditunjuk oleh Taman Budaya Jatim yakni Bahana Patria Gupta (Fotografer Harian Kompas), Pameran fotografi ini tak hanya menjadi alat dokumentasi, tetapi juga medium untuk merekam sejarah, budaya dan peradapan di Jawa Timur. Dengan kekayaan dan budayanya, Jawa Timur memiliki beragam kisah untuk diabadikan melalui fotografi, nilai-nilai lokal akan terangkat, keindahan budaya akan tersebar, serta sebagai sarana untuk memperkenalkan kepada generasi mendatang.
Pameran berlangsung mulai 21 – 28 Mei 2025, bertempat di Galeri Prabangkara Taman Budaya Jatim. Dipamerkan 60 karya foto seni budaya, hasil jepretan 12 fotografer Jawa Timur. Beberapa karya yang ditampilkan seperti pertunjukan Tari Pawitra di Mojokerto, Tari Seblang di Banyuwangi, Reog Ponorgo, Ludruk di Surabaya, dan berbagai seni pertunjukan yang pernah ditampilkan di Taman Budaya Jatim.

Yang menarik dari pameran foto ini adalah hasil karya para fotografer dicetak pada media kertas mulai ukuran terkecil 10 R dan dipajang pada papan triplek tanpa bingkai. Menurut kurator Bahana Patria Gupta penyajian karya tersebut memiliki makna khusus.
Seperti pada seni tradisi yang ditampilkan di daerah-daerah, biasanya ada panggung yang di bawahnya ada triplek. Bahana coba menganalogikan triplek di panggung pertunjukan itu menjadi triplek sebagai tempat untuk memampang karya fotografi dari dari 12 fotografer. Sekaligus sebagai pengingat untuk melihat apakah landasan yang kita pakai ini sudah cukup kuat buat kita berkesenian sekaligus menikmatinya. Seperti frame, silau, dan segala macamnya, bisa menjadi salah satu bentuk edukasi ke teman-teman fotografer muda, misalnya di UKM kampus bahwa sesederhana apapun pameran, kalau ada konsep yang jelas, tetap layak untuk ditampilkan.
Ada pula karya foto yang dicetak pada media kain sehingga pengunjung bisa menikmati karya tersebut dari berbagai sisi. Sejumlah instalasi alat musik tradisional juga dipasang untuk semakin memperkuat nilai budaya. Butuh waktu sekitar dua bulan untuk mengkurasi karya hingga membuat pameran ini bisa dinikmati publik. Tak ada kendala yang berarti dalam proses persiapan karena kebanyakan fotografer yang berpartisipasi adalah pelaku foto jurnalistik yang sudah berpengalaman.

Selain pameran foto, ada juga diskusi fotografi bersama fotografer profesional yang terbuka untuk diikuti oleh masyarakat. Para pemateri yang ditunjuk untuk menjadi narasumber pada diskusi diantaranya: Robertus dari Tujuh Pagi, Ghofur Eka dari papar.com dan Shalan Kurniawan dari Jelajah Nusantara. (pr)