Pergelaran Wayang Orang Mustika Yuastina, Lakon “Ampak-Ampak Amarta”
Wayang orang merupakan seni pertunjukan tradisi yang memadukan seni tari, seni drama, seni musik, dan seni rupa. Cerita wayang orang hampir semuanya bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana. Wayang orang juga merupakan suatu produk kebudayaan yang sarat dengan nilai filosofi tinggi dan pendidikan moral yang mengajarkan kita bagaimana memahami falsafah hidup, etika, dan tuntutan budi pekerti dalam kehidupan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Konsep dasar wayang orang mengacu pada wayang purwa (wayang kulit). Oleh karena itu wayang orang merupakan personifikasi wayang kulit. Orang merupakan sebuah genre yang disajikan ke dalam drama tari tradisional.
Bertempat di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur pada Sabtu, 2 Juli 2022 Grup Wayang Orang Mustika Yuastina Kota Surabaya tampil dengan mengusung lakon “Ampak-Ampak Amarta”. Wayang Orang Komunitas Graha Seni Mustika Yuastina Surabaya merupakan sebuah komunitas sosial yang terdiri dari beberapa pecinta seni budaya yang prihatin terhadap keberlangsungan kesenian wayang orang di Surabaya yang semakin redup perkembangannya. Para anggota komunitas ini adalah orang-orang yang datang dari kalangan berbeda-beda bahkan ada yang dari kalangan pekerja non seni dan mahasiswa. Keahlian berkesenian para anggota yang tergabung pada komunitas ini bermacam-macam di antaranya: sutradara, penari, pengrawit, dalang, penata cahaya, dan kru pertunjukan.
Para anggota komunitas ini mempunyai tujuan yang sama yakni ingin menghidupkan kejayaan Wayang Orang di Surabaya dengan konteks kekinian yang menyesuaikan kondisi masyarakat saat ini. Komunitas Graha Seni Mustika Yuastina Surabaya adalah wadah untuk menghimpun aktivitas para anggotanya yang masih memiliki dedikasi terhadap kesenian, khususnya wayang orang. Komunitas Graha Seni Mustika Yuastina Surabaya dahulu selalu mengisi kegiatan rutin di Kampung Seni THR berupa pementasan wayang orang dalam paguyuban Wayang Orang THR Surabaya yang diadakan oleh UPTD. THR Surabaya. Namun semenjak THR Surabaya ditutup aktifitasnya mengalami kevakuman namun tidak berarti bubar. Masih aktif sampai sekarang, masih mentas walau tidak serutin dahulu ketika ada tanggapan untuk pentas.
Bermarkas di Jl. Mojo Klanggru Lor no. 61 Kota Surabaya Grup Wayang Orang Mustika Yuastina biasa mengadakan latihan-latihan baik terutama ketika akan pentas di suatu tempat. Beranggotakan 40 orang dengan masing-masing 29 orang putra dan 11 orang putri. Dipimpin oleh Rono Puspito Judo SH. Sementara penanggung jawab sehari-harinya adalah Dra. Retno Puspitawati.
Ampak-Ampak Amarta menceritakan tentang geger yang terjadi di Kerajaan Amarta karena hilangnya Jamus Kalimasada pusaka andalan Kerajaan Amarta dan dibawa larinya Dewi Sumbadra. Yang membawa lari pusaka dan sang dewi adalah Gatutkaca dan Kresna palsu yang merupakan jelmaan Prabu Dahanapati dan adiknya Dewi Sri Wulandari dari kerajaan Jongbiraji. Prabu Dahanapati berkeinginan menyunting Dewi Rasawulan, namun sang Dewi meminta syarat untuk menikahinya. Syarat tersebut adalah Prabu Dahanapati harus mengambil pusaka Jamus Kalimasada dan Dewi Wara Sumbadra untuk menjadi madunya. Semua syarat tersebut berada di Kerajaan Amarta tempat para Pandawa berada.
Sang Prabu memenuhi permintaan Dewi Rasawulan dengan merubah wujud menjadi Gatotkaca sementara adiknya Dewi Sri Wulandari merubah wujud menjadi Prabu Kresna untuk membantu kakaknya mempermudah tujuan yang ingin dicapainya. Jamus Kalimasada dan Dewi Sumbadra berhasil dibawa lari oleh dua orang kakak beradik tersebut. Namun rencana mereka digagalkan oleh dua orang tokoh Gatutkaca dan Prabu Kresna yang asli sehingga terbongkarlah kedok sesungguhnya dari rencana jahat yang akan dilakukan oleh dua orang kakak beradik tersebut. Terjadi peperangan hebat namun dua orang kakak beradik tersebut beserta pasukannya berhasil dihalau keluar dari wilayah kerajaan Amarta sementara Prabu Dahanapati berhasil dibunuh oleh Gatutkaca.
Di akhir cerita dua orang putri dari kerajaan Jongbiraji yakni Dewi Rasawulan dan Dewi Sri Wulandari berhasil ditawan oleh Prabu Kresna dan Pandawa. Atas ancaman Semar kedua putri tersebut akhirnya berubah wujud menjadi Batara Guru dan Batara Narada. Kedua dewata tersebut bermaksud menguji para ksatria untuk menyelesaikan kekisruhan yang ditimbulkan oleh Prabu Dahanapati. Dan semuanya bisa diselesaikan oleh titisan dewata Prabu Kresna. Maka Prabu Kresna berhak atas wahyu yang diturunkan oleh Dewata yakni Wahyu Mustika Nirmalajati dan Pusaka Jamus Kalisada dikembalikan kepada Puntadewa oleh Batara Narada. (sn)