Pergelaran Ketoprak Mitra Erlangga Jaya Kabupaten Kediri
Gelar Seni Budaya Daerah adalah satu program unggulan yang dimiliki oleh Taman Budaya Jawa Timur sebelum era covid-19 melanda seluruh dunia. Setelah keadaan normal kembali program tersebut tidak menjadi agenda kegiatan di Taman Budaya. Program tersebut merupakan bentuk kerjasama antara Taman Budaya Jawa Timur dan beberapa Kab./Kota di Jawa Timur yang antusias untuk memperkenalkan sekaligus menjual potensi wisata budaya mereka terutama kepada masyarakat Jawa Timur.

Ada beberapa daerah yang masih mengagendakan program tersebut di program kegiatan kerja mereka, salah satu diantaranya adalah Kabupaten Kediri. Namun karena di Taman Budaya Jawa Timur sudah tidak mengagendakan program kegiatan tersebut maka keinginan daerah untuk tetap bisa eksis menjual potensi daerah meraka dijembatani dengan melalui program fasilitasi kesenian dalam bentuk pergelaran kesenian.
Untuk kegiatan pameran UMKM dan promosi pariwisata langsung ditangani oleh Dinas terkait Pemerintah Kabupaten Kediri, sementara untuk pergelaran seni Taman Budaya langsung menanganinya. Acara berlangsung selama satu hari saja, yakni pada Jum’at 6 Desember 2024. Materi yang dipergelarkan pada puncak kegiatan tersebut adalah pergelaran ketoprak. Grup yang mengisi puncak kegiatan tersebut adalah Ketoprak Mitra Erlangga Jaya. Lakon yang diusung pada pergelaran ini yakni “Kilisuci Mangesthi”.

Grup ketoprak Mitra Erlangga Jaya dalam kesehariannya bermarkas di Desa Kwadungan Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri. Dipimpin oleh Jahir Sutikno, grup ketoprak Mitra Erlangga Jaya berusaha terus eksis di tengah gempuran kesenian lain yang sulit dibendung. Walau para pemainnya terutama pemeran tokoh ada yang berasal dari grup ketoprak besar era tahun delapan puluh dan sembilan puluhan, namun ketoprak asal Kediri ini tetap memberikan kesempatan pada generasi muda untuk ikut serta memperkuat penampilan mereka pada setiap pertunjukan.
Lakon “Kilisuci Mangesthi” bersetting cerita panji yang terjadi di kerajaan Kediri dalam cerita ini. Adegan diawali dengan suasana menjelang hari pernikahan Panji Inukertapati dengan Galuh Candrakirana, mendadak Kerajaan Kediri diserang oleh Raja Pudak Setegal yang bermaksud menyunting Dewi Galuh Candrakirana. Namun didalam pertempuran tersebut Raja Pudak Setegal tidak mampu menandingi kekuatan pasukan Kediri, sehingga dia menculik Dewi Galuh Candrakirana.

Tetapi usaha Raja Pudak Setegal itu menculik Dewi Galuh Candrakirana dapat digagalkan oleh seorang jejaka desa bernama Jaka Megatruh. Panji Inukertapati yang berusaha mencari calon istrinya bertemu dengan Megatruh sudah bersama Dewi Galuh Candrakirana. Betapa terkejut hati sang Panji ketika mendapati Galuh sudah tidak mengenalinya lagi. Hal itu membuat Panji Inukertapati mencurigai Megatruh telah memasang guna-guna kepada Galuh Candrakirana, sehingga memaksa sang Resi Curiganata sebagai penjaga perdamaian Kerajaan Kediri dan Jenggala harus turun tangan untuk menyelesaikan kemelud yang sedang terjadi.
Berkat ancaman dari Resi Curiganata kepada Jaka Megatruh bahwa sebuah selendang putih hendak dibakar bila Jaka Megatruh tetap ngotot untuk menyandera Galuh Candrakirana, akhirnya Jaka Megatruh menyerah kalah. Jaka Megatruh ternyata adalah perwujudan dari Dewi Kilisuci yang bertujuan menyelamatkan Dewi Galuhcandrakirana dari kejahatan Raja Pudak Setegal dan manusia-manusia lain yang hendak merebut Dewi Galuh Candrakirana. Akhirnya Dewi Candrakirana kembali bersama Raden panji Inukertapati untuk meneruskan ke jenjang pernikahan sebagai wujud penyatuan kembali kerajaan Jenggala dan Kediri. (sn)