Pergelaran

Parade Teater Jawa Timur 2025: Membaca Arifin C. Noer Dalam Paltform Teater Jawa Timur

Taman Budaya Jawa Timur kembali menyelenggarakan Parade Teater Jawa Timur di tahun 2025 ini. Parade Teater dilaksanakan pada 25 – 25 Oktober 2025 bertempat di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur. Tema yang diusung pada parade kali ini adalah “Membaca Arifin C. Noer Dalam Paltform Teater Jawa Timur”.

Penyerahan piagam penghargaan kepada semua pimpinan grup teater peserta Parade Teater Jatim 2025 oleh Kepala Taman Budaya Jatim Ali Ma’ruf, S.Sos., M.M. (foto dok TBJT)

Kurator Luhur Kayungga mencoba mengangkat naskah-naskah teater karya Arifin C. Noer untuk dipentaskan oleh grup teater di Jawa Timur yang telah lolos seleksi panjang yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Jawa Timur. Membaca Arifin C. Noer hari ini bagi teater Jawa Timur adalah seperti menemukan peta harta karun yang masih relevan.

Arifin seakan membebaskan teater dari kewajiban bercerita secara linear dan realis. Ia membuktikan bahwa bahasa teater bisa berupa metafora visual, bunyi, gerak yang terfragmentasi, dan keheningan. Bagi teater muda Jawa Timur sekarang, ini adalah legitimasi untuk terus bereksperimen tanpa takut dianggap “tidak Jawa” atau “tidak nasional”.

Teater Perempuan Xpresif Bangkalan (Foto dok. TBJT)

Naskah karya Arifin C. Noer bukanlah pelarian ke dunia mistis. Justru, melalui pintu metafisika ia mengkritik realitas sosial-politik dengan sangat pedas. Kekerasan, kemiskinan, dan ketidakadilan ia olah bukan sebagai propaganda, melainkan sebagai gejala psikologis dan spiritual yang menghantui. Pendekatan ini masih sangat relevan untuk membaca kompleksitas Jawa Timur modern.

Membaca Arifin C. Noer hari ini mengajak kita, penonton dan pelaku teater di Jawa Timur, untuk tidak terjebak pada nostalgia. Sebaliknya, ia mengajak kita untuk memberontak, meragukan, dan menyelam lebih dalam, persis seperti yang dilakukannya yakni menggali mitos dan realitas di sekelilingnya, lalu mengubahnya menjadi pertanyaan-pertanyaan abadi tentang manusia, Tuhan, dan kekerasan yang diam-diam bersemayam dalam diri kita semua.

Teater Komunitas Kota Seger Gresik (Foto dok. TBJT)

Ada 6 Grup teater yang lolos seleksi dari proses panjang yang dilakukan oleh Taman Budaya Jatim untuk menyaring kemudian menentukan siapa grup yang layak untuk dipergelarkan di Gedung Kesenian Cak Durasim. Grup yang mendaftar unutk mengikuti seleksi sebanyak 27 grup yang datang dari berbagai kota di Jatim. Atas pertimbangan dari 3 kurator yang ditunjuk Taman Budaya jatim yakni: Luhur kayungga, Dedy Obenk dan Nazar Al Batati terpilih 6 grup yakni:

  1. Teater Perempuan Xpresif Bangkalan, membawakan naskah: “Matahari di Sebuah Jalan Kecil”
  2. Teater Institut Kota Surabaya, naskah: “Tengul”
  3. Teater Komunitas Kota Seger Kota Gresik, naskah: “Angon Angin”
  4. Teater Komunitas Tombo Ati, naskah: “Utiku Sayang”
  5. Teater Bangkit Kota Malang, naskah: “Mega Mega”
  6. Teater Kaum Ujung Movement, Naskah: “Orkes Madun II Umang Umang”
Teater Institut Surabaya (Foto dok. TBJT)

Yang cukup menjadi perhatian pada Parade Teater 2025 ini adalah kehadiran anak muda/kaum millenial yang mengapresiasi setiap grup teater yang tampil di Gedung Kesenian Cak Durasim. Hampir 99 persen yang hadir adalah anak muda/generasi millenial. Terlihat bahwa antusiasme luar biasa generasi millennial terhadap teater bukanlah sekadar tren sesaat. Ini adalah napas baru. Mereka membawa serta energi, cara berpikir kritis, dan hasrat untuk berbagi yang mengubah lanskap seni pertunjukan. Mereka datang dengan ekspektasi tinggi, dan dunia teater pun beradaptasi, menjadi lebih inklusif, relevan, dan spektakuler.

Dari awal sampai dengan akhir mereka tidak meninggalkan kursi, terus mengikuti pertunjukan hingga akhir selama dua hari berturut-turut. Seandainya Gedung Kesenian Cak Durasim tidak dibatasi kapasitas penontonnya, bisa jadi gedung akan penuh sesak dengan penonton yang dibanjiri anak muda. Untuk mengantisipasi penonton yang tidak mendapatkan tempat duduk, pihak Taman Budaya Jatim menyelenggrakan nonton bareng di Pendapa Jayengrana melalui layar lebar.

Teater Kaum Ujung Movement Sidoarjo (foto dok. TBJT)

Meski sering dianggap kurang diminati, seni teater justru menyimpan daya tarik kuat bagi banyak anak muda. Antusiasme ini tidak hanya sekadar menonton, tetapi juga terlibat aktif, baik di atas panggung maupun di balik layar. Teater menjadi semacam wadah untuk mengeksplorasi emosi, karakter, dan ide-ide yang mungkin sulit diungkapkan dalam kehidupan sehari-hari. Proses produksi teater juga melibatkan kerja sama tim yang intens, menciptakan ikatan pertemanan dan rasa memiliki yang kuat.

Dengan energi segar dan perspektif baru, anak muda bukan hanya menjadi penikmat, tetapi juga penggerak yang menghidupkan kembali dunia teater dan memastikan seni ini terus relevan untuk generasi mendatang. (pr)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses