Bunyi yang Bertatut
Oleh: Murlan
Suasana tenang saat Uluk Salam mulai dihadirkan, ketika itu saxophone, gitar akustik, keyboard bersatu padu dan menjdi bunyi harmonis. Alat musik ritmis tak kalah juga ikut mendominasi awal permainan. Kendang ketipung berjumlah 4 menembus ruang bunyi melalui denyut ketukan secara rampak dan energik. Mengawali permainan terjadi saling bertaut antara kendang ketipung 1 dan kendang ketipung 3, sedangkan kendang ketipung 2 bertaut dengan kendang ketipung 4. Terdapat dua bunyi kendangan yaitu thung dan tak yang saling beradu seakan memperebutkan ruang, waktu, dan posisi nyaman. Secara tidak sadar, tiba-tiba dihantam dari alat musik keyboard, saxophone (aerophone), gitar akustik, alat musik cak, cuk, kendang kentrung. Seolah semua ikut Uluk Salam.
Pada bagian inti dalam karya ini cukup mengasyikan, kenapa mengasyikan? “Uluk salam kaping pisan” adalah salah satu petikan kidung Uluk Salam. Saat vokal mulai menyapa, alat musik saxophone mulai bergemuruh, alat musik ritmis bersautan, saling menimpali. Melodi vokal menunjukan adanya kesatuan dengan alat musik ritmis. Rasa dari ketukan sangat membantu menaik turunkan melodi pada vokal dan cengkok.Setelah berulang kali berlabuh, puas bermain di bagian inti, pada saat bersamaan birama berubah menjadi cepat. Semua alat mengikuti dengan baik, permainanpun semakin menggebu. Meskipun tidak lama permainanya, namun rasa mengena cukup membekas. Sampai pada bagian penutup atau suwuk, bagian ini semua alat musik mengalami penurunan tempo atau melambat. Setelah lama saling berinteraksi, menunjukan kepiawaianya dalam adu teknik, pada akhirnya ngêrém ditandai dengan tabuhan kendang.
Ciri khas dalam menggarap karya musik yang dimiliki oleh seorang Eko Kasmo sebenarnya mudah untuk dideteksi oleh orang lain, namun harus orang yang mengerti musik. Jika tidak mengerti karaker musik maka sulit untuk menilainya. Kemahiran mengubah rasa pahit, asam, asin, sepet menjadi rasa manis yang diaplikasikan dalam hal bermusik sangatlah mudah. Seperti halnya alat musik ritmis yang dipadukan dengan alat musik diatonis dengan pentatonis. Berbekal pengalaman sering memadukan dua unsur yang berbeda itu, khasanah garapan semakin harmonis, kasar menjadi lembut, berat menjadi ringan, tidak enak didengar menjadi enak didengar.
Sebuah karya dari seorang seniman dari daerah Pesisir Utara Pulau Jawa, Eko Kasmo Tuban berusaha menggarap, meramu, membumbui, mencampur, menggabungkan beberapa elemen di titik paling sempurna. Di desa Sukorejo, kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban tepatnya karya itu diramu sedemikian rupa. Sanggar Ngripto Raras sebagai wadah untuk mengembangkan seni budaya berharap memunculkan seniman yang memiliki talenta penggarap atau komposer seperti pada diri seorang Eko Kasmo, pria santai berkeluarga yang memiliki 2 orang putri dan 1 orang putra, dan semuanya mengalir darah seni dari orang tuanya.