Artikel

SURATI (Karya Eko Kasmo Yang Mengambil Idiom Musik Kentrung)

Oleh: Murlan

Bagi masyarakat Tuban, siapa yang tidak kenal dengan Surati atau mbah Surati. Ia dikenal sebagai seorang dalang dan pengendang seni Kentrung. Karena berada di Desa Bate, kecamatan Bangilan, kabupaten Tuban maka masyarakat lebih familiar menyebut dengan Kentrung Bate. Secara harfiah kata kentrung berasal dari kata Ngre’ken dan Njantrung, kentrung, othak-athik crita dan angen-angen crita. Seni Kentrung juga dapat dikatakan seni bertutur karena bentuk penyajiannya disampaikan lewat cerita dan diiringi oleh alat musik rebana dan kendang.

Banyak cerita mengenai almarhum Mbah Surati ini, dengan cacat fisik (buta) dalam usia 90 tahun masih aktif berkiprah menghidupkan seni Kentrung Bate. Meskipun beliau sudah meninggal, seni Kentrung Bate masih eksis di jaman era digitalisasi ini. Melalui generasi penerus lah seni Kentrung Bate bisa bernafas dengan baik beriringan dengan banyaknya aliran musik atau grub musik yang berkembang di masyarakat. Biasanya pada acara hajatan pernikahan, khitanan, hari-hari besar agama Islam, kesenian Kentrung ini ditampilkan.

Seorang komposer berpengalaman, Eko Kasmo dari Bumi Wali (Tuban), berusaha mengembangkan musik kentrung yang asli menjadi garapan baru dengan tidak meninggalkan akar tradisinya. Karya kedua yang akan disajikan dalam Gelar Komposer 2022 ini berdasar rasa kekaguman kepada Mbah Surati mengenai keterbukaan sikap, dalam artian beliau mau menerima kebaruan. Hal ini sangat jarang dijumpai pada seniman tradisi mau menerima kritikan atau masukan. Kekuatan dalam karya kedua yang berjudul “SURATI” lebih menekankan pada aspek  musikalitas yaitu terletak pada kidung/tembang (uluk salam), pola-pola kendangan, dan terbangan kentrung Bate.

Uluk Salam atau tembang pembuka adalah bagian dari pertunjukan Kentrung Bate yang sangat penting. Pada bagian ini berisikan awalan cerita dan nasehat yang ditujukan kepada seluruh lapisan masyarakat. Sedangkan pola-pola kendangan kentrung Bate akan ditransformasikan ke alat musik kendang ketipung berjumlah empat dengan idiom garap yang dikembangankan dari warna aslinya menjadi warna baru yang lebih segar, begitupun juga dengan teknik terbangan.

Pemilihan alat musik juga menjadi faktor kepuasan dalam menyajikan karya ini. Agar terjadi sebuah alunan melodi indah dari alat musik ritmis maka dibutuhkan sebuah pencarian dari warna dan karakter alat musiknya. Kendang ketipung berjumlah 4, 1 kendang ciblon, pencon bonang nada 7 (Pi), 1 (Ji), 4 (Pat), 5 (Ma), kempul nada 3 (Lu), 5 (Ma), 6 (Nem), 7 (Pi), Cak-Cuk, Akustik Gitar, Saxophone, Keyboard dan Kendang Bem adalah menjadi pilihannya. Jenis-jenis alat musiknya berbeda dan memiliki karakter kuat dalam menegaskan sebuah bunyi, sehingga keharmonisan akan terjaga dengan baik.

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.