“Olo Ketoro”, Cerita Perselingkuhan Yang Dibawakan Model Lawakan
Mengetahui pasangan selingkuh tentu sangat menyakitkan. Tak heran jika perilaku ini sering menjadi pemicu retaknya hubungan asmara dan bahkan perceraian suami istri. Lantas, mengapa seseorang melakukan perselingkuhan? Perselingkuhan yang dilakukan pria dan wanita memiliki motif yang berbeda-beda. Pada pria, perselingkuhan bukan hanya didasari atas hasrat untuk berhubungan seksual dengan pasangan yang lebih menarik, justru awal mula penyebab pria berselingkuh bisa karena kurangnya kedekatan emosional dengan pasangan.
Hubungan emosional yang kurang erat atau terkesan dingin dengan pasangan lama-kelamaan bisa memicu masalah dalam hubungan, misalnya kurang menghargai keberadaan satu sama lain. Kurangnya rasa penghargaan inilah yang kemudian menjadi salah satu kunci utama pria membangun kedekatan emosional dengan orang lain yang bisa memberikannya penghargaan dan kehangatan.
Berbeda dengan pria, wanita yang berselingkuh sering bermula dari perasaan kurang dihargai, serta merasa kesepian dan sering diabaikan oleh pasangan. Pada dasarnya, wanita menginginkan sosok yang mengaguminya, sehingga dia merasa dihargai dan diperhatikan oleh pasangan. Namun, jika ia diabaikan oleh pasangannya, perselingkuhan menjadi cara bagi wanita untuk mendapat perhatian yang mereka inginkan dari pria lain.
Akibat buruk kasus perselingkuhan tersebut coba diangkat dalam sebuah cerita lawakan yang dibawakan oleh Grup Lawak Budhi Wijaya pimpinan Budi Purwanto asal Jombang dengan lakon: “Olo Ketoro” yang bila diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia artinya “Jelek Akan Kelihatan”. Pelaksanaan pada 26 November 2021 di Sawunggaling Hall Taman Budaya Jatim.
Congek punye istri bernama Inge, sering ditinggal bekerja mencari nafkah bahakan sampai tidak pulang berbulan-bulan. Congek hanya mencari uang dan mencari uang saja kesibukaannya. Sampai melupakan kebutuhan batin untuk istrinya. Inge merasa merana karena kebutuhan batiniahnya tidak dicukupi oleh suaminya. Dari hari-hari yang dilaluinya dalam kesepian inge digoda sama Kunthet yang masih teman dari suaminya. Singkat kata terjadilah perselingkuhan diantara mereka.
Perselingkuhan itu disaksikan oleh Kenthut teman mereka bertiga. Berkali-kali Kenthut mengingatkan temannya Kunthet untuk menghentikan perbuatan tercela itu namun tidak digubris olehnya. Bahkan ayat-ayat suci yang disampaikan oleh Kenthut pada Kunthet dianggap angin lalu. Hingga ketika Kenthut bertemu Congek disampaikanlah kabar perselingkuhan isterinya itu kepadanya. Dengan kode kata “thir” dan “thur” Kunthet dan Inge saling memberi kode. Bila Kunthet teriak thir dan dijawab thut oleh Inge berarti aman dan Kunthet bisa masuk rumah. Namun bila tidak ada jawaban berarti tidak aman atau suami Inge ada di rumah.
Congek yang di beri tahu Kenthut seluruh kode-kode itu langsung pulang dengan penuh amarah. Sampai di rumah isterinya kaget kenapa kok pulang mendadak. Namun Congek berpura-pura bilang tidak enak badan dan isterinya disuruh tidur ditempat lain. Awalnya Inge menolak disuruh tidur ditempat lain, namun karena Congek marah akhirnya mau juga pindah tempat tidur.
Dan Congek berbaring di tempat tidur dengan berselimut rapat diseluruh tubuh. Kemudian datanglah Kunthet memberi kode thir, dijawab oleh Congek dengan Thur. Merasa aman dengan jawaban tersebut Kunthet masuk rumah dan hendak berbuat mesum pada sosok berselimut yang dikiranya Inge. Dan betapa kagetnya setelah selimut dibuka ternyata yang berbaring adalah Congek suami Inge. Kemarahan Congek pada Kunthet akhirnya ditengahi Kenthut dan di damaikan. Serapi apapun perbuatan jelek ditutup pada akhirnya akan terbongkar juga, kalimat tersebut menutup pergelaran dagelan Budhi Wijaya dengan lakon: “Olo Ketoro”.
Jok-jok segar ala Ludruk Budhi Wijaya Jombang selalu menyertai setiap adegan yang dibawakan oleh empat pemain tersebut. Keempat pemain tersebut memang tulang punggung soal lawakan yang ada di Ludruk Budhi Wijaya. Walau lawakan-lawakan terkesan sederhana dan sudah ada sebelumnya namun karena karakter lucu yang ada pada para pelawaknya (terutama pada sosok Kunthet dan Congek), maka Lawak Budhi Wijaya tetap menjadi alternatif hiburan yang menyegarkan untuk dinikmati. (spd)