Pameran Lukisan Sanggar Lentera Gresik Bertajuk “Runcang Runcung”
Sanggar Lentera Gresik membuktikan perannya sebagai ruang kreatif yang tidak hanya mencetak seniman, tetapi juga menjaga denyut nilai-nilai lokal dalam gelombang seni kontemporer. Pameran bertajuk “Runcang Runcung” (sebuah interpretasi artistik dari “Guyub Rukun dan Gotong Royong”) berhasil menyajikan sebuah narasi visual yang hangat, reflektif, dan mendalam tentang prinsip kolektivitas yang menjadi tulang punggung masyarakat.

Sanggar Lentera Gresik datang membawa cerita dari Gresik tentang laut, tentang waktu, tentang persahabatan yang tak lekang oleh waktu yang tervisualisasikan dalam karya-karya lukisan yang dipamerkan. Tema “guyub rukun” dan “gotong royong” mungkin terdengar klise di telinga awam, tetapi para perupa Sanggar Lentera berhasil mengolahnya menjadi visual yang segar dan personal. “Runcang Runcung” sendiri, dengan pilihan kata yang puitis dan sedikit misterius, mengajak penikmat untuk merenung lebih dalam. Lukisan-lukisan yang dipamerkan tidak sekadar menggambarkan aktivitas kerja bakti atau keramaian desa secara harfiah. Lebih dari itu, mereka mengeksplorasi keindahan dalam kebersamaan, keselarasan dalam perbedaan, dan kekuatan yang lahir dari simpul-simpul hubungan antar manusia dan lingkungan.
Pameran ini menunjukkan kekayaan teknik dan sudut pandang anggota sanggar. Beberapa karya mengambil pendekatan realis dengan detail memukau, menggambarkan scene seperti warga memperbaiki jembatan, ibu-ibu membuat kue bersama, atau anak-anak bermain di tengah sawah. Nuansa cahaya dan ekspresi wajah yang ditangkap menghidupkan kembali memori kolektif akan kehidupan komunal.

Di sisi lain, ada pula karya-karya dengan pendekatan simbolis dan abstrak. Penggunaan warna-warna bumi, bentuk-bentuk geometris yang saling terkait, serta metafora visual seperti perahu nelayan, binatang, jejaring, atau akar yang menyatu, berhasil menerjemahkan konsep “rukun” ke dalam bahasa bentuk dan warna yang universal. Beberapa seniman muda bahkan menyelipkan kritik halus tentang erodingnya nilai gotong royong di tengah modernitas, menambah kedalaman dialektika pameran.
Tata pameran yang apik membantu pengunjung menyelami suasana. Karya-karya disusun dengan alur yang natural, seolah mengajak kita berjalan dari satu cerita kebersamaan ke cerita lainnya. Penggunaan pencahayaan yang tepat menonjolkan tekstur dan emosi dari setiap kanvas. Katalog pameran yang memuat pernyataan kuratorial dan penjelasan singkat karya juga membantu memahami maksud seniman, terutama bagi penikmat yang mungkin kurang akrab dengan konteks budaya Jawa dan Gresik khususnya.
Pameran “Runcang Runcung” adalah sebuah peneguhan identitas dan oase kemanusiaan. Di tengah individualisme dan polarisasi sosial yang semakin menguat, pameran ini berfungsi sebagai pengingat visual yang powerful tentang dasar-dasar kehidupan bermasyarakat yang sehat berupa kebersamaan, saling membantu, dan harmoni.

Sanggar Lentera tidak hanya memamerkan lukisan; mereka memamerkan jiwa. Jiwa yang dirawat dalam proses kreatif bersama di sanggar, yang kemudian dituangkan ke atas kanvas, dan akhirnya menyentuh jiwa setiap pengunjung yang datang. Pameran ini sukses bukan hanya secara artistik, tetapi juga secara kultural dan spiritual.
“Runcang Runcung” adalah pameran yang penting dan tepat waktu. Sebuah karya kolektif yang membuktikan bahwa semangat gotong royong tidak hanya ada dalam tindakan, tetapi juga bisa dirayakan, direfleksikan, dan diabadikan melalui goresan warna dan bentuk. Sanggar Lentera Gresik patut diacungi jempol atas konsistensinya merawat khazanah lokal dan mengubahnya menjadi karya seni yang relevan dan memikat.
Pameran diselenggarakan di Sawunggaling Hall Taman Budaya Jawa Timur berlangsung mulai Tanggal 2 hingga 7 Desember 2025. Dibuka oleh Kepala Taman Budaya Ali Ma’ruf, S.Sos., M.M. Ada tujuh pelukis yang memamerkan karya-karya mereka diantaranya adalah: Kris Adji AW, M. Syarifuddin, Achmad Feri, Achmad Safi’i, Erfi Sulistyanto, Achmad Husaeni dan Riyanto. (sn)
