Pendokumentasian Kesenian Jaran Bodhag Kota Probolinggo
Kesenian merupakan produk budaya suatu bangsa, semakin tinggi nilai kesenian satu bangsa maka semakin tinggi pula nilai budaya yang terkandung didalamnya. Kesenian sebagai salah satu bagian penting dari kebudayaan tidak pernah lepas dari masyarakat, sebab kesenian merupakan sarana untuk mewujudkan segala bentuk ungkapan kreatifitas manusia.
Proses Kreatifitas seniman muncul kerena adanya ide yang merasuki pikiran dari seniman yang kreatif. Kemampuan ide kreatif tersebut muncul dalam diri individu seniman tanpa di sadari. Seniman yang kreatif akan selalu berusaha melahirkan ide yang sikapnya baru, pandangannya baru, konsepnya baru, dan tidak pernah puas dengan yang ada. Sebagaimana kemunculan kesenian Jaran Bodhag yang lahir dari sebuah angan-angan yang tak kesampaian karena faktor kemiskinan.
Keinginan yang kuat untuk menanggap kesenian Jaran Kencak yang mahal tak kesampaian karena faktor kemiskinan, maka muncullah bentuk tiruannya yang kemudian diberi nama Jaran Bodhag. Kesenian Jaran Bodhag merupakan variasi atau turunan dari Jaran Kecak. Namun, keduanya memiliki perbedaan yakni Jaran Kecak menggunakan kuda asli sedangkan kesenian Jaran Bodhag menggunakan kuda tiruan yang berbahan dasar dari kayu, rotan, bodhag tempat nasi. Namun pada perkembangannya lebih menggunakan bahan-bahan yang lebih ringan menyesuaikan postur tubuh para pemainnya. Kesenian Jaran Bodhag sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014 silam.
Keunikan yang dimiliki kesenian Jaran Bodhag yakni penggunaan kuda tiruan yang menyerupai kuda asli, merupakan kesenian ikon Kota Probolinggo yang mencerminkan budaya Pandhalungan daerah Probolinggo. Kesenian ini muncul menjelang awal-awal kemerdekaan Republik Indonesia, dimana masyarakat miskin yang mendambakan sebuah bentuk hiburan ketika punya hajat tidak mampu menanggap Kesenian Jaran Kencak (kuda asli) karena tarifnya yang mahal. Sehingga timbullah ide untuk menciptakan bentuk jaran (kuda tiruan) dari bahan rotan, kayu dan bodhag tempat nasi. Siapa yang mengawali proses penciptaan bentuk kuda tiruan ini sampai sekarang belum diketahui.
Taman Budaya Provinsi Jawa Timur Melalui Seksi Dokumentasi dan Publikasi Seni Budaya mencoba menggali dan mendokumentasikan kesenian langka yang hanya ada di kawasan Probolinggo ini. Dokumentasi kesenian sendiri adalah sebagai bentuk kegiatan atau proses sistematis dalam melakukan pencarian, pemakaian, penyelidikan, penghimpunan, dan penyediaan dokumen untuk memperoleh penerangan pengetahuan, keterangan, serta bukti dan juga menyebarkannya kepada pihak berkepentingan. Terdapat dua pengertian dokumentasi, pertama, menyuguhkan informasi atau bukti resmi yang berguna untuk catatan. Kedua, sebagai upaya mencatat dan mengkategorikan suatu informasi dalam bentuk tulisan, foto, video, dll.
Bentuk dokumentasi yang dipakai oleh Seksi Dokumentasi dan Publikasi Seni Budaya adalah video dokumenter yang digarap mendekati bentuk film dokumenter. Karena konsep dokumenter yang lebih mengedepankan pemaparan langsung berupa gambar dan suara lebih mudah dipahami daripada bentuk tulisan atau yang lain. Pelaksanaan pendokumentasian kesenian Jaran Bodhag dilakukan pada 12-13 Desember 2021 di Kota Probolinggo. Pendokumentasian kesenian Jaran Bodhag dipusatkan di Sanggar Tari Bayu Kencana Kota Probolinggo pimpinan Bapak Peni Priyono.
Hasil dari pendokumentasian ini diharapkan mampu menjadi bagian dari bentuk sumbangsih pelestarian kesenian jaran Bodhag yang ada di Kota Probolinggo. Disamping sebagai bahan arsip dokumentasi juga akan dipublikasikan ke media sosial youtube Cak Durasim milik Taman Budaya sehingga bentuk kesenian Jaran Bodhag semakin banyak khalayak yang mengetahuinya. (sn)