Pergelaran

Gelar Seni Rakyat (Pergelaran 11 Grup Jaranan Jawa Timur)

Sebuah pergelaran kesenian bertajuk “Gelar Seni Rakyat” diselenggarakan oleh Taman Budaya Jawa Timur selama dua hari, mulai 27 – 28 November 2025. Acara yang menampilkan sebelas grup kesenian Jaranan dari berbagai daerah di Jawa Timur ini berhasil memukau penonton yang memadati area pertunjukan mulai Pendapa Jayengrana dan Gedung Kesenian Cak Durasim.

Foto dok. TBJT

Pergelaran akbar ini bertujuan melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya lokal, khususnya seni Jaranan yang merupakan warisan leluhur. Ada dua konsep pertunjukan yang dipergelarkan pada Gelar Seni Rakyat ini.

1. Kesenian Jaranan dengan Konsep Tradisi (Teropan/Tanggapan)

Konsep ini berpegang teguh pada pakem, aturan, dan fungsi tradisi yang telah turun-temurun. Kata “teropan” atau “tanggapan” merujuk pada bentuk yang sudah baku, dianggap sebagai standar, dan dijaga keasliannya. Ciri utamanya diantaranya pertunjukan sering kali terkait dengan hajatan atau keperluan adat, seperti bersih desa, syukuran, atau tolak bala. Ada prosesi ritual sebelum, selama, dan setelah pertunjukan, seperti semadi, sesajen, dan pemanggilan roh leluhur atau khodam. Penari sering mengalami “kerasukan” (trance) atau “ndadi” yang dianggap sebagai manifestasi roh pelindung.  Lebih dari sekedar tontonan, Jaranan tradisi berfungsi sebagai penguat solidaritas masyarakat, media penghormatan kepada leluhur, dan penjaga keseimbangan kosmis.

2. Kesenian Jaranan dengan Konsep Kontemporer (Pengembangan)

Konsep ini merupakan hasil inovasi dan kreativitas untuk menyesuaikan diri dengan zaman. Tujuannya adalah agar Jaranan tetap relevan, menarik bagi penonton modern (terutama kaum muda), dan memiliki nilai jual sebagai produk seni pertunjukan.   Pertunjukan lebih menitikberatkan pada nilai estetika dan hiburan. Unsur ritual dan kesakralan sering dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali. Konsep “kerasukan” ditiadakan, musik tidak hanya menggunakan gamelan tradisional, tetapi ditambah dengan alat musik modern seperti keyboard, gitar listrik, drum set, dan bahkan musik digital. Kostum dirancang lebih mewah, glamor, dan colorful, sering menggunakan payet, manik-manik, dan kain yang berkilau. Gerakan tari dikembangkan dengan membuatnya lebih dinamis dan spektakuler. Formasi kelompok dibuat lebih kompleks dan dramatis, dirancang untuk menciptakan visual yang memukau. Sering kali ada penambahan unsur drama, cerita (narasi), atau tema tertentu dalam pertunjukannya, misalnya mengangkat legenda lokal dengan pendekatan baru. Lebih diarahkan sebagai produk pariwisata dan industri kreatif. Pertunjukan dibuat untuk memenuhi permintaan pasar, seperti festival, acara corporate, atau penyambutan tamu penting.

Foto dok. TBJT

Perdebatan antara mempertahankan tradisi dan melakukan pengembangan adalah hal yang wajar dalam dunia kesenian. Konsep tradisi berperan sebagai penjaga identitas dan akar budaya, sementara konsep kontemporer berfungsi sebagai nafas agar kesenian ini tidak punah dan terus hidup di tengah gempuran budaya global.

Kedua konsep ini sebenarnya saling melengkapi. Eksistensi Jaranan kontemporer justru sering kali membuat orang penasaran dan ingin mencari tahu tentang bentuk aslinya yang tradisional. Yang terpenting adalah, dalam proses pengembangan, roh dan esensi dari Jaranan itu sendiri, seperti semangat kebersamaan, kegagahan, dan cerita di baliknya tetap dihormati dan tidak sepenuhnya hilang.

Pada hari pertama tampil 6 grup Jaranan yakni: 1. Jaranan Aulio Utomo (Surabaya), 2. Baya Runcing (Surabaya), 3. Lestari Widodo Wiryotama (Tulungagung), 4. Bramanta Budaya (Blitar), 5. Umah Seni Kuwung Wetan (Banyuwangi), 6. Wahyu Manunggal (Surabaya). Hari Kedua: 1. Krida Bhirawa (Trenggalek), Sanggar Tari Ririn Gantari (Trenggalek), 3. Sanggar Tari Sekar Mayang (Trenggalek), 4, Sanggar Sardulo Joyo (Malang), 5. Turonggo Jati (Kediri). Baik pada hari pertama atau kedua, urutan pertama dan terakhir tampil di Pendapa Jayengrana sebagai sebuah sajian kesenian jaranan dengan konsep tradisi (teropan/tanggapan). Yang lain main di Gedung Kesenian Cak Durasim sebagai sebuah sajian dengan konsep kontemporer (pengembangan). (pr)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses