Berita

Pergelaran Wayang Kulit Bersama Dalang Ki Siswantoro, S.Pd., Dengan Lakon “Sang Dalang”

Taman Budaya Jawa Timur kembali menggelar pertunjukan wayang kulit di Gedung Kesenian Cak Durasim pada Sabtu, 19 Maret 2022. Kali ini dalang yang mendapat giliran menggelar wayang adalah Ki Siswantoro, S.Pd. dari Kabupaten Kediri, lakon yang dimainkan “Sang Dalang”, sebuah lakon yang mungkin jarang di dengar oleh para penggemar setia wayang kulit. Pergelaran wayang ini dipergelarkan dengan gaya kulonan (Surakarta) yang memang menjadi ciri khas wayang Jawa Timur Wilayah Mataraman termasuk Kediri.

Penyerahan tokoh wayang Kresna oleh Kepala UPT. Taman Budaya Jawa Timur kepada Dalang Ki Siswantoro, S, Pd. sebagai tanda dimulainya Pergelaran Wayang Kulit gagrag kulonan (Surakarta) dengan lakon “Sang Dalang” (foto dok. TBJT)

Cerita wayang yang dimainkan oleh seorang dalang biasanya adalah cerita wayang yang ditulis berupa naskah tertulis yang biasanya sudah dihapal diluar kepala untuk satu sajian pergelaran wayang. Cerita wayang ditulis pada umumnya berdasarkan pada cerita Ramayana dan Mahabarata yang berasal dari India. Cerita wayang biasanya ditulis oleh pengarang dengan identitas yang jelas. Namun bila membaca sepintas judul yang dipergelarkan ini bagi para penggemar wayang yang terbiasa dengan lakon-lakon pakem tentu akan menjadi penasaran dengan judul “Sang Dalang”. Dalam buku-buku cerita pewayangan baik gagrag wetanan ataupun kulonan tentu tidak akan didapati judul cerita seperti itu karena memang judul cerita itu ciptaan Ki Siswantoro sendiri.

Bila seorang dalang adalah sosok yang mempunyai keahlian membawakan cerita wayang dengan menggunakan wayang sebagai alat peraga agar cerita wayang yang diceritakan menjadi lebih hidup. Maka dalam dunia pewayangan ada juga seorang dalang yang memang benar-benar mengatur jalannya kisah perjalanan hingga akhir kisah tersebut. Menentukan hidup mati tokoh-tokoh yang ada dalam cerita, menentukan menang kalah dalam sebuah peperangan bahkan sampai ikut campur tangan ketika takdir itu melenceng dari kehendak sang dalang itu.

Ki Siswantoro, S.Pd. (foto dok. TBJT)

Dalang pengatur semua jalan cerita dalam dunia pewayangan tersebut adalah Prabu Kresna. Prabu Kresna yang waktu mudanya bernama Narayana, adalah putra Prabu Basudewa, raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Mahendra/Maekah (Jawa). Prabu Kresna lahir kembar bersama kakaknya, Kakrasana, dan mempunyai adik lain ibu bernama Dewi Sumbadra/Dewi Lara Ireng, putri Prabu Basudewa dengan permaisuri Dewi Badrahini.

Prabu Kresna juga mempunyai saudara lain ibu bernama Arya Udawa, putra Prabu Basudewa dengan Ken Sagupi, seorang swarawati keraton Mandura. Prabu Kresna adalah titisan Sanghyang Wisnu yang terakhir. Selain sangat sakti dan dapat bertiwikrama, ia juga mempunyai pusaka-pusaka sakti, antara lain; Senjata Cakra, Kembang Wijayakusuma, Terompet/Sangkala Pancajahnya, Kaca paesan, Aji Pameling dan Aji Kawrastawan.

Lakon “Sang Dalang” sendiri sebenarnya adalah kisah Mahabarata terutama pada cerita Baratayuda, kisah peperangan hidup mati antara dua wangsa yang sebenarnya masih bersaudara yakni Kurawa dan Pandawa. Peran Prabu Kresna sebagai titisan dewa yang mengatur jalannya Perang Baratayuda begitu dominan. Walau Pandawa kalah dalam jumlah bala tentara namun karena Pandawa adalah gambaran segolongan manusia yang mengemban tugas kebaikan maka kemenangan harus dan wajib didapatkan oleh Pandawa.

Para pesinden yang masih muda, upaya regenerasi yang patut diacungi jempol (foto dok. TBJT)

Ada sedikit sanggit berbeda dari lakon Baratayuda yang biasa dimainkan oleh para dalang pada umumnya. Karena tokoh sentral dalam cerita ini adalah Prabu Kresna, maka tokoh-tokoh dalam cerita (terutama Kurawa) yang terbunuh dalam peperangan menyampaikan pesan-pesan (Jawa: Ngudarasa) kepada Prabu Kresna. Menurut dalang Ki Siswantoro sanggit seperti itu ia ambil dari sanggit model wayang India, dimana ketika tokoh-tokoh tersebut menjemput ajal terjadi dialog panjang dengan Sang Titisan Dewa Wisnu.

Dalang Ki Siswantoro, S.Pd. dalam kesehariannya adalah seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas sebagai Kepala Sekolah di SMPN 3 Kras Kediri. Mulai memainkan wayang sejak umur 10 tahun. Belajar wayang dari keluarganya sendiri yang diajarkan turun temurun sejak dari para kakeknya dahulu yang memang sudah berprofesi sebagai dalang wayang kulit. Ki Siswantoro membawa crew yang mendukung pergelaran kurang lebih 25 orang, mulai pengrawit, sinden dan asisten dalang. Pergelaran ini dapat disaksikan juga melalui Chanel Youtube Cak Durasim milik Taman Budaya Provinsi Jawa Timur. (spd)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.