Bukan Sekedar Bakat Tapi Juga Kecintaan Pada Seni
Judul diatas adalah gambaran jiwa sosok dalang muda kelahiran Sidoarjo 26 tahun lalu, namanya Pringgojati Rahmanu. Ayahnya seorang seniman serba bisa Subiantoro sementara ibunya adalah seorang koreografer sekaligus penari handal bernama Sri Mulyani. Pamannya dari pihak ayah Ki Puguh Prasetyo juga seorang dalang terkenal di Kawasan Gresik dan sekitarnya.
Menerawang darah yang mengalir pada tubuh sosok Pringgojati Rahmanu tidak bisa dipungkiri bahwa bakat seni diwarisinya dari pasangan seniman yang konsisten menjalani profesinya sampai detik ini, jadi soal bakat jangan ditanya lagi. Namun baginya bakat tidak menjadi dasar mutlak untuk menekuni profesi dalang yang ia jalani. Dibutuhkan kecintaan total pada seni tradisi warisan leluhur yang jarang ditekuni generasi millennial sekarang.
Pendidikan sekolah ditempuhnya diawali dari SD Muhammadiyah I Sidoarjo kemudian ke SMPN 5 Surabaya dan lebih mengkhususkan pada seni pedalangan Ketika mulai memasuki SMKN 12 Surabaya. Di SMKN 12 Surabaya inilah Pringgo mulai menyerap banyak ilmu seni pedalangan Jawa Timuran yang diperoleh dari para guru dan juga menimba ilmu dari para dalang terkenal. Andil dari Ki Puguh Prasetyo sangat besar untuk membentuk Pringgojati menjadi dalang profesional seperti sekarang.
Beberapa prestasi telah ditorehkannya dalam dunia pedalangan diantaranya adalah mendapat penghargaan sebagai salah satu dari 10 dalang terbaik non rangking pada Festival Dalang Remaja Jawa Timur tahun 2014. Pada tahun 2016 mendapat penghargaan sebagai Penyaji Lakon Terbaik Tingkat Nasional pada Festival Dalang Remaja Tingkat Nasional. Yang paling fenomenal menurutnya adalah Ketika diundang oleh Bupati Merauke Papua untuk menggelar pertunjukan wayang kulit gaya Jawa Timuran pada acara Ulang Tahun Kabupaten Merauke Papua.
Ketika ditanya soal siapa tokoh wayang yang menjadi idolanya, Pringgo menjawab bahwa semua tokoh wayang yang ada di pakeliran disukainya. Baginya menjadi seorang dalang harus menyukai semua wayang, sebab bila tidak dilandasi dengan rasa suka pada masing-masing wayang seorang dalang akan mengalami kesulitan mengolah berbagai karakter pada masing-masing tokoh wayang tersebut. Bagaimana sosok wayang yang berkerakter baik atau buruk seorang dalang harus memahami, hal itu sangat berpengaruh baik pada pola gerak, antawacana dan bahkan sampai kepada pola iringan.
Pringgo berharap semoga wayang dimasa pandemi seperti sekarang masih tetap eksis di tengah masyarakat, Pringgo sangat yakin masyarakat generasi penerus baik penanggap maupun penontonnya akan terus menikmati kesenian tinggalan para leluhur yang mangandung banyak nilai filosofi kehidupan yang sangat berguna bagi masyarakat Indonesia. (sp)