Women In Art : Goresan Keindahan Sosok Perempuan Dalam Media Cat Air
Cat air atau populer juga dengan sebutan aquarel adalah medium lukisan yang menggunakan pigmen dengan pelarut air dengan sifat transparan. Meskipun medium permukaannya bisa bervariasi, biasanya yang digunakan adalah kertas. Selain itu bisa pula papyrus, kulit, kain, kayu, atau kanvas. Teknik menggambar dengan cat air usianya sudah sangat tua, dan diperkirakan sudah ada sejak zaman manusia purba melukis di gua-gua di Eropa. Salah satu pelukis cat air tertua di dunia mungkin adalah Albrecht Dürer (1471–1528) dari Jerman yang suka membuat lukisan tentang tanaman, kehidupan alam liar, dan pemandangan alam.
Dibanding lukisan cat minyak, lukisan cat air selama ini tampak kalah pamor, lukisan cat air dianggap lebih rendah derajatnya oleh sementara kalangan dibanding lukisan cat minyak. Hal ini agaknya berkaitan dengan beberapa ‘keterbatasan’ pada lukisan cat air. Media lukisan cat air biasanya hanya dilakukan di atas kertas, yang secara fisik memang kurang tahan lama dibanding kanvas yang merupakan medium utama cat minyak. Ukuran lukisan cat air juga ‘relatif kecil’ sesuai ketersediaan ukuran kertas. Hal ini oleh sementara kalangan dirasa membatasi ruang ekspresi mereka.
Selain itu, secara teknis melukis menggunakan cat air lebih sulit karena harus dilakukan dalam waktu singkat mengingat sifat cat air yang cepat kering. Hal ini berbeda dari melukis menggunakan cat minyak yang bisa dilakukan selama berhari-hari bahkan beberapa bulan. Karena beberapa alasan ini tak banyak pelukis yang menggeluti teknik cat air. Padahal, di luar keterbatasan tersebut sesungguhnya cat air mempunyai sejumlah kelebihan dibanding medium cat minyak. Cat air menghadirkan warna-warna transparan yang kaya dan imajinatif. Sifat transparan media lukis berbasis air dimanfaatkan para artis untuk mencipta gradasi warna yang menarik. Di tangan pelukis yang berpengalaman cat air menawarkan sangat banyak kemungkinan eksploratif.
Kelangkaan dan minimnya karya-karya lukisan cat air yang dipamerkan di Jawa Timur selama ini coba ditangkap oleh tiga orang seniman lukis Surabaya yang dalam proses kreatifitas kekaryaan meraka lebih banyak mengedepankan media cat air sebagai karya lukisan hasil goresan kuas dari tangan-tangan terampil mereka. Ketiga seniman lukis tersebut adalah: 1. Andreanus Gunawan, lahir di Surabaya 13 Desember 1953; 2. Budi Bi, lahir di Surabaya April 1977, alamat: Jl. Jojoran, Gubeng, Mojo, Surabaya; 3. Taufik Kamajaya (Pak Te), lahir di Madiun, 28 Agustus 1950, alamat, Jl. Tambak Medokan Ayu gg.6c, Rungkut Surabaya.
Bertempat di Galeri Prabangkara Taman Budaya Jawa Timur Jl. Gentengkali 85 Surabaya pameran berlangsung mulai tanggal 22 Oktober – 2 November 2019. Obyek lukisan yang ditonjolkan pada pameran ini adalah keindahan sosok wanita, yang ditransformasikan ke dalam media lukis cat air dari berbagai sisi dalam frame general, medium dan detail. Tema yang diusung dalam pameran ini adalah “Women In Art” Water Color & Drawing Exhibition. Tema itu sengaja diusung karena bagi ketiga pelukis itu perempuan adalah sebuah inspirasi, semangat dan gairah yang selama ini menghidupkan jiwa dan mendorong mereka berkreasi. Karena itulah mereka memutuskan memilih perempuan sebagai obyek seni dalam tema “Women In Art” Water Color & Drawing Exhibition.
Perempuan dan tubuhnya adalah esensi suatu keindahan dari nilai-nilai kehidupan, yang dalam karya seni lukis terus hadir dalam wacana yang berbeda-beda, wacana yang satu melengkapi dan menguatkan wacana yang lainnya. Tubuh perempuan dalam beragam citra bagaikan magnet yang mendorong pelukis untuk terus menghadirkannya dalam lukisan yang dihasilkannya. Perspektif pelukis laki-laki dan perempuan tentunya berbeda pada saat mengkonstruksi citra perempuan yang diekpose dalam lukisannya. Goresan kuas ketiga pelukis sedemikian kuatnya menyingkap detail keindahan salah satu makhluk ciptaan Tuhan ini. Dengan ciri khas sapuan kuas dan paduan warna yang berbeda dari ketiga pelukis, namun ketiganya sama menyuarakan satu keindahan sosok perempuan dalam pandangan seorang laki-laki. Karya yang dipamerkan oleh ketiga pelukis berjumlah 173 lukisan dengan rincian hasil karya masing-masing: Andreanus Gunawan memamerkan 101 judul karya, Budi Bi 37 judul karya dan Taufik Kamajaya (Pak Te) 35 judul karya.
Acara dibuka oleh PLT Kepala Taman Budaya Jawa Timur Drs. Edi Iriyanto, MM., dalam salah satu point sambutannya Edi mengatakan, “Karya-karya lukisan cat air yang dipamerkan ini adalah hasil prestasi yang layak untuk dipamerkan dan diapresiasi oleh para apresiator dari kalangan masyarakat, karena karya dari ketiga pelukis media cat air ini telah melalui kuratorial oleh seorang kurator yang ditunjuk dan diberi kewenangan oleh Taman Budaya untuk menentukan layak atau tidaknya karya yang diajukan oleh seniman sebagai sebuah karya lukisan yang sesuai dengan standarisasi dalam dunia keseni rupaan sehingga memenuhi persyaratan untuk dipamerkan di Galeri Prabangkara Taman Budaya Jawa Timur”.
Selamat kepada ketiga seniman lukis yang telah mengadakan pameran di Galeri Prabangkara, Semoga karya-karyanya mampu memberikan angin segar bagi perkembangan dunia lukis khususnya media cat air di Jawa Timur, sehingga menjadi inspirasi bagi generasi millenial untuk bukan hanya sekedar mengapresiasi tapi juga menerjuni bidang seni lukis media cat air sehingga lukisan cat air berdiri sejajar dengan lukisan cat minyak baik secara kuantitas, kualitas atau bahkan nilai jual. (san)