Rengganis dalam Tradisi Lisan Masyarakat Osing
Rohmat Djoko Prakosa

Tradisi Pertunjukan Janger dan Ragam Uniknya
Istilah Rengganis merupakan istilah yang populer pada berbagai wilayah budaya nusantara. hal tersebut karena rengganis dituturkan dalam tradisi lisan masyarakat sebagai bentuk pertnjukan, tembang, dongeng, dan kisah mistis. pada wilayah budaya osing rengganis melekat pada bentuk pertunjukan janger. tema-tema dalam pertunjukan janger merepresentasikan kelekatan masyarakat dengan kisah para raja. jangger Prabu rara, janger rengganis, janger Damar Ulan, pilihan nama pertunjukan janger tersebut menggambarkan kedekatan budaya masyarakat osing dengan majapahit. Rengganis merupakan salah satu penggambaran salah putri yang sakti yang diadaptasi dari Serat Rengganis.
Rengganis sebagai salah bentuk pertunjukan janger memiliki sejarah panjang dari induk Serat Menak, Hikayat Amir Hamzah yang kemudian mengalami propses transformasi budaya dalam berbagai tradisi tradisi lisan maupun tradisi pertunjukan. namun demikian dalam pertunjukan janger masih terdapat benang merah teks pertunjukan dengan Serat Menak, hikayat Amir Hanzah, maupun Serat Rengganis. Rengganis dalam tradisi lisan diceriterakan dalam beberapa versi, terkait dengan kejayaan majapahit. Rengganis diceriterakan sebagai putri Prabu Brawijaya dari Seorang Selir yang menyepi di perbukitan Hyang. Rengganis Dibesarkan dan mendapatkan pendidikan spiritual dari pertapa sakti, sehingga Rengganis menjadi manusia setengah peri.
Versi lain Rengganis diceriterakan sebagai puteri seorang pendeta di gunung arga pura yang akhirnya dinikahi oleh narpadmaja seorang pangeran dari negeri Kuparman. versi ini disajikan dalam pertunjukan janger di wilayah budaya osing, tumbuh dan berkembang di wilayah Cluring, Tegal Dlimo, Sumber Sewu.Tokoh Rengganis dalam kehidupan masyarakat seolah-olah bagian dari sejarah yang mentradisi dan menggenerasi. oleh karena itu terdapat beberapa tempat yang diyakini sebagai tempat tinggal Dewi Rengganis. Puncak Argapura diyakini tempat Dewi Rengganis bersemayam, beberapa tempat diyakini sebagai tempat yang telah disinggahi. antara lain Telaga Patemon Jember, Puncak Rengganis di gunung Argapura terletak di wilayah Probolinggo, Situbondo, dan Bondowoso.’Hal tersebut menunjukkan proses tranformasi dan adaptasi yang mampu meleburkan sastra islami kedalam kehidupan masyarakat, pertnjukan rengganis merupakan refleksi dari penghayatan terdalam terhadap narasi Rengganis.

Pertunjukan Rengganis
Pertunjukan rengganis merupakan salah satu versi pertunjukan janger yang menyajikan lakon dewi rengganis. lakon disajikan dalam adegan-adegan yang mirip dengan pertunjukan ketoprak maupun pertunjukan wayang orang. para pemainnya mengenakan kostum yang sangat mirip dengan wayang orang. sebagian besar dialog menggunakan menggunakan bahasa jawa mataraman, dan beberapa adegan menggunakan bahasa osing, terutama sekali pada adegan lawak. demikian pula dengan dengan gending yang digunakan sebagai pembentuk suasana dramatic adegan digunakan motif gending jawa dan gending banyuwangi yang disesuaikan dengan suasana adegan.
Pertunjukan Rengganis dimulai dengan adegan kraton, jejer kraton negara Bental mukadam yang menampilkan benih peperangan antara negara mukadam dengan negara kuparman. dalam adegan ini tampil beberapa tokoh, yaitu Prabu Mukaji, Datuk Majuki, Tapel Adam, Tapel Aji, Tapel Waja, Tapel Jaya, Rengganis, Tali Rasa, dayang putri. inti pembicaraan dari adegan ini datuk mukaji menghasut Prabu mukaji menyerang negara Kuparman. dalam adegan ini diceriterakan prabu Marjuki akan menggempur kerajaan Kuparman atas hasutan Datuk Marjuki. Rengganis maupun tali rasa tidak setuju rencana tersebut.
Rengganis maupun Tali Rasa meninggalkan Bental Mukadam, kedua nya pergi ke pertapaan cengkir gading untuk bertapa dan berguru kepada Begawan banginda killer. sementara itu di negeri Kuparman Wong Agung Jayengrana, patih teja maktal/arya maktal,lamtanus, jemblung umar mardi, umarmaya, patih supadi, raja selan/kelan lamdahur, ratu ngerum syamsul ngalamrumudangin membahas Parbu Mukaji yang telah lama tidak menyerahkan upeti kepada kerajaan Kuparman. tiba-tiba datang para prajurit Bental Mukadam menyerang istana kuparman. terjadilah perang, Prabu Mukaji dan bala tentaranya dapat ditaklukkan.
Pertapaan cengkir gading Rengganis maupun Tali Rasa berguru pada Begawan Baginda Kilir. Rengganis dan Tali Rasa mendapatkan ilmu sirep Begananda dan ajaran tentang manfaat kembang Puspa Jingga yang ada di taman kuparman. akhirnya Rengganis dan Tali rasa segera pergi ketaman Kuparman untuk mendapatkan kembang puspa jingga. di dalam taman Kuparman Imam Suwangsa (gangga Mina) yang bertugas menjaga kembang puspa jingga sedang menikmati keindahan taman, tiba-tiba diserang rasa kantuk yang luar biasa. Pangeran Imam Suwangsa Sadar ia terkena Sirep Begananda, kemudian ia pura-pura tidur untuk mengetahui siapa yang menyerangnya dengan menggunakan aji sirep begananda. Rengganis dan Tali rasa melihat imam Suwangsa telah tertidur lelap segera memasuki taman kuparman mengambil kembang puspa jingga, terajadilah perang tanding, rengganis segera terbang melarikan kembang puspa jingga bersama tali rasa. perang dilanjutkan sehingga panmgeran imam suwangsa dikalahkan oleh rengganis, tali rasa nampaknya jatuh cinta pada imam suwangsa akhirnya imam suwangsa dibebaskan oleh rengganis tetapi harus menikahi tali rasa, imam suwangsa bersedia menikahi tali rasa dengan syarat kembang puspa jingga dikembalikan ke taman kuparman. Rengganis Setuju dan akhirnya mereka kembali ke taman Kuparman.
Umarmaya terbang mengitari negeri untuk mencari imam Suwangsa, tiba-tiba terjatuh oleh jebakan DatukMajuki dan umar maya ditangkap dimasukkan ke dalam sumur upas. Dalam perjalan ke kuparman Rengganis, imam suwangsa, tali rasa mendengar orang merintih kesakitan. Reangganis segera mengambil umar maya dari sumur upas dan menyembuhkan luka-lukanya. kemudai mereka segera kembali ke istana Kuparman. Akhirnya sesampainya di istana kuparman tali rasa dinikahkan dengan imam suwangsa, rengganis dinobatkan sebagai ratu nusantara.

Rengganis: Pertunjukan Janger sinkretik akulturatif
Menyimak teks pertunjukan Rengganis dapat diamati bahwa pertunjukan Rengganis maupun prabu rara merupakan gugus lakon yang sama, rangganis dalam lakon dinobatkan sebagai ratu nusantara merupakan representasi dari tema pokok ratu puteri. hal ini selaras dengan tradisi lisan masyarakat yang meyakini Dewi Rengganis sebagai ratu nusantara. hal tersebut dikuatkan oleh berbagai mitos tentang rengganis yang tersebar diberbagai wilayah nusantara dengan berbagai variasi nama, tema, dan ragam pertunjukan. tema Rengganis dapat diamati pada bertunjukan wayang menak di wilayah Yogyakarta, Surakarta, pertunjukan kethoprak yang tersebar di wilayah jawa tengah maupun jawa timur, Madura, nusa tenggara, bali, ranah melayu, mapun sunda. Dalam pertunjukan janger banyuwangi terutama diwilayah cluring menunjukkan adanya proses meleburnya sastra islam dari serat menak, hikayat amir Hamzah, serat rengganis yang juga tersebar ke berbagai wilayah nusantara.
Pertunjukan rengganis yang tumbuh dan berkembang di banyuwangi merupakan tradisi pertunjukan yang dibangn melalui transformasi dan adaptasi yan g berkar pada serat menak yang memiliki hubungan tradisi sastra dengan Serat Rengganis maupun Hikayat Amir Hamzah. ini dapat diamati pada penokohan, setting lakon. nama Wong Agung Jayengrana, Umar Maya , Jemblung Umarmadi, Imam Suwangsa, Rengganis, Teja Maktal merupakan nama-nama yang juga digunakan dalam perunjukan wayang menak, kethoprak serta tertulis dalam serat rengganis maupun karya sastra yang semotif. Citra unik dalam pertunjukan rengganis yang menguatkan identitas lokal masyarakat osing adalah penggunaan bahasa, instrument gamelan garap gending, serta tatanan adegan yang merepresentasikan bahasa osing dan Jawa Mataraman sebagai langgam dialog.
Hal tersebut menunjukkan adanya bentuk alkulturasi jawa osing, melayu, timur tengah dalam citra unik pertunjukan. hal ini juga dikuatkan penggunakan kostum wayang orang mataraman, peleburan gending yang membangun suasana-suasana adegan. Peleburan berbagai langgam ke dalam pertunjukan rengganis membangun citra khas, tampilan khas kelompok dayang, ataupun tokoh putri melantunkan lagu-lagu berlanggam tradisi osing mengingatkan kitab pada lanmggam jangger berdendang yang popular dalam tradisi pertunjukan di banyuwangi. hal tersebut seudah barang tentu tidak ditemukan dalam bentuk pertunjukann lainnya.
Tampilan tarian khas Umarmaya ketika hendak terbang, mabur ngambah dirgantara menjadi penanda yang khas bagi tertautnya pertunjukan rengganis dengan berbagai pertunjukan yang lain yang juga berakar pada lakon menak, serat menak. Wayang menak pada tradisi tari di Yogyakarta juga mengekspresikan tokoh Umarmaya Umarmadi dalam tarian klasik berpasangan. citra unik lainnya adalah tempilan Umarmaya sebelum terbang ngambah dirgantara selalu membaca mantra, kasang-kasang kancutan bumi, kasang-kasang kodratullah paringane kanjeng nabi Ibrahim, aku njaluk daya kasektenmu aku arep ngambah dirgantara,ngawiyatttt…(versi kethoprak RRI yogyakarta) …..dalam versi Rengganis Cluring dilantunkan kasang-kasang tirtonadi sing gedhe panguasamu aku bakal munggah dirgantara, … arep pola ini juga dapat ditemukan dalam berbagai bentuk pertunjukan di berbagai wilayah budaya jawa (Yogyakarta, Surakarta) melekat pada pertunjukan kethoprak maupun wayang menak.
Kostum umarmaya, kotang antakusuma memiliki kemiripan dengan kostum gathutkaca pada tokoh mahabarata dalam pertunjukan wayang orang. nampaknya gagasan tokoh yang dapat terbang, ngambah dirgantara selalu diidentikkan dengan dengan gathutkaca. hal ini juga namapak pada gerak-gerakan tubuh penari. tercet, Gerakan sampur, pola Gerakan nampak divariasikan dari Gerakan tari dalam wayang orang—ulap-ulap capengan—mirip dengan Gerakan gathutkaca pada tarian wayang orang.
Dari sisi spiritual pertunjukan Rengganis memiliki tautan nilai filsafati dengan pemulian hidup, hal ini dapat disimak dalam tradisi Rengganis selalu tertaut dengan perayaan hajat perkawinan, hajat khitan. Selebrasi tersebut terkait dengan usaha masyarakat dalam membangun opini public tentang status sosial, serta diraihnya tataran pendewasaan seseorang dalam menjalani tugas hidupnya dalam kehidupan masyarakat. kehadiran pertunjukan dalam pemenuhan hajat sosial masyarakat tentu tidak dapat dilepaskan dari konteks religi, kegiatan ritual yang bersifat sakral. Hal tersebut juga dapat ditautkan dengan ritual pelepasan nadzar;kaul, ritual kemakmuran desa, dan pemuliaan leluhur disimak dari pemaknaan pertunjukan rengganis sebagai bagian dari tradisi yang dilestarikan sebagaimana diwariskan oleh para leluhur terdahulu.
Dalam kontesk pemuliaan leluhur, dalam kehidupan sehari-hari tokoh rengganis dimaknai sebagai dewi pelindung oleh sebagian masyarakat, tempat yang melekat dengan narasi mistik tentang rengganis dianggap memiliki tuah dan dikeramatkan. narasi mistik tersebut memiliki pola tuturan lisan yang setara dengan mitos Kanjeng ratu kidul, nyai rara kidul, dewi lanjar dan beberapa tokoh msitik lainnya di wilayah nusantara. Narasi yang melekat dalam tradisi lisan merefleksikan penyatuan kosmik antara manusia, alam, dan Tuhan sang pencipta alam.

Pengkayaan Nilai: dari Filsafati Menuju Nilai Ekonomi
Dalam pertunjukan rengganis mengandung nilai-nilai filsafati bentuk pemuliaan hidup, nilai kautaman, kabecikan, jalan damai dalam tuturan bahasa yang santun nan indah. Pada setiap segmen adegan selalu disisipkan ajaran-ajaran moral yang luhur baik dalam pola dialog, laku dramatic, dan interaksi-interaksi yang bersifat simbolik. Pemuliaan leluhur terkait dengan ritual. masyarakat memaknai seni menjadi bagian dari ritual pemenuhan hajat hidup. doa penyediaan sesaji suci untuk roh leluhur, doa tolak bala agar pertunjukan lancar tanpa aral melintang.
Rengganis sebagai salah satu bentuk pertunjukan seni yang menghibur menumbuhkan komersialisme. pemenuhan cita, rasa, dan selera masyarakat akan hiburan. hal ini dapat diamati sisipan berbagai kemasan lagu, lawakan yang terfokus untuk menyentuh cita rasa dan selera penonton.oleh karena itu sangat wajar penampilan Rengganis menjadi bagian penting penting dari pemenuhan kebutuhan masyarakar akan hiburan yang menyegarkan kehidupan rohani. semakin kemasan disukai masyarakat maka akan semakin sering mendapatkan job tanggapan pada bulan-bulan hajatan.
Dampak pertama dari sering mendapatkan job, maka pemain menjadi lebih bergairah diatas pentas, pendapatan kelompok kesenian ini menjadi pacu yang baik bagi tegaknya menejemen produksi bagi kelompok-kelompok janger yang lain. hal tersebut menjadi rangsang bagi timbuh dan berkembvangnya iklim kesenian yang baik dan menggembirakan. Terdapat pengkayaan nilai yang bersifat filsafati dan kemudian berkembang pada pengembangan nilai ekonomi. dapat diamati keselarasan nilai filsafati dengan nilai ekonomi yang disertai dengan kualitas garap yang mengikut pada cira rasa dan selera masyarakat. (RDP)