Pager Mangan Tanduran : Dagelan Ala Pendalungan Yang Berbeda Dari Yang Lain

Judul di atas bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia artinya pagar makan tanaman. Pagar makan tanaman adalah sebuah peri bahasa dalam Bahasa Indonesia yang bila diartikan maknanya adalah seorang pelindung yang malah memanfaatkan orang yang dilindunginya untuk sekadar memuaskan hasrat pribadinya. Lebih menjurus ke hal yang lebih sensitif, biasanya istilah tersebut mengarah kepada kasus perselingkuhan, bisa antara seorang lelaki dengan istri temannya sendiri, istri seorang penguasa dengan atasan atau bawahannya dll. Bila judul diatas dipentaskan dalam sebuah adegan drama realis mungkin situasi tegang di seputar dialog akan terjadi, namun ketika judul di atas dimainkan pada sebuah dagelan atau lawakan, bukan ketegangan atau keseriusan yang membawa emosi penontonnya, tapi justru gelak tawa para penonton karena akting dan dialog para pemainnya yang kocak dan konyol.

Lukas (kiri) dan Sukri (kanan) beradu akting dalam pertunjukan dagelan di Gedung kesenian Cak Durasim, akting mereka sangat lucu dengan jok-jok lawas namun masih saja tetap lucu ketika dipentaskan dalam sebuah pertunjukan dagelan (foto dok. TBJT)

Dagelan merupakan salah satu seni rakyat yang sifatnya spontan.Pementasan seni ini tidak terikat pada naskah atau teks yang memberi alur cerita. Tapi merupakan improvisasi percakapan yang dilakukan oleh para pemainnya. Dagelan didasari sebuah lakon singkat yang kemudian dikembangkan sendiri oleh pemainnya ketika pementasan dagelan berlangsung. Kelucuan diusahakan dari gerak-gerik, cara bicara, dan isi pembicaraan pemain. Sifat dagelan adalah lebih ke parodi (plesetan), maka efek realistis dihindari. Seperti pada pergerlaran Dagelan Online yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Jatim pada 26 Maret 2022 di Gedung Kesenian Cak Durasim.

Dengan mengangkat judul Pager Mangan Tanduran, grup dagelan  Cak Sukri Cs. dari Kabupaten Lumajang turut memeriahkan rangkaian Pergelaran periodik Dageline. Tampil di urutan ke-2 pada jadwal tahun 2022 ini. Para personil grup dagelan Cak Sukri Cs. terdiri dari: Sukri, Sugiarti, Lukas, Saipul.

Adegan dibuka dengan Kidungan yang dibawakan oleh Supri, ada yang menarik pada kidungan jula-juli yang dibawakan oleh Supri, yakni julai-juli Pendalungan.  Menurut Aris Setiawan Dosen Etnomusikologi ISI Surakarta, “Walau berpijak pada kerangka musikal yang sama pada gending jula juli pada umumnya, namun jula-juli Pendalungan mampu memunculkan kesan, karakter, nuansa dan suasana yang berbeda antar satu daerah dengan yang lain, jula-juli Pandalungan adalah representasi dari masyarakat keturunan Jawa-Madura dalam upaya menjadi Jawa sejati, sementara Jula-juli Surabayan adalah pengkultusan dari karakter budaya kota. Keduanya dapat menyatu sebagai entitas musikal dalam pertunjukan dan menjadi wacana perlawanan antara dominasi Jawa dan pendatang”. Masyarakat Lumajang yang mayoritas adalah masyarakat Pendalungan sangat kental dengan perpaduan budaya Jawa dan Madura, sepertinya berusaha membangun jati diri dengan memunculkan kidungan julai-juli yang unik memakai bahasa Madura dengan bentuk irama yang berbeda dengan kidungan julai-juli gaya Surabayan.

Alur cerita dimulai dari pertemuan Sukri dan Saipul, kemudian datang Buna (diperankan oleh Sugiarti), terjadi dialog diantara 3 orang tersebut. Buna mempersilahkan Saipul untuk datang ke rumahnya. Buna yang berpakaian ala perempuan pendalungan sehari-hari menggunakan dialog bahasa Jawa Timur gaya Malangan, terkesan kurang pas dengan pakaian yang dikenakannya. Seandainya tokoh Buna menggunakan bahasa Jawa Timuran aksen Madura sebagaimana para perempuan Pendalungan tentu akan semakin lucu.

Saipul mendatangi rumah Buna yang ternyata menimbulkan salah tafsir bagi Saipul soal ajakan mampir ke rumah Buna. Saipul menafsirkan bahwa ajakan Buna tersebut mengarah ke perselingkuhan, namun ternyata menurut Buna tidak. Terjadi kelucuan dalam dialog-dialog mereka berdua. Gestur tubuh Saipul serta dialognya yang bergaya ala pria blo’on memancing tawa penonton.

Adegan berikutnya, Sukri bertemu dengan Lukas, sosok pria berpenampilan sangar berpakaian ala pria Pendalungan dan berkumis tebal. Akting serta dialog yang diperankan Lukas patut diacungi jempol, gerak-gerak karakter pria Pendalungan yang keras dan meledak-ledak diperankannya dengan baik namun lucu. Bahasa campuran Jawa aksen Madura dan bahasa Madura dia sampaiakan dengan pas. Sepintas bertampang keras tapi ternyata kocak tidak sesuai dengan karakter pria Pendalungan, namun justru ini yang menjadi menarik dan lucu.

Buna, Lukas, Saipul, Sukri, sebuah adegan yang mengocok perut (foto dok. TBJT)

Dialog antara Sukri dan Lukas terjadi imbal balik yang menarik dan memancing tawa penonton. Sukri memang pelawak ludruk senior yang kaya pengalaman, sehingga wajar penontonpun begitu menikmati jok-jok Sukri walaupun terkesan lawas namun masih saja lucu walau dimunculkan berkali-kali. Sukri melaporkan kepada Lukas tentang ulah perselingkuhan Saipul dan Buna. Lukas sebagai keamanan di kampung tersebut merasa terusik kewibawaannya dan berangkat akan mendatangi rumah Buna.

Adegan beralih ke rumah Buna, ketika Saipul sedang berdialog dengan Buna datang Sukri yang berniat menggerebek Saipul, tapi Saipul sebelumnya disembunyikan Buna di belakang kursi yang ditutupi kain. Sukri yang awalnya ingin menggerebek malah berbalik niat ingin berselingkuh juga dengan Buna. Namun Buna menolak, ditengah dialog diantara mereka berdua teriakan Lukas dari luar membuat bingung Sukri. Maka disembunyikanlah Sukri di belakang kursi pada posisi pas di belakang Saipul dan ditutup kain. Terjadi akting dan dialog lucu pada adegan ini, ulah Lukas yang bertampang sangar namun lucu membuat penonton terpingkal-pingkal karena mengerjai Saipul dan Sukri.

Pada akhirnya niat jelek Saipul dan Sukri terbongkar juga, dijelaskan oleh Lukas bahwa Buna adalah istrinya yang sudah lama tidak pernah didatangi dan dinafkahi. Saipul dan Sukri paham duduk persoalan yang sebenarnya dan selesai. Alur cerita pada dagelan ini bila dilihat dari kacamata realistis memang tidak masuk akal, namun namanya juga dagelan, unsur realistis menjadi tidak penting karena tujuan pertunjukan dagelan yang sebenarnya adalah menghibur penonton dengan kelucuan-kelucuan yang dipertontonkan baik dalam alur cerita maupun akting para pemerannya. Malah menjadi aneh dan tidak sukses ketika sebuah pertunjukan dagelan tidak mampu memancing tawa penonton. Dampak ke depannya tentu saja hiburan yang mereka jual ke masyarakat menjadi tidak laku. Pergelaran secara utuh bisa disimak melalui Chanel Youtube Cak Durasim milik Taman Budaya Jawa Timur. (spd)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.