Pergelaran

Kopyah Bidadari, Ujian Kejujuran Ala Dagelan Ngalamono

Dagelan Ngalamono dari Kabupaten Malang berkesempatan mengisi acara Dagelan Online yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Jawa Timur pada Sabtu, 22 Oktober 2022 di Gedung Kesenian Cak Durasim pada pukul 20.00 s/d. selesai. Antusiasme penonton untuk menyaksikan pergelaran Dagelan Ngalamono ini sangat lumayan, terbukti dengan penuhnya kursi penonton yang tersedia di Gedung Kesenian Cak Durasim. Gelak Tawa terdengar riuh setiap kali jok jok segar diperagakan oleh para pemain Grup Dagelan Ngalamono.

Foto dok. okto TBJT

Grup Dagelan Ngalamono diperkuat oleh 4 personil masing-masing adalah: Sabil Lestari, Sodrun, Giarto dan Ambul. Pertunjukan dagelan seperti yang dipergelarkan oleh Taman Budaya ini sebenarnya adalah sebuah petikan dari adegan lawak pada konsep pertunjukan ludruk. Termasuk dalam salah satu seni rakyat yang sifatnya spontan. Pementasan dagelan tidak terikat pada naskah atau teks yang memberi alur cerita. Spontanitas ini merupakan improvisasi percakapan yang dilakukan oleh pemain. Didasari sebuah lakon singkat yang kemudian dikembangkan sendiri oleh pemainnya ketika pementasan dagelan berlangsung. Kelucuan diusahakan dari gerak-gerik, cara bicara, dan isi pembicaraan pemain. Sifat dagelan adalah parodi, maka efek realistis dihindari.

Adegan pertama dimulai dengan parikan yang dibingkai dalam tembang Jula Juli sebagaimana dagelan dalam ludruk. Dibawakan oleh Ambul yang bertampang lucu yang memerankan sosok lugu namun jujur. Lakon “Kopyah Bidadari” sebenarnya adalah lakon yang hanya dikarang begitu saja yang cenderung tidak realistis yang bertujuan mnguji kejujuran orang yang melihat gambaran di dalam kopyah itu.

Foto dok. okto TBJT

Kopyah milik Sabil ada gambaran Surga dan Bidadari di dalamnya, hanya orang-orang jujur dan berhati bersih yang bisa melihat gambaran Surga dan Bidadari dalam kopyah itu. Giarto yang memerankan tokoh orang Madura dan Sodrun yang memerankan Lurah bisa melihat gambaran indah itu dalam kopyah. Sementara Ambul yang lugu tidak dapat melihat sama sekali dan menuduh Sabil hanya mau menipu saja.

Sampai pada akhirnya dijelaskan oleh Sabil, bahwa penampakan Surga dan Bidadari dalam kopyah itu adalah akal-akalannya. Gambaran Surga dan Bidadari itu sebenarnya tidak ada. Giarto dan Sodrun justru tidak jujur pada dirinya sendiri, karena gengsi kalau mengatakan tidak melihat. Dan Ambul yang mengaku tidak melihat dan menuduh Sabil menipu malah justru yang benar, jujur, bersih apa adanya masih steril tidak terpengaruh apapun sehingga tidak melihat apapun di dalam kopyah itu. Semua itu adalah cara Sabil untuk mengukur kejujuran teman-temannya. Sehingga pada sampai pada kesimpulan bahwa, “Ketakutan bisa menenggelamkan kejujuran sehingga berakibat kebohongan merajalela”. (sn)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.