Ziarah dan Tasyakuran Dalam Rangka HUT Taman Budaya Jatim Ke-45
Memasuki usianya yang ke-45 pada 20 Mei 2023, Taman Budaya Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan rangkaian acara untuk memperingati harlah tersebut. Diantaranya adalah ziarah ke makam tokoh ludruk Jawa Timur yang menjadi ikon nama gedung pertunjukan prosenium milik Taman Budaya Jatim, yakni Cak Durasim. Pelaksanaan pada Jum,at, 19 Mei 2023, jam 16.00 wib di makam Tembok Gede Jl. Tembok Dukuh X, Kel. Tembok Dukuh, Kec. Bubutan, kota Surabaya.
Cak Durasim bernama asli Gondo Durasim. Dia dilahirkan di Jombang, Jawa Timur. Cak Durasim merupakan seniman ludruk yang memprakasai perkumpulan ludruk di Surabaya. Pada tahun 1937, ia mempopulerkan cerita-cerita legenda Surabaya dalam bentuk drama tradisional ludruk. Dalam setiap pertunjukan ludruk yang digelarnya, bentuk pertunjukannya merupakan satu kesatuan yang terdiri dari tari remo yang menampilkan gerak-gerak keperwiraan/kepahlawanan, juga dagelan sebagai sisipan, dan baru kemudian masuk ke inti cerita.
Selain di Jombang, ia juga pernah mulai membentuk kelompok ludruk di Surabaya. Hal ini karena dalam pembentukannya ludruk tersebut disponsori oleh Tom alias Dr. Soetomo, tokoh pejuang perintis kemerdekaan yang terkenal di awal ke-20. Kedatangan tentara Jepang tidak membuat kecil nyalinya. Bahkan pada tahun 1942 ketika tentara Jepang menguasai negeri ini, melalui ludruk sebagai media penyemangat anti penjajahan, ia membangkitkan semangat juang arek-arek Surabaya dalam mengkritik pemerintah penjajah Jepang dalam setiap pementasan drama ludruknya. Selain menceritakan legenda Surabaya ia juga mementaskan cerita perjuangan-perjuangan lokal masyarakat Jawa Timur. Melalui parikan-parikan gendhing Jula-Juli Surabayan, kritik yang disampaikan kepada pemerintah penjajah Jepang, sering membuat para petinggi penjajah Jepang marah.
Pada puncaknya waktu pentas di Keputran Kejambon Surabaya ia melantunkan kidungan yang sangat populer yang berbunyi: “Pegupon omahe doro, melok Nippon tambah sengsoro”. Akibat sebaris kalimat itulah ia ditangkap, disiksa oleh tentara Jepang dan akhirnya mereka menyeretnya ke penjara. Ia meninggal dunia setahun kemudian, dan dimakamkan di Makam Islam Tembok. Berkat keberanian itu, namanya dikenang sepanjang masa sebagai seniman sekaligus pahlawan yang berjuang pada jalur kesenian. Walau sampai saat ini pemerintah Republik Indonesia belum mengakuinya, namun bagi rakyat Surabaya tokoh Cak Durasim benar-benar dianggap sebagai seorang pahlawan sejati.
Tradisi ziarah ke makam Cak Durasim di makam Tembok Gede sudah sejak lama dlakukan oleh pimpinan dan staff Taman Budaya Jawa Timur yang diikuti pula oleh para seniman. Namun pada acara ziarah kali ini ada sesuatu yang istimewa yakni turut hadirnya Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Dr. Hudiyono, M.Si. yang pada sebelum-sebelumnya hanya dihadiri oleh pimpinan dan staff Taman Budaya Jatim dan beberapa seniman. Tampak pula hadir pada acara ziarah tersebut, Kepala UPT Taman Budaya yang baru saja dilantik Ali Ma’ruf, S.Sos., M.M. dan mantan Kepala Taman Budaya Jatim Samad Widodo, S.S., M.M.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur dalam keterangan persnya setelah acara ziarah mengatakan, “Kami sebagai warga Jawa timur sangat bangga dengan perjuangan Cak Durasim dalam memperjuangkan kemerdekaan melalui syair dan kesenian terutama ludruk, Semangat perjuangan Cak Durasim sangat tepat untuk mengingatkan generasi muda saat ini khususnya di Jawa Timur agar tidak terlena dengan pengaruh budaya barat yang masuk sebagai dampak kemajuan teknologi informasi yang sulit disaring”.
Setelah acara ziarah ke makam Cak Durasim pada malam harinya sekitar pukul 20.00 wib di Sawunggaling Hall dilaksanakan Tasyakuran sekaligus jumpa pers dengan mengundang sejumlah media baik online atau offline untuk meliput seputaran HUT Taman Budaya Jawa Timur ke-45 yang pada puncak acaranya ditutup dengan Pergelaran Ludruk Kolaborasi dengan mengusung lakon “Kepaten Obor” yang dlaksanakan pada Sabtu, 20 Mei 2023 di Gedung Kesenian Cak Durasim. (pr)