Pergelaran Wayang Kulit Lakon “Sang Kresna”
Taman Budaya Jawa Timur kembali menggelar pertunjukan wayang kulit di Pendapa Jayengrana pada Sabtu, 18 Juni 2022. Pergelaran wayang kulit dibawakan oleh Dalang Ki Eko Suseno S.E. yang membawakan lakon “Sang Kresna”. Acara dimulai pada pukul 20.00 wib. Semua kursi yang disediakan panitia terisi penuh tak menyisakan satupun, bahkan ada penonton yang rela berdiri atau duduk di lantai pendopo karena begitu antusiasnya menyaksikan pergelaran wayang yang baru dua kali ini diselelnggarakan secara live di Pendapa Jayengrana.
Seremonial rangkaian acara diawali dengan sambutan oleh Kepala Taman Budaya Jatim Samad Widodo, S.S., M.M. Dalam sambutannya Kepala Taman Budaya menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Pemerintah Kota Surabaya melalui Satgas Covid-19 Kota atas diijinkannya kembali pergelaran wayang kulit semalam suntuk diselenggarakan kembali di Taman Budaya Jatim. Kepala Taman Budaya Jatim berharap semoga Pergelaran wayang ini menjadi momentum bangkitnya kembali Jawa Timur dari keterpurukan ekonomi akibat pandemi covid-19, sebagaimana Program Jatim Bangkit yang dicanangkan oleh Gubernur Jatim. Diawali dari kebangkitan kembali seni budaya di Jawa Timur stabilitas ekonomi diharapkan perlahan-lahan kembali normal seperti sediakala.
Pergelaran dimulai dengan penyerahan tokoh wayang Kresna oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Periwisata Provinsi Jawa Timur Sinarto, S.Kar., M.M. kepada Dalang Ki Eko Suseno S.E dalang muda asal Kabupaten Nganjuk yang juga sebagai Sekretaris II kepengurusan Pepadi Nganjuk. Selama pergelaran Ki Eko di iringi oleh grup karawitan Banon Cinawi pimpinan Ki Eko Suseno sendiri dengan jumlah personil mencapai 31 orang.
Lakon “Sang Kresna” merupakan gambaran kisah hidup tokoh Kresna yang pada waktu mudanya bernama Narayana. Tidak ada dalam lakon pakem wayang kulit tapi lebih menyerupai biografi tokoh Kresna dalam gambaran cerita pewayangan. Cuplikan dari beberapa cerita lakon pakem wayang kulit yang kemudian dirangkai menjadi satu. Lakon ini mengisahkan perjalanan hidup Sri Kresna, dimulai dari membantu membongkar niat Adipati Sengkapura , Sang Kangsadewa yang akan memberontak terhadap negara Mandura. Dilanjutkan dengan kisah penggagalan niat dari Prabu Duryudana yang ingin menjajah negara Kumbina, dengan cara licik yakni menikahkan Resi Durna dengan Dewi Rukmini.
Pada adegan terakhir, mengisahkan perjalanan Sri Kresna menjadi duta pamungkas para Pandawa untuk meminta kembali haknya atas kerajaan sebagian kerajaan Ngastina. Kedatangan Prabu Kresna untuk menyampaikan tuntutan dari Pendawa akan haknya atas sebagian kerajaan Ngastina yang telah dikuasai Kurawa lewat permainan dadu, ternyata mendapat sambutan yang meriah dan formal dari para petinggi istana Astina. Dalam pertemuan tersebut, para tetua (sesepuh) Kurawa (Dewi Gandari, Dastarasta, Resi Bisma, dan Pandita Durna) menyatakan dukungannya atas tujuan Kresna.
Pada saat itu, Kresna datang dengan ditemani oleh dewa-dewa Kahyangan seperti Janaka, Ramaparasu, Kanwa, dan Narada. Prabu Duryudana hanya terdiam mendengar sabda Kresna dan nasehat para sesepuh istana. Setelah menerima isyarat dari Karna, ia pamit dan meninggalkan acara pertemuan dengan Kresna. Diluar dugaan Kresna, Prabu Duryudana menyiapkan bala tentara untuk menyerbu bala tentara Dwarawati yang mengiringi kedatangan Kresna. Pasukan Astina yang diam-diam mengepung pasukan Dwarawati tersebut dapat diketahui oleh Setyaki. Dengan cepat ia melapor pada Kresna.
Mendengar hal itu, Kresna menjadi marah. Ia segera mohon pamit dari ruangan pertemuan dan pergi menuju alun-alun istana. Kresna bertiwikrama. Tubuhnya berubah menjadi raksasa sebesar gunung. Suaranya menggelegar. Dari seluruh tubuhnya keluar api. Seketika bumi berguncang dan lautan mendidih. Semua senjata sakti yang ada didunia ada dalam genggamannya. Kresna membuktikan dirinya sebagai titisan Dewa Wisnu.
Demi menyaksikan kemampuan Kresna yang bukan hanya dapat menghancurkan Kerajaan Astina tetapi juga seisi jagad raya, maka para dewa turun kebumi. Mereka meminta Kresna untuk tidak membuat pralaya. Tetapi membiarkan persoalan ini diselesaikan sendiri oleh Pandawa.
Kresna adalah salah seorang tokoh vital dalam kisah Mahabharata. Kresna merupakan seorang yang bijaksana, pintar, dan sangat sakti. Senjata cakranya nyaris tak terkalahkan sehingga sangat ditakuti oleh semua pihak. Kepintaran dan kepiawaian Kresna dalam tata negara serta siasat dan taktik perang sudah tidak perlu diragukan lagi. Kemampuan Prabu Kresna dalam mengatur roda pemerintahan terbukti sangat baik dari tatanan dan kehidupan masyarakat negeri Dwaraka yang maju, makmur dan sentosa. Demikian pula dengan siasat dan taktik perang yang dimiliki oleh Prabu Kresna, tidak ada yang memungkiri kemampuannya dalam hal yang satu ini. Karena itu pulalah Kresna menjadi penasehat perang para Pandawa dalam Bharatayudha.
Sosok Kresna merupakan salah satu ikon besar dalam perang Bharatayudha. Keterlibatannya yang sesungguhnya lebih dari hanya sebagai sais kereta kuda Arjuna, dia juga merupakan teman sekaligus guru spiritual dan penasehat perang para Pandawa. Salah satu nasehatnya kepada Arjuna yang paling terkenal ada pada kitab Bhagawad Gita, sebuah wejangan yang diberikan Kresna kepada Arjuna ketika timbul keragu-raguan Arjuna untuk melawan saudara-saudara sepupunya (Kurawa) dan para tetua Hastina lainnya. (sn)