Lekas Sembuhlah Negeri Ini

Oleh: Murlan

Harapan menunggu kepastian tidak kunjung datang, pergi tidak pergi, pudar tidak pudar, hilang tidak hilang, entah kemana ilusi itu akan menelusup. Ironisnya ketidakpastian mengubah segalanya. Karya pertama komposer Eko Kasmo dalam Gelar Komposer 2022 seakan membidik dunia penuh dengan ketidakpastian belaka.“Lekaslah sembuh”, wahai jiwa yang tenang, alam semesta ini telah bercengkrama, bersahabat dan berkawan.

Miwiti

Dari jauh terdengar suara sênggrèngan ricikan rebab, halus dan lembut,  serta menyayat hati bagaikan aliran listrik secara paralel, menuju ke segala penjuru arah. Cara memainkan rebab itu juga harus dengan cara halus dan tidak sembarangan. Banyak bagian sensitifnya yang memang perlu perlakuan khusus. Dalam waktu yang bersamaan, keyboard masuk, alat musik yang biasa digunakan untuk mengiringi musik diatonis, oleh Kasmo dipersatukan, digunakan sebagai pengganti ricikan gender. Bagaimana mungkin bisa?

Dalam menyajikan sebuah gending karawitan gaya Surakarta, sebelum menuju ke gending atau lagu terdapat suatu sajian awal. Sajian ini dinamakan pathetan,yang memiliki fungsi menentukan rasa dari gending tersebut, rasa nem jugag, nem wantah, manyura, sanga dan lain sebagainya. Biasanya ricikan rebab dan ricikan gender beradu umpan musikal, saling mengisi ruang dengan melodi balungan yang dibalut cengkok. Malah dalam karya “Lekas Sembuh” ricikan rebab dipadukan dengan keyboard. Awalnya tidak percaya, tetapi setelah melihat secara langsung, ternyata ruang melodi kosong yang dihasilkan sangat dominan, yaitu pada ruang tertentu di mana nada-nada rebab dapat masuk dan mengisi jeda. Selain itu juga terdapat bunyi vokal “o” pada bagian ini yang menyambar mengikuti cengkok ricikan rebab.

Nengahi

“Perang” nada terjadi dalam kurun waktu yang agak lama, segala hembusan dari berbagai jenis alat musik, teknik tabuhan, karakter alat musik akan terangkum di bagian ini. Oleh karena banyak keterlibatan, maka puncak kenikmatan terjadi. Ritme yang sering berubah, melodi naik turun, tempo bergejolak dari largo secepat kilat berubah moderato, maka keseimbangan dan kesatuan akan terbentuk. Ricikan gamelan penegas dari keluarga bilah yaitu Demung, Saron Barung dan Peking akan banyak melakukan aksi girasnya. Terdapat dua jenis balungan digunakan yaitu balungan ngadhal dan balungan mlaku. Sedari itu, sambaran vokal begitu empuknya saat terjadi perang tersebut.

Mungkasi

Begitu lamanya “perang” antar ricikan atau instrumen menghasilkan goncangan musikal. Power, ketajaman dan kehebatan serta kelincahan seakan dikeluarkan semua demi menghasilkan komposisi yang enak. Akhirnya tiba saat suwuk  (berhenti, ending atau selesainya sajian lagu karawitan atau karya lagu). Pada bagian ending Karya “Lekas Sembuh” semua ricikan atau alat musik melakukan proses penurunan tempo. Irama dan laya, semua terkoodinir dengan baik. Suwuk dilakukan secara bersamaan menegaskan bahwa negeri ini “Lekas Sembuh” dari ketidakpastian yang tertunda. Semoga karya ini bisa diambil makna dan hikmahnya.

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.