Dalang Senior Ki Sukron Suwondo Buka Pergelaran Perdana Tahun 2020
Sabtu, 8 Pebruari 2020, Taman Budaya Provinsi Jawa Timur menggelar pergelaran perdana pada tahun 2020 dengan menampilkan pergelaran wayang kulit semalam suntuk bersama dalang senior dari Kabupaten Blitar Ki Sukron Suwondo, lakon yang dipentaskan adalah Babad Lesanpuro.
Ki Sukron Suwondo siapa tak kenal, dalang kondang asal Blitar ini adalah ayah dari dua dalang muda berbakat yakni Ki Cahyo Kuntadi dan Ki Anom Dwijo Kangkow. Disamping mendalang Ki Sukron juga sering diundang berceramah agama pada acara hajatan di kampung halamannya di desa Krenceng Nglegok Blitar. Pantas bila gelar muballig disandang pula oleh Ki Sukron, Gaya pewayangan Ki Sukron yang khas menjadi sebuah gaya tersendiri yang banyak ditiru oleh dalang-dalang muda di Jawa Timur. Setiap adegan dalam lakon sering dia selipkan nasehat agama sebagai petuah petuah berharga yang ditujukan kepada para penonton. Juga selipan humor segar pada setiap adegan menjadi ciri khas gaya pedalangannya. Kalau boleh dibilang Ki Sukron sudah menciptakan gaya tersendiri yang berpijak pada tradisi tapi memunculkan sebuah gaya pedalangan modern yang unik dan menarik.
Acara dimulai pada pukul 19.30 wib. Diawali dengan sambutan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Sinarto S.Kar., MM. Dalam sambutannya Sinarto mengatakan bahwa pada tahun ini Disbudpar Prov. Jatim melalui Taman Budaya sengaja menggelar wayang kulit yang mementaskan para dalang sepuh yang ada di Jawa Timur, salah satu diantaranya adalah Ki Sukron Suwondo yang diakui oleh Sinarto bahwa Ki Sukron adalah salah satu gurunya dalam ilmu pedalangan karena Sinarto sendiri juga seorang dalang yang mumpuni. Taman Budaya Jawa Timur sebagai pusat kegiatan seni budaya (art centre) khususnya pergelaran seni, pameran karya seni, latihan kesenian dan pusat dokumentasi kesenian di Jawa Timur lebih mengedepankan pada aspek peningkatan sumberdaya manusia dan peningkatan apresiasi seni budaya bagi masyarakat. Pergelaran wayang oleh Ki Sukron Suwondo ini diharapkan mampu memberikan pencerahan kepada khalayak pemirsa tentang ajaran moral yang terdapat dalam cerita pewayangan yang dibawakan oleh Ki Sukron Suwondo, juga pendokumentasian pergelaran ini diharapkan untuk bisa dijadikan bahan referensi dalam bentuk dokumentasi video yang kedepannya bisa dimanfaatkan oleh masyarakat yang membutuhkan.
Pergelaran ditandai dengan penyerahan gunungan oleh Kadisbudpar Prov. Jatim kepada dalang Ki Sukron Suwondo sebagai tanda dimulainya pergelaran wayang kulit semalam suntuk dengan lakon Babad Lesanpuro. Antusiasme penonton yang luar biasa bisa dirasakan dengan penuh sesaknya kursi yang disediakan panitia. Pergelaran ini disiarkan langsung melalui live streaming youtube yang bisa disaksikan melalui handphone dimanapun berada. Cerita Babad Lesanpura identik dengan cerita pewayangan berdirinya Negara Lesanpura. Arya Ugrasena adalah putra ke-empat (bungsu) Prabu Basukunti, raja negara Mandura dengan permaisuri Dewi Dayita, putri Prabu Kunti, raja Boja. Ia mempunyai tiga orang saudara kandung bernama; Arya Basudewa, Dewi Kunti/Dewi Prita dan Arya Prabu Rukma. Arya Ugrasena menikah dengan Dewi Wersini, seorang bidadari keturunan Sanghyang Pancaresi. Ia dapat memperistri Dewi Wersini berkat bantuan Prabu Pandu, raja negara Astina, yang berhasil membinasakan Prabu Kalaruci, raja negara Karanggubarja yang menyerang Suralaya karena ingin memperistri Dewi Wersini. Oleh Bathara Guru, negara Karanggubarja diserahkan kepada Arya Ugrasena, yang kemudian naik tahta bergelar Prabu Setyajid.Negara Karanggubarja pun diganti nama menjadi Lesanpura. Dari perkawinan Dewi Wersini ia memperoleh dua orang putra bernama Dewi Setyaboma dan Arya Setyaki (san).