Dokumentasi Karya Budaya Gending Tradisi Jawa Timur 2024
Taman Budaya Jawa Timur melalui Seksi Dokumentasi dan Publikasi Seni Budaya melaksanakan kegiatan Dokumentasi Karya Budaya Gending Tradisi Jawa Timur. Pelaksanaan acara berlangsung di Gedung Kesenian Cak Durasim pada 28 – 29 Mei 2024. Kegiatan ini sebenarnya sudah akan dilaksanakan sejak tahun 2020 lalu, namun karena adanya wabah Covid-19, kegiatan tersebut tidak jadi dilaksanakan. Baru pada tahun ini kegiatan tersebut bisa terlaksana.
Pelaksanaan Kegiatan Doumentasi Karya Budaya Gending Tradisi Jawa Timur ini terinspirasi dari belum adanya dokumentasi gending-gending Jawatimuran yang terdokumentasi dalam bentuk audio. Selama ini jarang sekali kemasan berupa audio yang direkam khusus lepas dari seni pertunjukan. Gendhing-gendhing Jawatimuran selalu muncul mengiringi seni pertunjukan dan dilestarikan oleh para seniman secara turun temurun.
Jawa Timur sebagai salah satu provinsi yang berada di bagian timur pulau Jawa, berdasarkan riset Alm. Profesor Ayu Sutarto, seorang Guru Besar Universitas Negeri Jember pada tahun 2004, yang masih dijadikan acuan hingga saat ini terdiri dari 10 wilayah kebudayaan. Kesepuluh wilayah kebudayaan, di antaranya, sub kebudayaan Arek, Mataraman, Osing, Samin, Tengger, Pandalungan, Panaragan, Madura kepulauan dan Madura-Bawean.
Masing-masing wilayah budaya tersebut memiliki keunikan dan kekhasannya masing-masing. Salah satu wilayah budaya yang menjadi ikon Jawatimuran adalah wilayah budaya arek. Budaya arek merupakan salah satu subkultur budaya yang ada di Jawa Timur. Budaya arek meliputi wilayah Surabaya, Sidoarjo, Malang, Gresik, Mojokerto, Jombang, sebagian Kediri, dan sebagian Blitar (Abdillah, 2007:52).
Posisi di tengah provinsi yang tidak terpengaruh budaya Mataraman (barat) dan Bali (timur) selama ini menjadi semacam konsensus bahwa budaya inilah memang budaya asli Jawa Timur. Di daerah-daerah budaya arek tersebut dahulu pusat-pusat kerajaan besar di Jawa Timur berada. Mulai Kerajaan Malangkuceswara (abad 7) di Malang, Kerajaan Kahuripan, Jenggala di Sidoarjo dan Kerajaan Kediri (abad 10 s/d 11), Kerajaan Singosari (abad 12 s/d. 13) hingga Kerajaan Majapahit (abad 13 s/d. 15) pernah mencapai kejayaan dan menancapkan budayanya dan masih bisa terdeteksi peninggalannya hingga saat ini.
Masih lestarinya Wayang Topeng di Malang dan Jombang serta dominasi laras gamelan slendro yang merupakan produk budaya asli wilayah budaya arek, masih bisa dinikmati keindahannya hingga saat ini. Gending-gending iringan gaya Jawa Timuran yang menjadi musik pengiring pada kesenian, wayang, ludruk, parikan, kidungan, mocopatan dll. menjadi khazanah kekayaan budaya yang dimiliki Jawa Timur.
Dokumentasi berupa audio gending-gending gaya Jawatimuran yang dikemas menjadi gending khas Jawatimuran diharapkan juga bisa menjadi ikon Jawa Timur dalam kaitannya dengan promosi budaya dan pariwisata. Kalau di Bali ketika kita menginap di suatu hotel atau tempat pariwisata biasanya gamelan bali akan terdengar melalui speaker kecil yang dipasang di beberapa sudut hotel atau tempat wisata. Maka nuansa Bali akan sangat kental dirasakan ketika letak geografis, nuansa alam dan budaya kemudian terdengar gamelan khas Bali mendayu-dayu. Orang bangun tidurpun akan segera ingat sedang berada di Bali.
Beberapa hotel di Jawa Timur ada juga yang meniru konsep seperti itu, namun musik yang diperdengarkan biasanya kecapi sunda yang kurang mets dengan letak geografisnya. Menjadi kurang pas ketika menginap di suatu hotel di Jawa Timur kemudian terdengar kecapi sunda, kesannya menjadi membingungkan antara berada di Jabar atau di Jatim. Kenapa bukan gending-gending khas Jawatimuran yang diperdengarkan.
Mengantisipasi kesalahan-kesalahan sekaligus memulai membumikan ciri Jawatimuran yang menjadi ikon sekaligus penguatan nilai jual aspek budaya dan pariwisata kegiatan Dokumentasi Karya Budaya Gending Tradisi Jawa Timur ini dilaksanakan. Upaya pendokumentasian (audio) gending Jawatimuran oleh Taman Budaya Jawa Timur ini juga diharapkan bisa memberikan sumbangsih bagi kekayaan khazanah budaya khususnya yang ada di Jawa Timur.
Grup kesenian yang menjadi pengiring pada proses perekaman ini adalah Grup Karawitan “Setyo Pamor” pimpinan Ki Sugilar Kondho Bawono dari Kabupaten Mojokerto. Ada kurang lebih 18 gending iringan yang direkam. Mulai gending-gending buko yang biasa diperdengarkan pada iringan wayang sampai dengan gending jula juli yang dipakai pada kidungan. Gending-gending tersebut diantaranya, 1. Balen, 2. Endro, 3. Rembe, 4. Jangkrik Ngerik, 5. Cinde Kembang, 6. Ayak 8 Arang, 7. Gedhog, 8. Blandaran Baru, 9. Thengul, 10. Gunungsari, 11. Gadingan mek-mek, 12. Gadingan Angleng, 13. Gadingan Ajar Kayon, 14 Jula-juli Surabayan, 15 Jula-juli Malangan, 16. Jula-juli Mojokertoan, 17 Jula-juli Jombangan, 18. Jula-juli Lumajangan.
Hadir pada kegiatan tersebut para maestro Kidungan Jawa Timur diantaranya, Cak Kartolo, Cak Agus Kuprit, Cak Pendik, Cak Bagong, Cak Heru Pamungkas, Cak Sopyan, Cak Sabil Sodron dan pesinden senior dari Mojokerto Bu Julaikah. Para maestro tersebut membawakan vokal pada Gending Jawatimuran pada proses Dokumentasi Karya Budaya Gending Jawa Timur tersebut. (pr)