Nganggur Ketekur

Dampak pandemi yang luar biasa melanda seluruh dunia juga mengahantam industri hiburan di tanah air. Segala pertunjukan yang bersifat mengumpulkan massa untuk sementara tidak diperbolehkan oleh pemerintah. Jagad hiburan panggung boleh dikata kolabs, seniman banyak yang nganggur karena sepi job, apalagi seniman tradisi yang mengandalkan sumber kehidupannya dari berkesenian.

Salah satu adegan yang memancing tawa ketika Lusi Brahman dipangku oleh Mondol menirukan salah satu adegan dalam cerita ketoprak. (Foto dok. TBJT)

Bagi seniman yang kreatif mungkin proses berkesenian terus bisa jalan dengan mengubah bentuk pertunjukan dengan model virtual melalui channel youtube. Namun tidak demikian dengan seniman yang hanya mengandalkan penghasilannya dari bermain dari panggung ke panggung. Tidak sedikit dari mereka yang banting stir menjalani profesi diluar keahlian mereka, diantaranya dengan berdagang. Dagang apa saja yang penting menghasilkan uang untuk menyambung hidup sehari-hari.

Hal itu dialami juga oleh tiga seniman dan seniwati Yudo, Lusi Brahman dan Mondol yang tergabung dalam grup dagelan Yudo Cs. Hampir dua tahun nyaris tidak ada job yang mereka terima untuk tampil. Ketiga seniman dan seniwati itu biasa tampil pada pertunjukan wayang kulit pada adegan humor, atau pertunjukan mandiri dengan konsep semacam cariwak (campursari lawak). Namun karena protokoler covid yang hampir dua tahun diterapkan membuat mereka hanya bisa menganggur saja di rumah.

Kiri ke kanan: Yudo, Mondol, Lusi Brahman.
(Foto dok. TBJT)

Pada Kamis, 10 Juni 2021 mereka bertiga berkesempatan tampil untuk mengisi acara channel youtube Cak Durasim milik Taman Budaya Jawa Timur secara off air. Proses pengambilan gambar dilakukan di ruang Sawunggaling Hall yang dirubah menjadi sebuah studio rekaman. Dengan mengangkat cerita berjudul “Nganggur Ketekur” mereka mencoba menggambarkan situasi psikologis mereka ketika tidak ada pekerjaan. Stress melanda membuat mereka bingung, berbagai polah tingkah mereka tuangkan dalam jalinan cerita yang mengundang tawa.

Dalam cerita digambarkan bahwa Mondol yang berkarekter agak “telmi” (telat mikir) menurut istilah anak milenial zaman sekarang, dia mempunyai seorang istri Lusi Brahman yang berkarakter keras namun lucu. Yudo yang juga teman Mondol menjadi pengarah ide ide cerita yang menjadi bagian-bagian dalam cerita tersebut. Misalnya adegan pura-pura menjadi tokoh cerita bertemakan asmara dalam lakon ketoprak yang diselingi tembang disuarakan oleh Lusi Brahman yang memang juga berprofesi sebagai seorang sinden. Secara alur cerita tidak ada yang bisa ditangkap menjadi sebuah alur yang runtut dan bisa dipahami seperti dalam sebuah cerita drama hanya sebuah banyolan dalam sebuah rumah tangga biasa. Karena memang pertunjukannya sendiri dibingkai dalam sebuah tajuk Dageline atau Dagelan Online. Jadi cerita tidak harus pakem mengacu pada cerita tertentu namun bebas yang penting membuat penonton tertawa.

Proses pengambilan gambar tetap menggunakan prosedur protokol kesehatan covid-19. Semua memakai masker, mulai pemain, kru panggung, penonton terbatas dan khusus tiga orang pemain memakai face shield. Yudo sang ketua grup berharap agar pandemi yang melanda seluruh dunia ini segera berakhir dan seniman bisa beraktifitas kembali diatas panggung, demikian yang disampaikannya dalam wawancara penutup. (san)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.