Berita

Pameran Wayang Dalam Rangka Pekan Wayang Jawa Timur 2022

Secara filosofis, wayang merupakan bayangan, gambaran atau lukisan mengenai karakter dan watak manusia. Wayang bisa juga menjadi gambaran sifat manusia yang dualistik. Ada dua kelompok yang saling berkebalikan. Baik dan buruk, lahir dan batin juga halus dan kasar. Keduanya bersatu dalam diri manusia untuk mendapat keseimbangan. Dari gambaran berbagai karakter manusia itu akhirnya muncul bentuk pahatan dengan simbol-simbol tertentu yang selalu melekat dalam setiap tokoh wayang tersebut. Sebagai contoh Bima, Anoman, dan Batara Bayu yang memiliki kesamaan dalam busananya, yakni menggunakan kain poleng bang bintulu yang terdiri atas empat warna, yakni merah, kuning, hitam, dan putih dmana motif itu mewakili empat elemen, yakni tanah, air, angin, dan api.

Foto dok. okto TBJT

Pada bagian muka wayang pewarnaan muka hitam melambangkan kesaktian dan kedewasaan dan keteguhan hati, sebagai contoh pada golongan Dewa, tokoh yang memiliki warna muka hitam yakni, Batara Bayu yang bertugas sebagai dewa yang menguasai angin. Pada golongan Raja yakni Kresna, Gatotkaca, melambangkan sifat kedewasaan dan kesaktian. Pada golongan raksasa dan punakawan, kebanyakan tidak berwarna hitam melainkan merah dan putih. Muka putih melambangkan kesucian, kebagusan dan kehalusan budi. Warna merah yang terdapat pada pewarnaan muka biasanya melambangkan tokoh yang bengis, kejam atau bisa juga kasar. Sebagai contoh Rahwana, Durna Baladewa.

Memasuki wilayah pembuatan wayang orang tidak akan membayangkan bahwa membuat wayang itu sangat sulit dan butuh ketelitian dan kesabaran tingkat tinggi. Dari proses awal sejak penyamakan, pengeringan, pemotongan, penatahan, pengukiran hingga pengecatan kulit sapi atau kerbau prosesnya bisa memakan waktu sampai hitungan bulan atau bahkan tahun bila wayang tersebut disepuh dengan prada dari logam emas. Tidak aneh bila harga wayang menjadi bernilai jual tinggi karena proses pembuatannya yang sulit dan rumit.

Foto dok. okto TBJT

Wayang tidak terhenti sekedar wujud gambaran berbagai karakter manusia saja, namun wayang juga adalah hasil karya seni rupa yang luar biasa indah untuk dikaji dan di apresiasi. Sebagai karya seni rupa, wayang kulit purwa memiliki bentuk unik, berkembang dari zaman ke zaman, namun tetap berkarakteristik. Sejumlah tokoh dengan wataknya masing-masing, tergambarkan dengan jelas dalam balutan ceritera yang bersumber dari wiracarita Mahabharata dan Ramayana.

Selama Pekan Wayang Jawa Timur 2022 yang berlangsung di Taman Budaya mulai 1-7 November 2022 sejumlah karya seni rupa wayang juga ikut serta mengisi ruang pameran galeri Prabangkara. Pameran berlangsung selama Pekan Wayang diselenggarakan. Dengan tema Karena ku Suwayang, maknanya Wayang itu Mempersatukan Kita, yaitu merestorasi nilai-nilai wayang sebagai pemersatu kebhinekaan bangsa dari rasa cinta dan keiklasan yang ditumbuhkan dari wayang dan seni pedalangan itu sendiri. Istilah ini diusung sebagai tema untuk menumbuhkan rasa cinta pada wayang dan seni pedalangan melalui daya kreatif, inovatif dan upaya dari seniman pedalangan untuk tetap menjaga eksistensi demi terwujudnya Melejit Wayangku, Bangkit Jiwaku, Menyatu Bangsaku.

Foto dok. okto TBJT

Pengisi pameran wayang adalah dari Museum Gubug Wayang Mojokerto dan Sanggar Wayang Gogon (Sawago) dari Surarakarta. Berbagai koleksi wayang dipamerkan di galeri Prabangkara mulai wayang itu sendiri, lukisan wayang, hingga lukisan kaca dengan model gambar wayang. Kurator yang ditunjuk untuk mendisplai pameran wayang ini adalah Agus Koecink. (pr)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.