Pekan Wayang Jawa Timur 2022

Hari Wayang Nasional jatuh pada tanggal 7 November, tahun ini peringatan untuk yang ke-4 tahun. Penetapan hari wayang pada tanggal 7 November mengacu pada penetapan wayang sebagai warisan dunia tak benda oleh UNESCO pada 7 November 2003. Wayang ditetapkan  sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Heritage of Humanity atau Karya Agung Budaya Dunia.

Pemberian piagam penghargaan kepada para pengisi Pergelaran oleh Kepala Taman Budaya Jawa Timur (Foto dok. okto TBJT)

Peristiwa penetapan oleh UNESCO itu kemudian diadaptasi dan ditetapkan menjadi Hari Wayang Nasional melalui Keppres nomor 30 Tahun 2018. Keppres tersebut ditandatangani oleh Presiden pada 17 Desember 2018. Dalam Keppres nomor 30 tahun 2018 tentang Hari Wayang Nasional ditetapkan bahwa Hari Wayang Nasional diperingati setiap tanggal 7 November sejak tahun 2019. Namun Hari Wayang bukanlah hari libur, jadi bukan ditandai dengan warna merah.

Untuk menyambut serta memeriahkan peringatan Hari Wayang Nasional yang ke-4, Taman Budaya Jawa Timur menyelenggarakan serangkaian acara yang terbingkai dalam “Pekan Wayang Jawa Timur 2022”, diselenggarakan mulai 1 s/d 7 November 2022, acara diselenggarakan di Pendapa Jayengrana dan Gedung Kesenian Cak Durasim dan juga ada Pameran Wayang dan Pusaka di galeri Prabangkara Taman Budaya Jawa Timur.

Penampilan kolaborasi tiga dalang bocah dalam lakon “Kluruking Jago Jenggala” (Foto dok. okto TBJT)

Tema yang diusung pada Pekan Wayang ini adalah “Karena Ku SuWayang”, makna dari tema tersebut adalah harapan bahwa, wayang bisa mempersatukan kita, merestorasi nilai-nilai moral pada wayang sebagai pemersatu kebhinekaan bangsa dari rasa cinta dan keiklasan yang ditumbuhkan dari wayang dan seni pedalangan itu sendiri. Istilah ini diusung sebagai tema untuk menumbuhkan rasa cinta pada wayang dan seni pedalangan melalui daya kreatif, inovatif dan upaya dari seniman pedalangan untuk tetap menjaga eksistensi demi terwujudnya Melejit Wayangku, Bangkit Jiwaku, Menyatu Bangsaku.

Proses penyelenggaraan acara ini adalah kerjasama antara Taman Budaya Jawa Timur dengan para Seniman Muda Pedalangan, Komunitas Pedalangan Jawa Timur dan SMKN 12 Surabaya.Tujuan dan manfaat yang diharaokan dari kegiatan ini adalah:

  1. Menjadi sarana menumbuhkembangkan kehidupan dan kreatifitas seni pedalangan dan wayang di Jawa Timur dalam wujud karya seni pedalangan;
  2. Menjadi ruang apresiasi seni (pedalangan);
  3. Menjadi ajang silaturahmi dan jejaring seni antar pelaku seni pedalangan dan juga masyarakat seni pada umumnya;
  4. Menjadi sarana rekam jejak (dokumentasi) dalam wujud workshop dan juga kegiatan pergelaran.

Bentuk kegiatan yang diselenggarakan selama kegiatan berlangsung adalah: pertunjukan seni wayang (tradisi maupun eksperimen), pameran wayang, workshop (sabet pedalangan gagrag Jawa Timuran), lomba mewarnai tokoh wayang tingkat anak-anak, orasi budaya atau refleksi nilai-nilai pedalangan, diskusi tentang nilai-nilai kekininan dalam wayang. Sasaran kegiatan lebih ditujukan kepada seniman (dalang) yang memiliki intensitas tinggi dalam proses kekaryaan, apresiator seni pedalangan, anak-anak dan generasi muda di Surabaya dan sekitarnya.

Selebrasi tari kolosal dengan judul “Tari Jekdong” yang dibawakan oleh 200 anak dari sanggar seni di Surabaya (Foto dok. TBJT)

Acara dibuka oleh Kepala Taman Budaya Provinsi Jawa Timur Samad Widodo, S.S., M.M. dihadiri oleh ketua Pepadi Kabupaten/Kota di Jawa Timur. Sebelum prosesi pembukaan dilakukan kunjungan ke Galeri Prabangkara untuk menyaksikan Pameran Wayang dan Pusaka kemudian menuju Pendapa Jayengrana diiringi para penari dan dalang cilik yang stand by di depan galeri.

Selesai prosesi pembukaan dimeriahkan dengan penampilan kolaborasi tiga dalang bocah pemenang kejuaraan Festival Dalang Anak Nasional 2022. Masing-masing adalah: Muhammad Fatikh Assegaf (juara 3 kelompok usia 11-15 th.), Gatan Wisnu Artha (juara harapan 1 kelompok usia 11-15 th.), Danendra Kidung Sidhutama (juara harapan 2 kelompok usia 8-10 th.). Penampilan ketiga dalang bocah dalam kolaborasi ini dipentaskan dengan apik. Kelir yang biasanya hanya menjadi wilayah permainan seorang dalang, dipecah menjadi tiga sehingga menjadi lebih luas. Simpingan wayangpun menjadi lebih pendek. Namun perpaduan ketiga dalang bocah tersebut dalam memainkan satu lakon wayang menjadi menarik. Silih berganti memainkan dialog, sabet dan sulukan dengan karakter warna suara yang berbeda-beda namun menyatu menjadi sebuah tontonan yang menarik untuk diapresiasi.

Foto bersama setelah usai pergelaran (Foto dok. TBJT)

Lakon yang dipergelarkan pada kolarasi tiga dalang bocah tersebut adalah “Kluruking Jago Jenggala”. Lakon tersebut mengisahkan tentang sepak terjang Raden Panji Asmarabangun dalam proses penyamaran untuk mengingatkan ayahnya yang telah melupakannya. Raden Panji memiliki ayam kesayangan yang diberi nama Si Jago, yang bisa memenangkan lomba adu ayam yang diselenggarakan oleh Prabu Lembu Amiluhur yang tidak lain adalah ayahnya sendiri yang seorang raja kerajaan Jenggala. Berkat kemenangannya dalam adu ayam itu Raden Panji akhirnya dikenali kembali oleh ayahnya dan menyatukan mereka kembali dalam kasih sayang.

Pada akhir acara rangkaian pembukaan Pekan Wayang Jawa Timur dipergelarkan selebrasi tari kolosal yang dibawkan oleh 200 anak dari berbagai sanggar tari di Surabaya. Judul tari kolosal adalah “Tari Jekdong” yang merupakan karya dari Agus Heri Sugianto, S.Sn. Tari Jekdong diciptakan oleh Agus sebagai bentuk apresiasi pada semangat anak-anak Jawa Timur yang sangat mencintai wayang. Wayang bukan hanya menjadi ekspresi seni, tapi juga menjadi ekspresi kegembiraan, kebersamaan anak-anak Jawa Timur yang sangat mencintai wayang Jekdongan. (sn)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.