Parade Teater Jawa Timur 2022, Move Forward
UPT. Taman Budaya Provinsi Jawa Timur menyelenggarakan “Parade Teater Jawa Timur 2022” pada 18 – 19 November 2022 bertempat di Gedung Kesenian Cak Durasim. Acara dimulai pada pukul 19.30 wib. s/d. selesai. Tema yang diusung pada perhelatan kali ini adalah “Move Forward”, bermakna “Bergerak ke Depan”. Bila dijabarkan tema tersebut mengandung arti ajakan kepada seluruh seniman yang ada di Jawa Timur untuk kembali bangkit berkarya menciptakan inovasi dan menggali kreatifitas memanfaatkan ruang akspresi yang semakin luas.
Penyaji yang tampil pada Parade Teater ada enam (enam) grup yang telah lolos dari proses seleksi yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Jawa Timur. Serta satu penampilan “Monolog” dari Teater Asdafi Yogjakarta sebagai bintang tamu. Sebelumnya telah diadakan seleksi pada grup teater yang telah mendaftarkan diri ke Taman Budaya Jawa Timur sebanyak 14 grup. Dewan Kurator yang ditunjuk oleh Taman Budaya Jawa Timur untuk melakukan seleksi diantaranya: Deny Tri Arianti (Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta/STKW Surabaya, Arif Hidayat (Universitas Negeri Surabaya/UNESA Surabaya), Mahendra (Sumenep).
Grup yang tampil pada Parade Teater Jawa Timur 2022 di Gedung Kesenian Cak Durasim adalah: Hari Pertama (18 November 2022) Teater IB Creative Art/Kota Surabaya, Teater Komunitas/Kota Malang, Teater Bengkel Seni Manyar Jaya/Kota Surabaya. Hari Kedua (19 November 2022) Monolog, Jedinx Alexander/Teater Asdrafi Jogjakarta, Teater Srawung Seni/KotaSurabaya, Teater Nusa/Kabupaten Gresik, Teater Forum Aktor/Kabupaten Sumenep.
Teater IB Creative Art Kota Surabaya mengusung judul “Tarasmara”, naskah cerita berbicara pada persoalan perkawinan beda suku yakni Jawa dan Sumatera. Jawa diwakili oleh Samaragrawira dari Kerajaan Medang dan Dewi Tara dari Kerajaan Sriwijaya. Perkawinan tersebut pada awalnya dilandasi unsur politis namun pada perkembangannya rasa cinta tumbuh diantara keduanya. Bahasa tubuh lebih mendominasi pada seluruh alur cerita teater IB Creative Art. Unsur-unsur kelenturan tubuh atas dasar ajarab Yoga kental mendominasi hampir di setiap adegan yang dipertontonkan. Disutradarai oleh Ikhsan Bastian.
Teater Komunitas Kota malang mementaskan judul “Asmorosongko”, disutradarai oleh Bedjo Supangat, Asmorosongo hampir sama dengan Teater IB Creative yang lebih menonjolkan bahasa tubuh sebagai idiom tafsir cerita. Mengangkat cerita Perjalanan hidup tokoh Panji dalam ruang dimensi waktu sehingga menemukan banyak falsafah kehidupan disana. Baik persoalan kebijaksanaan, kesabaran, keshalehan yang berguna bagi diri dan kehidupan.
Teater Bengkel Seni Manyar Jaya Kota Surabaya menagangkat judul “Hong”. Berasal dari Bahasa Jawa Hindu Jawa yang artinya “kosong”, Hong berusaha memasuki ruang kosong dengan budaya. Gambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat Jawa dan Madura menjadi tampilan dalam alur cerita.
Pada penampilan hari kedua urutan pertama Monolog Jedinx Alexander(Teater Asdrafi Yogyakarta) dengan menampilkan judul “Terlambat Jeda Titik Koma Berbicara”. Penulis naskah: Mahmud Elqadri, sutradara: Bramanti Nasution, aktor: Jedinx Alexander, video art: Joni Asman. Ide cerita pada judul “Terlambat Jeda Titik Koma Berbicara berangkat dari hasil research penulis naskah Mahmud Elqadri pada sebuah rumah sakit jiwa tentang kemerdekaan pasien rumah sakit. Ada dua unsur yang menjadikan naskah ini tercipta, yakni unsur keseimbangan dan ekonomis. Unsur keseimbangan sebagai contoh bila ada laki-lakai maka ada perempuan, sakit sehat, siang malam maka ada juga orang gila dan orang waras. Kedua unsur ekonomis yakni dari orang gila itulah akhirnya timbul pekerjaan, ada dokter jiwa, perawat, tenaga kebersihan, keamanan dll. Kesimpulannya tidak selayaknya tidak memanusiakan orang gila, orang gila harus dihormati. Akting aktor kawakan Jedinx Alexander sebagai manusia gila yang ngoceh tiada henti dengan kalimat-kalimat kehidupan dipadu dengan video animasi yang menggambarkan wujud Jedinx Alexander sendiri dengan berbagai karakter, menjadi dialog antara dunia nyata dan dunia angan-angan. Agak susah memang memahami inti cerita bila tidak membaca sinopsis yanag ada, namun secara keseluruhan monolog berjalan sangat menarik.
Teater Srawung Seni Kota Surabaya mengusung judul “Pita Kaleng” yang disutradarai oleh Moh. Khotib H. Pita Kaleng menceritakan tentang kisah 2 orang aktivis mahasiswa yang dijebloskan ke penjara oleh teman mereka dari satu organisasi. 2 mahasiswa ini merupakan orang-orang yang berpikir kritis sehingga Ketika mengetahui tindakan melenceng yang dilakukan oleh temannya, mereka tidak bisa tinggal diam. Namun sial bagi mereka, temannya merupakan anak dari seorang aparat terpandang sehingga dengan mudah keadaan berbalik dan merekalah yang masuk ke dalam penjara. Di dalam penjara, mereka ditempatkan di sel khusus yang bernama Penjara Kaleng. Penjara itu dipenuhi oleh kaleng-kaleng yang berserakan, yang mana dapat mengeluarkan suara dan menghubungkan mereka dengan informasi dari dunia luar. Sel itu memiliki akses dan fasilitas yang terbatas. Kebersihan tidak memadahi, sampai-sampai mereka harus meminum kencing mereka sendiri. Bukan hanya itu, sel itu dibuat khusus untuk mereka supaya mereka bisa menjadi tontonan bagi sipirsipir di sana. Akses dan fasilitas terbatas membuat mereka gila, kejiwaan mereka terganggu, dan hal inilah yang menjadi hiburan bagi para sipir.
Teater Nusa Kabupaten Gresik membawakan judul “Senja Putih” dengan sutradara M. Affandy. Bercerita pada persoalan dialog seorang ibu dengan anak perempuan yang menunggu kedatangan sosok suami dan bapak yang pergi entah kemana. Sang anak meyakini bahwa bapaknya sudah meninggal, sementara si ibu meyakini bahwa suaminya masih hidup dan akan kembali. Dua keyakinan yang berbeda pada akhirnya membuat perpisahan, dan si ibu meninggal tetap dengan keyakinan yang dibawanya sampai mati.
Teater Forum Aktor Kabupaten Sumenep mengusung judul “Seni Nomenklatur” yang disutradarai oleh Firman Ichlasul Amal. Sinopsis cerita Seni Nomenklatur, diusianya yang merangkak senja dia (diperankan oleh 4 aktor) ingin membongkar isi kepalanya di atas panggung untuk dipertontonkan kepada penonton. Setelah isinya terburai keluar, dia berharap penonton tahu isi kepalanya adalah kebenaran. Dia meyakini bahwa sesempurna-sempurnanya manusia adalah kepala. Dan sesempurna-sempurnanya kepala adalah kebenaran. Tapi kenyataannya, apa..? Yahh, petualangan dimulai manakala mereka menekuni naskah-naskah kuno, mempelajari seluruh kebajikan semua agama, mereka terteror oleh beragam teks, gambar-gambar visual dari macam bentuk dan propokasinya. Tak tahan dengan melimpahnya citra-citra ini mereka bersiasat untuk mengadukan langsung peristiwa yang dialaminya tersebut kepada sang provider atau si pengirim pesan. Tapi nyaris, setiap sumber maupun provider yang ditemui membuat keyakinan mereka semakin bergoyang. Mereka yakin upaya-upaya eksperimentatif harus dilakukan, termasuk menguji goncangan-goncangan keyakinannya dengan cara yang paling naif. Dia ingin mengatakan kepada penonton apa yang dialaminya adalah gangguan bagi setiap orang. “Toa telah dipersoalkan, sebab bising ternyata mengganggu cara bercinta Luna dengan pasangannya,”. (djt)