Pergelaran

Abimanyu Sekar Tinulis, Gambaran Politik Kekinian

Wayang kulit adalah harta budaya bangsa Indonesia yang patut dijaga dan dihargai. Wayang kulit juga merupakan cerminan yang indah dari identitas nasional dan nilai-nilai yang membentuk masyarakat Indonesia. Bukan hanya sebagai seni pertunjukan yang berfungsi sebagai hiburan, tetapi juga sebagai warisan budaya yang hidup dan relevan yang harus diwariskan kepada generasi mendatang.

Foto dok. TBJT

Dengan menjaga kelestarian seni wayang kulit berarti kita juga menjaga warisan budaya yang tak ternilai harganya dan memastikan bahwa wayang kulit dan cerita yang dibawakannya akan terus menginspirasi dan memberikan pembelajaran atau nilai-nilai yang berharga bagi penontonnya. 

Menjaga kelestarian seni wayang kulit tak bisa dilepaskan dari regenarasi dalang yang diharapkan menjadi generasi pewaris sekaligus penerus dalang senior yang dipastikan akan pensiun pada waktunya. Memang tak mudah untuk melakukan regenerasi itu, apalagi untuk menggiring opini anak-anak agar menyukai seni wayang dan tertarik untuk menjadi dalang. Melalui festival atau lomba Dalang anak, remaja atau dewasa diharapkan bisa menjadi salah satu daya tarik regenerasi Dalang di Indonesia.

Tak terkecuali Provinsi Jawa Timur yang selalu menyelenggarakan festival dalang baik tingkat anak, muda atau dewasa. Para pemenang festival atau lomba tak sekedar terhenti sebatas prestasi yang didapatkan. Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata UPT.  Taman Budaya sering mementaskan para Dalang pemenang festival atau lomba di tingkat provinsi untuk menyalurkan bakat pedalangan mereka dalam bentuk pergelaran.

Foto dok. TBJT

Seperti Pergelaran Wayang Kulit Layar Panjang yang diselenggarakan di Pendapa Jayengrana Taman Budaya Jatim pada 6 November 2023. Tiga Dalang Muda pemenang festival diberi kesempatan untuk berkolaborasi memainkan lakon “Abimanyu Sekar Tinulis”. Ketiga Dalang tersebut adalah Ki Febri Purwanto (Kab. Lumajang). Ni Ike Nur Kumalasari (Kab, Mojokerto) dan Ki Wisnu Jati Pamungkas (Kab. Gresik). Ketiganya merupakan dalang muda potensial dan yang menarik perhatian saalah satunya adalah Dalang perempuan.

Ike Nur Kumalasari sejak kelas 6 Sekolah Dasar hingga saat ini, hari-hari Ike diisi dengan kegiatan pedalangan. Mulai intensif belajar pedalangan kelas 1 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ayahnya yang pertama kali mengenalkannya dengan kesenian wayang. Dari ketertarikannya pada wayang, akhirnya Ike tertantang untuk bisa belajar mendalang hingga mengantarkannya meneruskan studi pedalangan di SMKN 12 Surabaya Jurusan Pedalangan sampai lulus.

Pada kolaborasi tiga Dalang Muda ini gaya pewayangan yang ditampilkan tidak terikat pada satu gaya, tapi cenderung campur antara Jawatimuran dan Surakarta. Pada garap iringannya pun tidak terikat pada aliran tertentu, sangat kolaboratif bahkan memasukkan juga unsur diatonis pada alat musiknya.

Foto dok. TBJT

Pakeliran yang ditampilkan berlangsung kurang lebih dua sampai tiga jam. Dalam pertunjukan itu ketiga dalang mencoba mengangkat polemik pemilihan pemimpin yang berada di negeri ini. Penulis naskah Wejoseno Yuli Nugroho dan sutradara Ragil Yonathan Senopatining Gusti, pergelaran disajikan dengan model dialog tiga dalang yang masing-masing membawakan wayang sesuai karakter tokoh wayang dimainkannya.

Dalam pertunjukan wayang tiga dalang tersebut menceritakan, Kresna menjagokan Abimanyu sebagai Raja karena selain putra Arjuna, Abimanyu juga merupakan keponakan Kresna sendiri. Akan tetapi kebimbangan ia alami ketika Jembawati istrinya, bertanya pada Kresna, mengapa bukan Samba anak kandungnya?

Kebimbangan tersebut membuat Kresna harus menghalalkan segala cara agar kekuasaan berpihak kepada diri dan keluarganya, termasuk menjebak Abimanyu dalam pusaran Wahyu Cakraningrat sebuah dongeng fana tentang lahirnya Ratu Adil harapan semesta.

Foto dok. TBJT

Seiring berjalannya waktu harapan akan lahirnya Ratu Adil kian samar, sosok raja impian itu tak kunjung datang, hingga Abimanyu gugur dalam Bharatayuda. Namun di balik itu, ternyata Kresna sedang menyiapkan Samba, anaknya untuk diajukan sebagai satu-satunya calon Raja yang diharapkan dapat menguasai dunia.

Menangkap tafsir lakon wayang yang disajikan oleh ketiga Dalang muda berbakat tersebut sepertinya sutradara mencoba membaca kondisi politik kekinian yang coba digambarkan dalam lakon wayang “Abimanyu Sekar Tinulis”. (sn)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.