Laporan Utama

PEKAN WAYANG JAWA TIMUR 2023

UNESCO resmi menetapkan wayang sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan di bidang cerita narasi yang indah dan berharga. Pemberian gelar Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity terjadi pada 7 November 2003. Pada tanggal 7 November tersebut resmi ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia sebagai Hari Wayang Nasional. Salah satu pertimbangan penetapan Hari Wayang Nasional itu adalah wayang telah tumbuh dan berkembang menjadi aset budaya nasional yang memiliki nilai sangat berharga dalam pembentukan karakter dan jati diri bangsa Indonesia. Penetapan itu juga dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan kecintaan masyarakat terhadap wayang Indonesia.

Para tamu VIP memasuki Pendapa Jayengrana diiringi barisan prajurit dipandu cucuk lampah seorang penari yang memerankan tokoh Abimanyu (Foto dok. TBJT)

Dalam rangka ikut memeriahkan Hari Wayang Nasional 2023, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur melalui UPT. Taman Budaya bekerjasama dengan FIB Unair dan PEPADI Jatim, menyelenggarakan Pekan Wayang Jawa Timur (PWJ) yang diselenggarakan mulai tanggal 5 – 9 November 2023. Tema yang diambil pada Pekan Wayang Jawa Timur 2023 ini adalah “Karena Ku SuWayang”. Pengambilan tema ini mengandung maksud dengan diselenggarakannya acara Pekan Wayang Jawa Timur 2023 ini mampu menumbuhkan semangat rasa cinta dan keikhlasan dalam menjaga eksistensi kesenian wayang sebagai salah bentuk upaya menjaga persatuan kebhinekaan bangsa serta membangun mentalitas generasi muda sebagai pemegang estafet kepemimpinan bangsa Indonesia yang cemerlang.

Untuk menunjang tema yang mengedepankan unsur kepemudaan maka diambilah figur wayang “Abimanyu” sebagai ikon penyelenggaraan Pekan Wayang Jawa Timur 2023 ini. Figur “Abimanyu” adalah simbol pemuda pemberani, bijaksana dan berorientasi pada kepemimpinan yang konstruktif yang memungkinkan keterjalinan yang harmonis antara rakyat dan pemimpinnya.

Pembukaan Pekan Wayang Jawa Timur 2023 dilaksanakan pada Minggu, 5 November 2023 pukul 20.00 wib. di Pendapa Jayengrana Taman Budaya Jatim. Hadir pada pembukaan tersebut Kepala Taman Budaya Jatim Ali Ma’ruf, S.Sos., M.M., Wakil Dekan I FIB Unair Dr. Listyono Santoso, S.S., S.Hum., M.Hum. dan Ketua Pepadi Jatim Sinarto S.Kar., M.M. Sebelum memasuki lokasi pembukaan disempatkan untuk mengunjungi pameran wayang yang diselenggarakan di Galeri Prabangkara.

Pembacaan Astungkara yang dilaksanakan dalam bentuk kolaborasi antara Sanggar Palupi, Sanggar Baladewa dan Sanggar Candik Ayu (Foto dok. TBJT)

Selesai mengunjungi pameran wayang pada undangan vip menuju Pendapa Jayengrana dengan pengawalan dari gambaran prajurit bersenjata gabungan dari Sanggar Palupi, Sanggar Baladewa dan Sanggar Candik Ayu dipandu oleh seorang penari yang memerankan tokoh Abimanyu yang menjadi ikon pada penyelenggaraan Pekan Wayang Jawa Timur 2023. Acara dibuka oleh Kepala Taman Budaya Jawa Timur mewakili PLT. Kadisbudpar Jatim yang berhalangan hadir.

Dalam point sambutannya PLT. Kadisbudpar Prov. Jatim yang disampaikan oleh Kepala Taman Budaya Ali Ma’ruf, S.sos., M.M. diantaranya, kebudayaan menjadi bagian penting dalam penguatan jatidiri dan karakter bangsa karena basis nilai-nilai luhur yang selalu terkandung di dalamnya. Keluhuran dan keanekaragaman warisan budaya bangsa Indonesia, telah mampu membuka mata dunia. Karya agung budaya dunia oleh UNESCO telah menjadi tonggak semangat menyemarakkan Hari Wayang Nasional sebagai upaya konservasi nilai-nilai budaya wayang pada generasi penerus bangsa. Tema yang diusung pada pekan wayang kali ini adalah “Karena KusuWayang”.

Karena wayang mengandung renungan kepemimpinan dan kebijaksanaan. Dengan hal ini, diharapkan restorasi kepemimpinan dan kebijaksanaan dalam kesenian wayang yang adiluhung dapat diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pemberian piagam penghargaan dan hadiah kepada Dalang Bocah Maulana Ganezta Cakra Wijaya (Kabupaten Ponorogo) dengan gelar Dalang Mumpuni yang disabet olehnya pada acara Airlangga Dalang Festival yang diselenggarakan siang harinya, penghargaan diserahkan oleh Pembantu Dekan I FIB Unair Dr. Listyono Santoso, S.S., S.Hum., M.Hum. (Foto dok. TBJT)

Semangat rasa cinta dan keikhlasan sebagai upaya menjaga persatuan dan kebhinekaan bangsa merupakan pengejawantahan dari kebijaksanaan pemimpin yang ingin ditumbuhkan oleh kesenian wayang dan dunia pedalangan itu sendiri. Untuk diharapkan kepada semua pihak secara bersama-sama memikirkan dan mengupayakan secara terus menerus, memberdayakan potensi seni budaya di Jawa Timur agar berkembang dan meningkatkan kesejahteraan bagi para pelakunya. Tak lupa disampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pelaku seni, pemerhati seni dan pembina seni serta para seniman yang terus berkarya dan berbuat untuk kemajuan seni budaya di Jawa Timur.

Prosesi pembukaan ditandai dengan “Bedhol Gunungan” yang dilakukan secara bersama-sama antara Kepala Taman Budaya Jatim, Wakil Dekan I FIB Unair dan Ketua PEPADI Jatim. Bedhol gunungan dimaksudkan sebagai simbolisasi dibukanya perhelatan Pekan Wayang Jawa Timur 2023 yang berlangsung mulai 5 – 9 November 2023. Nanti setelah selesainya acara gunungan akan akan ditancapkan kembali ke kayon sebagai simbolisasi acara ditutup.

Acara puncak pada pembukaan Pekan Wayang Jawa Timur 2023 adalah Pergelaran Wayang Millenial dengan lakon “Wahyu Cakraningrat” yang dibawakan oleh dalang Ki Gunarto Gunotalijendro. Lakon yang dibawakan adalah “Wahyu Cakraningrat”. Gelar lengkap yang disandang oleh Dalang Wayang Millenial ini adalah Datuk Manggala Budaya Sastra Diraja bernama lengkap KRT. Ki. H. Gunarto Gunotalijendro SH., MM. ada juga yang memberi julukan “Dalang Salto Sawengi Ping Seket” karena banyaknya gerakan salto wayang diperagakan olehnya.

Bedhol Gunungan sebagai simbolisasi dimulainya Pekan Wayang Jawa Timur 2023 (Foto dok. TBJT)

Wayang Millenial yang disajikan Ki Gunarto memang lebih ditujukan untuk konsomsi generasi millenial zaman sekarang. Kendala-kendala bahasa Jawa yang kadang sulit dipahamai dijembatani oleh Ki Gunarto dengan selipan Bahasa Indonesia yang mudah dipahami. Suluk yang biasanya dilantunkan dengan Bahasa Jawa halus diganti dengan suluk berbahasa Indonesia. Hiburan-hiburan yang ditampilkan di adegan limbukan dan goro-goro bahkan diisi dengan lagu-lagu berbahasa Indonesia dan Inggris. Garap iringannya memasukkan unsur diatonis yang biasanya digunakan pada komposisi band modern termasuk alat musik tiup juga dipakai.

Walau tiap adegan pakeliran tetap menggunakan garap iringan baku yang biasanya dipakai pada iringan wayang kulit gaya Surakarta, namun kolaborasi diatonis pentatonis menyajikan komposisi baru yang tidak membosankan. Memang cocok untuk generasi millenial yang kurang memahami secara mendalam Bahasa Jawa Halus.

Ki Gunarto Gunotalijendro lahir dan dibesarkan di sebuah desa di Kecamatan Playen Kabupaten Gunung Kidul DIY tahun 1962. Sang ayah Sastro Harjono (alm.) selalu mengajak nonton apabila di Desanya ada pentas wayang kulit. Dari seringnya nonton akhirnya seni wayang kulit  mendarah daging pada diri Ki Gunarto kecil. Mengetahui bakat dan minat sang anak, ayahnya kemudian membuatkan wayang dari bahan kardus dan keprak sebagai alat pengiring gerak wayang dan pengatur irama gamelan.  Sejak kelas 4 SD,  sepulang sekolah waktunya dimanfaatkan untuk latihan dalang.

Penyerahan tokoh wayang Abimanyu kepada Dalang Ki Gunarto Gunotalijendro oleh Kepala Taman Budaya Jawa Timur, sebagai puncak acara dimulainya Pergelaran Wayang Kulit Millenial dengan lakon “Wahyu Cakraningrat” (Foto dok. TBJT)

Lulus Fakultas Hukum UGM tahun 1988. Setahun kemudian yakni 1989 merantau Jakarta untuk mengadu nasib. Dalam perjalananya atas kerja keras dan keprihatinannya ia kemudian  berhasil membuka usaha sendiri di bidang konsultasi psykologi ketenagakerjaan. Karena kesibukkannya itu ia sempat lupa pada hobynya di seni pedalangan. Namun tahun pada tahun 1995 ia kembali teringat keinginannya dulu untuk jadi dalang.

Saat Pepadi Pusat mengadakan seleksi untuk memilih salah satu dalang yang layak sebagai Dalang Duta Budaya Indonesia untuk Eropa  tahun 2009 ia pun mengikutinya dan mampu menyisihkan peserta lain. Sebagai Dalang Duta Budaya Indonesia untuk Eropa yang diselenggarakan di Hongaria ia pun mempersiapkan dengan sebaik mungkin.  Dalam festifal tersebut peserta diberi kesempatan empat kali pentas dengan masing masing durasi 60 menit. Ketrampilan Ki Gunarto dalam memainkan wayang,  menjadikan penonton terkesima.

Aksi Ki Gunarto (Foto dok. TBJT)

Dari keseriusaannya belajar sabet, maka dalam setiap pementasannya Ki Gunarto mewarnai dengan berbagai adegan perang dengan aneka kembangan dan adegan salto. Dari ketrampilannya itu bahkan ada yang memberikan predikat kepada Ki Gunarto “Dalang 50 Salto”. Julukan itu konon muncul karena ada salah seorang penonton yang menghitung jumlah salto wayang Ki Gunarto lakukan dalam sekali pertunjukan. Ternyata jumlahnya 50 kali, maka melekatlah julukan “Dalang Salto Sewengi Ping Seket” (Ina: Dalang Salto Semalam 50 Kali). (pr)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.