Ludruk Lerok Anyar Gelar Lakon “Nyai Ranti”
Gedung Kesenian Cak Durasim pada Jumat, 9 Mei 2025 dipadati penonton baik dari kalangan muda ataupun dewasa, dari kalangan pelajar dan masyarakat pecinta kesenian ludruk. Grup yang tampil pada pergelaran tersebut adalah Ludruk Lerok Anyar yang beralamat di Jl. Dr Wahidin 15 RT.19/RW.02 Desa Gondanglegi Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang, pimpinan Cak Marsam Hidayat.

Lakon yang diusung adalah “Nyai Ranti”, lakon berbau legenda yang menarik untuk dinikmati. Ludruk Lerok Anyar pernah menjuarai Festival Ludruk pada tahun 2010. Cak Marsam Hidayat mampu menghadirkan pertunjukan ludruk yang berbeda, lakon yang biasa tampil semalaman bisa ditampilkan secara padat selama dua jam. Di perkuat oleh 30 orang seniman Ludruk Lerok Anyar mendapat apresiasi positif dari penonton yang memadati Gedung Kesenian Cak Durasim.
Acara dibuka oleh Kepala UPT. Taman Budaya Jatim Ali Ma’rup, S.Sos., M.M. dilanjutkan dengan pemberian piagam penghargaan kepada pimpinan Ludruk Lerok Anyar Marsam Hidayat dan Kabid Kebudayaan, Disparbud kab. Malang Hartono, S.Ap., M.M.
Pergelaran Ludruk Lerok Anyar dengan lakon “Nyai Ranti”, adegan diawali tidak seperti pada grup ludruk yang biasa tampil di Gedung Kesenian Cak Durasim yakni “Bedhayan” tetapi langsung Tari Remo. Remo gaya perempuan gaya Malangan membuka pergelaran, dibawakan oleh 3 penari.

“Nyai Ranti”. Sebuah kisah yang sarat akan intrik dan pesan moral. Lakon ini mengisahkan tentang seorang dukun santet bernama Nyai Ranti yang terperangkap dalam kesombongan dan keangkuhannya. Merasa paling benar sendiri, ia tak segan menganggap siapa saja yang berbeda pandangan sebagai musuh yang patut disingkirkan.
Di tengah kesombongan sang ibu, hadir sosok Wulandari, sang putri yang memiliki pandangan berbeda. Keberanian Wulandari menentang perilaku ibunya justru berbuah pahit. Ia terpaksa meninggalkan rumah dan menjalani pengembaraan. Namun, takdir berkata lain. Dalam pengembaraannya, Wulandari berhasil menyadarkan ibunya dari kesesatan. Lebih indah lagi, ia menemukan tambatan hati dalam diri Lintang Trenggono, seorang jejaka pujaan.
Tokoh Nyai Ranti diperankan oleh transgender yang punya nama panggung “Elok”, nama aslinya Teguh Budi Yanto (52 tahun). Elok telah tiga kali menjadi pemeran perempuan terbaik dalam Festival Ludruk Jawa Timur yang diselenggarakan di Gedung Kesenian Cak Durasim. Sehingga kemampuan aktingnya di atas panggung sudah tidak diragukan lagi.

Salah satu ciri khas yang selalu melekat pada setiap pementasan Ludruk Lerok Anyar adalah keterlibatan aktif kaum milenial. Cak Marsam Hidayat, sang pimpinan sekaligus sutradara yang memiliki visi pelestarian dan pengembangan kesenian ludruk, selalu membuka ruang bagi anak-anak muda untuk berkolaborasi di atas panggung ludruk. Hal ini merupakan upaya memperkenalkan dan menanamkan kecintaan terhadap seni tradisional ini kepada generasi penerus.
Tak hanya melibatkan anak muda, Cak Marsam juga merangkul tokoh-tokoh teater modern dan akademisi yang turut memberikan sentuhan dan perspektif yang berbeda dalam penggarapan pementasan kali ini. Kolaborasi lintas generasi dan lintas disiplin ilmu ini tentu saja menghasilkan sebuah pertunjukan ludruk yang kaya akan warna dan inovasi sebagaimana lakon “Nyai Ranti” yang dipentaskan di Gedung Kesenian Cak Durasim 9 Mei 2025. (pr)