Pergelaran

Wayang Spektakuler Dengan Simpingan Terpanjang dan Instrumen Gamelan Terbanyak

Pergelaran seni adalah salah satu tugas pokok fungsi yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Jawa Timur, termasuk diantaranya pergelaran wayang kulit, baik bentuk pakeliran semalam suntuk atau pakeliran padat. Namun Diantara semua pergelaran wayang kulit yang pernah diselenggarakan oleh Taman Budaya Jawa Timur ada satu pergelaran yang spektakuler dan belum pernah diselenggarakan sebelumnya. Yakni pergelaran wayang kulit dengan simpingan wayang terpanjang dan instrumen gamelan terbanyak.

Foto dok. TBJT

Pergelaran tersebut diselenggarakan pada Pekan Wayang Jawa Timur 2022 yang jatuh pada hari ke-6 Minggu, 5 November 2022. Dalang yang melakonkannya adalah Ki Wardono dari Kabupaten Mojokerto, sedangkan lakon yang dipergelarkan “Alap-alap Setyaboma Jembowati”. Bergaya Jawatimuran atau lebih dikenal dengan “Jekdongan” pergelaran berlangsung semalam suntuk.

Simpingan wayang dijajar dengan bentuk leter “U” mengelilingi Pendapa Jayengrana dengan membutuhkan wayang dengan jumlah kurang lebih empat kotak. Sementara gamelan pengiring pada balungan dan bonang dimainkan dua perangkat sehingga menambah kemeriahan pergelaran wayang ketika melakonkan cerita “Alap-alap Setyaboma Jembowati”.

Foto dok. TBJT

Grup karawitan yang mengiringi penampilan Ki Wardono adalah Grup Karawitan Dono Laras yang dipimpin oleh Ki Wardono sendiri. Ki Wardono adalah salah satu dalang senior gaya Jawatimuran yang paling mumpuni dalam hal sabet. Sabet merupakan semua bentuk ekspresi dalang lewat gerak wayang dalam pertunjukan wayang sesuai dengan karakter tokoh dan suasananya. Ketrampilan seorang dalang dalam teknik sabet tidak semua dalang sama. Kalau di Jawa Tengah Ki Manteb Sudarsono terkenal dengan teknik sabetnya, maka di Jawa Timur Ki Wardonolah dalang yang jadi panutan.

Lakon “Alap-alap Setyaboma Jembowati” mengisahkan tentang kisah kehidupan Narayana (Kresna diwaktu muda) mengawini Dewi Setyaboma dan Dewi Jembowati. Setyaki merasa gelisah ketika Narayana belum juga datang ke negara Wanawiruci untuk menikahi Dewi Setyaboma. Padahal peningset berupa cincin “Kumalaning Banyu” sudah diterima. Namun cincin tersebut hilang dicuri oleh Raden Suwasa sebagai syarat menikahi Dewi Jembowati putri dari Depok Banciangin.

Foto dok. TBJT

Kemudian datang utusan dari negara Paranggubarjo untuk melamar Dewi Setyaboma, namun lamaran itu ditolak oleh Prabu Setyajit dan terjadilah perang. Balatentara Wanawiruci tidak mampu membendung serbuan prajurit dari Paranggubarjo, maka diutuslah Setyaki untuk menemui Narayana yang berada di Banjar Patoman untuk meminta pertolongan. Lamaran dari kerajaan Paranggubarjo bisa diterima oleh Prabu Setyajit dengan syarat bisa mengembalikan Cincin”Kumalaning Banyu” yang telah dicuri oleh Raden Suwasa.

Foto dok. TBJT

Namun pada akhirnya Narayanalah yang bisa menyelesaiakan semuanya, Raden Suwasa ditelan oleh Narayana yang berubah wujud menjadi raksasa, kemudian menghadap Resi Jembawan ayah Dewi Jembowati yang tak lain adalah istri Narayana juga. Para prajurit dari Paranggubarjo akhirnya dapat dikalahkan  dan Dewi Setyaboma menjadi istri dari Narayana. (sn)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.