Tubuh yang Digayengkè

Oleh: Panakajaya Hidayatullah

Pelataran balai malam ini cukup terang, tak seperti malam-malam biasanya. Lepas Isya’, para warga mulai berdatangan, muncul dari sudut-sudut desa silih berganti. Mereka tidak sedang mengantri sembako dan BLT, tidak juga menagih bantuan Covid yang belum cair. Eh, Lagipula mana ada balai yang mau buka pelayanan hingga malam hari, Ngaco. Berbekal pentol cilok dan minuman sedot alakadar yang tak pernah lepas dijinjing, mereka duduk dengan gestur yang tak pernah nyaman. Tampak penuh harap dan sedang menantikan sesuatu yang penting, pun juga genting.

Belasan orang bertelanjang dada belakangan memasuki arena balai dengan serampangan. Sorak sorai warga tumpah ruah menyambutnya lantang, tak kalah dengan suara demo minyak goreng. Sementara mereka yang disorak, turut membalas sorakannya, terlihat menantang tapi tak benar-benar berani menantang. Belasan orang bertelanjang dada itu tentu bukan pemain band Rock n Roll, bukan O.M. One Nada-nya Mas Wandra, bukan pula O.M AA Jaya – Semongko. Mereka ini cuma sedang menonton piyik, bocah (gemblung)kampung yang sehari-hari sudah biasa mereka tonton pantat-udel-nya. Iya, bocah-bocah kampung yang sebagian besar adalah anak, ponakan, putu, sepupu, tetangga, anak tetangga, dan temannya-teman anak tetangga mereka. Ini semacam ritual silaturahmi lebaran dadakan yang terlampau cepat atau semacam latihan pendahuluannya. 

Dalam sebuah adegan musik yang penuh impresi (mudah-mudahan tidak lebay), bunyi kendang muncul dominan, angkuh dan cukup provokatif. Para bocil ini kemudian menyergap ketukannya dengan sigap dan sporadis. Cukup sulit mengilustrasikan, tapi cobalah anda bayangkan bagaimana rasanya ledakan emosi yang ‘ndadak’, ketika melihat kemunculan penari India dari balik semak-semak yang menginterupsi adegan romantis Shah Rukh Khan dan Kajol.

Tole, Si bocah gembrot dengan perut buncit dan susu-ne yang mental-mentul, percaya diri sekali menari berputar-putar, mengangkat kedua tangannya, memasang raut muka sensual sambil merem dan melet-melet, ia benar-benar flow tak memeperdulikan siapapun. Irama kendang dilahapnya dengan riang, perutnya bergoncang ke atas lalu ke bawah. Susu-nya bergetar kocar-kacir. Ia benar-benar menikmati musiknya, meresapi dunia kecilnya melalui tubuhnya. Tubuh yang tak lagi sekedar mengindeks musik Nina Bobo dan lagu Kodok ciptaan Papa T-Bob tapi juga tubuh dengan perlintasan pengalaman musikal ala-ala Semongko dan Bokong Semok.

Tak kalah dengan Tole, Leo, Si bocil dalam makna sebenarnya (benar-benar bertubuh kecil mungil), tampil tak kalah garang. Tubuhnya yang mungil meliak-liuk dengan lincahnya. Pinggul dan kakinya lentur seperti gocekan Lionel Messi. Tubuhnya memang kecil tapi sanggup melumpuhkan para pesaingnya di panggung.  Sesekali ia melontarkan senggakan untuk mencuri perhatian. Tapi ya namanya anak-anak, senggakannya cukup luguh dan polos “Pak e, Pak e, Pak e”. Tak butuh waktu lama, senggakannya ditimpali kembali oleh suara kor kawan-kawannya yang tak mau kalah “Byalak” (umpatan setara jancok dalam konteks Banyuwangi).

Adegan-adegan itu memecah keheningan malam di balai desa. Petjah. Malam yang tak seperti biasanya dilewati oleh para warga desa. Malam yang memberikan ruang jeda, mengistirahatkan beban pikiran dan ambisi yang tak pernah berhenti bergerak dalam alam pikir mereka. Mereka seperti tidak sedang menonton pertunjukan musik, mereka ikut ‘bermain’, tapi yang tak ‘sekedar bermain’.


Cukup nggih ilustrasnya. Saya tak mau berpanjang lebar menceritakan betapa asyiknya karya Memengan – Mas Pungki. Selain karena tulisan ini dibatasi (jumlah kata) oleh panitia, saya juga paham betul seberapapun saya berusaha mengilustrasikan musik itu, tentu tak akan pernah sepadan rasanya dengan menontonnya langsung. Saya kira tak ada lagi kalimat persuasif yang bisa saya haturkan selain menunggu keterlibatan anda dalam permainan tubuh ini pekan depan.

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.