10 Seniman Komunitas Perupa Jawa Timur (Koperjati) Gelar Pameran Di Galeri Prabangkara
Semakin longgarnya aturan protokoler pencegahan pandemi covid-19 semakin pula membuka pintu lebar bagi para seniman untuk kembali beraktifitas dan berkreasi unjuk karya cipta mereka dalam dunia nyata. Baik pergelaran atau pameran seni sudah bisa diselenggarakan secara luring (luar jaringan) kembali. Dalam arti mengundang penonton untuk menghadiri, menyaksikan dan mengapresiasiasi sebuah karya seni baik di ruang tertutup ataupun terbuka sudah diperbolehkan walau masih belum 100 persen karena beberapa aturan protokoler kesehatan yang masih harus tetap dilaksanakan, salah satu diantaranya adalah memakai masker. Taman Budaya selaku Unit Pelaksana Teknis di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur yang mengemban tugas pergelaran dan pameran seni juga sudah mulai bergeliat dan aktif menyelenggarakan kegiatan secara luring (luar jaringan).
Dalam rangkaian untuk memeriahkan HUT Taman Budaya jawa Timur yang ke-44. Taman Budaya menggelar acara pergelaran dan pameran seni selama bulan Mei, salah satu diantaranya adalah “Pameran Seni Rupa dengan tema Kontemplasi”. Acara berlangsung mulai 20-26 Mei 2022, bertempat di Galeri Prabangkara Taman Budaya Jawa Timur. Melibatkan 10 seniman seni rupa dari beberapa Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 10 orang seniman tersebut adalah: Ali Murtado (Bangkalan), Agung Irawan (Kab. Malang), Budiamin (Kab. Bondowoso), Lukmanul Khakim (Kab. Jombang), Camil Hady (Kab. Lamongan), Urip Santoso (Kota Kediri), Edi Supriyanto (Kab. Malang), Erwin Budianto (Kab. Sampang), Muit Arsa (Kota Surabaya), Samuel Istiyono (Kab. Nganjuk).
Menurut Agus Koecink, kurator yang ditunjuk untuk mengkurasi karya para pelukis yang mengikuti pameran, penentuan tema “Kontemplasi” adalah sangat berkaitan erat dengan datangnya pandemi covid-19 yang melanda seluruh dunia yang membawa dampak sangat luar biasa pada sektor ekonomi, pendidikan, budaya dan kesenian. Hal ini secara langsung merubah cara hidup manusia dari yang biasa kumpul-kumpul tatap muka kemudian harus membiasakan diri lewat komunikasi online.
Dalam dua tahun seakan terkurung dalam dunianya sendiri-sendiri. Ini yang menarik ketika masa virus datang apakah para pelukis tetap berada pada proses kreatifitasnya atau malah berkurang untuk mencipta, karena situasi yang mengguncang dunia membuat kalang kabut kehidupan manusia di dunia, apalagi ditambah dengan peristiwa perang Rusia – Ukraina yang memunculkan kekhawatiran umat manusia akan meletusnya perang dunia ke-3 yang bisa berakibat pada musnahnya teknologi yang sudah dibangun sedemikian rupa oleh manusia.
Dari peristiwan-peristiwa yang mengguncangkan dunia itu tindakan merenung dan memandang kembali sebagai ingatan akan hubungan manusia dengan alam semesta, bagaimana cara hidup manusia harus tetap menjaga keseimbangan dan keselarasan terhadap alam agar hidup manusia di bumi tetap aman dari segala bencana yang tercipta karena ulah manusia itu sendiri.
Mungkin manusia perlu kontemplasi (merenung), apalagi sebagai seorang kreator tentu situasi dan suasana tertentu akan bisa menjadikan inspirasi dalam proses penciptaan karya. Setiap kreator akan menciptakan karya berdasarkan perenungan dan fokus terhadap keheningan agar hasil perenungan betul-betul akan membuat suasana berubah menjadi bias bahagia, damai, tenang dan adem. Dalam ranah metafisika, kontemplasi adalah penghayatan pikiran demi pikiran yang mendatangkan kebahagiaan yang diperoleh melalui akualisasi kemampuan tertinggi individu yakni akal budi.
Apakah hasil kontemplasi dari para pelukis akan menampakkan tingkat kemampuan dengan fokus yang tinggi dan menghasilkan karya yang sesuai dengan apa yang sesuai dengan apa yang dikehendaki atau malah selama pandemi penciptaan karya mengalami berbagai kendala karena dorongan dari luar seperti misalnya masalah ekonomi, keluarga, keterbatasan dan ruang lingkup yang dibatasi karena virus. Karya-karya yang dipamerkan kali ini bisa menunjukkan pembuktian bahwa para pelukis tetap konsisten dan terus berkarya di masa pandemi atau mengalami stamina yang menurun dari aspek visualnya. Tentu Ide bisa datang dari berbagai sumber tetapi untuk mengekspresikan dalam kanvas atau media apapun butuh waktu-waktu yang cocok untuk mengeksekusinya. Harapannya adalah proases kreatifitas akan terus berjalan walaupun situasi belum menentu untuk ke depannya.
Acara Pameran Lukisan dibuka oleh Kepala UPT. Taman Budaya Jawa Timur mewakili Kadisbudpar yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya Kepala Taman Budaya Samad Widodo, S.S., M.M. mengatakan bahwa UPT. Taman Budaya menjadi ujung tombak untuk kembali hidup dan terwujudnya lingkungan kesenian yang baik dan produktif. Sehubungan tema yang diusung pada pameran kali ini, maka konsistensi penyelenggaraan acara yang berbasis kesenian bisa menjadi wadah karya-karya terbaik dari seniman Jawa Timur, Taman Budaya diharapkan dan diupayakan agar bisa menjadi etalase kesenian Jawa Timur yang ideal dan representatif.
Pameran lukisan ini merupakan karya-karya terbaik dari para seniman rupa. Tema Kontempalsi dapat diartikan sebagai upaya seniman dalam melakukan perenungan secara mendalam dalam pembuatan karya ini. Masing-masing seniman memiliki ekspresi, rasa, tema pokok dan nilai yang berbeda yang coba diangkat dalam karyanya. Pameran ini diharapkan merupakan sebuah kontemplasi yang sempurna dari para seniman penciptanya, dengan menyajikan berbagai warna, nilai dan pesan yang ada di dalamnya. (sn)