Panggung Ekspresi Pergelaran Tari, Pengumuman dan Penyerahan Hadiah Hasil Kompetisi Virtual Penari Emprak Tahun 2023
Taman Budaya Provinsi Jawa Timur yang merupakan “Art Centre” Jawa Timur yang berada di kota Surabaya, menjadi tempat pusat pelatihan tari di Jawa Timur. Banyak sanggar-sanggar tari yang bernaung dan berlatih di Taman Budaya Jawa Timur. Salah satu diantaranya adalah sanggar tari “Gito Maron”.
Sanggar tari Gito Maron merupakan wadah mengembangan bakat dan minat untuk memacu kreativitas seni bagi kawula muda yang berminat mendalami dunia seni terutama tari. Lebih mengedepankan pengembangan dan pelestarian dan seni pertunjukan yang kegiatan utamanya seni tari Jawa Timur dan Indonesia pada umumnya, dengan kiat menumbuhkan, membangkitkan, memupuk apresiasi generasi muda terhadap seni yang adi luhung dan mempertebal rasa cinta seni budaya bangsa serta memahami nilai-nilai luhur yang harus dipelihara, dilestarikan, dikembangkan menjadi suatu kebanggaan segala potensi bercitarasa seni yang lebih berkepribadian dan bermartabat.
Nama Gito Maron sendiri berasal dari dua kata yakni “Gito” dan “Maron”. Gito diambil dari nama seorang kakek dan Maron merupakan nama sebuah desa dimana kakek Gito bertempat tinggal di Desa Maron, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.
Pada tahun 1987, awalnya kelompok ini beranggotakan cucu-cucu dari kakek Gito dan nama Gito Maron tidak terpikirkan secara konseptional sebagai identitas kelompok ini. Karena demi gampangnya orang sering menyebut secara spontan cucu-cucu mbah Gito Maron. Dari saat itulah nama Gito Maron mempunyai sebuah arti yang mudah diingat oleh beberapa kalangan masyarakat.
Tahun 1990 Gito Maron menjadi wakil Jawa Timur pada Festival Tari Daerah Tingkat Nasional dan mendapatkan 2 (dua) penghargaan yakni: sebagai 5 besar Tari Terbaik dan sebagai Pengolah Tari Daerah Terbaik. Koreografi yang disajikan pada festival adalah Tari Emprak, produksi Gito Maron tahun 1988 yang meraih 3 besar Tari Terbaik Jawa Timur. Bersamaan dengan itulah Gito Maron berkembang dan terus mewadahi berbagai kalangan baik anak-anak maupun remaja/dewasa. Dan sanggar Gito Maron diubah menjadi “Gito Maron Art Performa”.
Kegiatan pelatihan seni tari tradisional, klasik, modern ataupun kontemporer secara intensif dan sebagai ekstra tambahan demi pembentukan penari yang handal,anggota/siswa dibekali materi fashion, etika dan kepribadian serta pelatihan teori dan praktek penunjang lainya seperti tata arias, tata pentas dan komposisi. Kegiatan pementasan dan pertunjukan: merupakan tindak lanjut dari kegiatan pelatihan dengan harapan mampu merangsang skill (kecakapan, ketrampilan, kemampuan). Gito Maron Art Performa hingga saat ini dipimpin oleh seorang koreografer nasional Dimas Pramuka Atmaji yang merupakan salah satu cucu dari mbah Gito.
Bertempat di Gedung Kesenian Cak Durasim pada Minggu, 21 Mei 2023, sanggar tari Gito Maron menyelenggarakan pergelaran tari sekaligus pengumuman pemenang lomba tari Emprak yang dikemas dengan judul “Pergelaran Tari, Pengumuman dan Penyerahan Hadiah Hasil Kompetisi Virtual Penari Emprak Tahun 2023”. Program ini merupakan bentuk fasilitasi Taman Budaya Jatim yang sifatnya berupa pembinaan dengan sasaran sanggar-sanggar tari di bawah binaan Taman Budaya jatim.
Keberadaan tari Emprak sendiri memang tidak bisa dilepaskan dengan sosok Dimas Pramuka Atmaji yang menciptakan tarian tersebut. Proses penciptaan tari Emprak sendiri menurut Dimas sebenarnya berakar dari satu bentuk kesenian unik yang hanya melibatkan Sinden, Wiyogo (penabuh alat musik gamelan) dengan beberapa perangkat alat musik gamelan lalu dibawa sebagai sarana mengamen dari rumah ke rumah. Kesenian ini dinamakan Emprak atau Ngamen dengan sajian sajian unik yang terkemas antara joget, nyanyi ( sindenan ) dan berbagai gending. Sajian-sajian gending maupun jogetan yang unik dan khas merupakan sumber garap, dengan mengangkat pola tayub dan jaranan yang berkembang di daerah Blitar dan sekitarnya.
Demi melestarikan dan mengembangkan serta menambah khasanah seni tari didaerah Blitar dengan pertimbangan sesuai dengan tuntutan kemajuan daerah sekarang dan akan datang maka dengan ide garap dari kesenian emprak dengan menggarap pola Tayub dan Jaranan yang berkembang didaerah Blitar dan sekitarnya menjadi sumber garap tari emprak sebagai tari lepas yang fungsinya sebagai tari selamat datang atau penyambut tamu. Tari Emprak merupakan tari garapan baru yang bersumber dari kesenian Tayub dan Jaranan yang berkembang di daerah Blitar dan sekitarnya, juga berangkat dari kesenian emprak yakni mengamen dari rumah ke rumah, namun digarap sedemikian rupa sehingga menjadi tari lepas sebagai tari selamat datang atau tari penyambut tamu yang biasa ditarikan pada awal acara-acara resmi.
Setelah melalui seleksi virtual yang ketat yang dilakukan oleh 10 tim evaluator yakni: 1. Emil Purwadi, 2. Lulu Kurnia, 3. Abing Santoso, 4. Dini Setyowati, 5. Epsi Purwadi, 6. Oktorina Ekasari, 7. Rina Pahlevi, 8. Neida tyaranita, 9. Rina Sawitri Ananda, 10. Dimas Pramuka Atmaji. maka terpilihlah para pemenang diantaranya adalah: 1. Devi Berlian Hapsari (Kota Blitar), 2. Aulia Arta Movia (Kab. Lumajang), 3. Indira Bimpi Harbi Maharani (Kota Surabaya), Harapan 1. Agustina Ayu Andira (Kab. Rembang), Harapan 2. Yustina Olivia (Kab. Lumajang), Penari Rias Busana Terbaik: Kheziavtian Wisnu Istighfaria (Kota Surabaya), Penari Favorit: Khalissa Ramadhani Ardiansyah (Kab. Sidoarjo). Para pemenang berhak mendapatkan hadiah berupa uang pembinaan dari sanggar Gito Maron.
Sebelum prosesi pengumuman pemenang dipentaskan Tari Emprak, kidungan yang dibawakan oleh penari cilik Desar Galuh Majakirana dan tari Geleng Ro’om. Semua pemain adalah anggota sanggar tari Gito Maron. (sn)