Pendokumentasian Kesenian Sandur Manduro Jombang
Kabupaten Jombang tidak hanya terkenal menyandang julukan Kota Santri karena banyaknya pondok pesantren yang tersebar di Kabupaten ini. Namun Kabupaten Jombang juga menyimpan sejumlah potensi kesenian langka yang jarang ditemui di tempat lain. Di Jombang cikal bakal ludruk lahir, juga Topeng Jabung, Topeng Jatiduwur dan yang paling unik adalah Sandur Manduro Kabuh Jombang. Keunikan dari Sandur Manduro adalah karena sinkretisasi dua budaya yakni Jawa dan Madura yang menjadi ciri khas Seni Pertunjukan Rakyat ini.
Kesenian Sandur Manduro telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) milik Kabupaten Jombang di tahun 2017 silam oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Artinya, Sandur Manduro telah paten sebagai warisan milik masyarakat Jombang dan berasal dari salah satu wilayah yang menjadi bagian Kabupaten Jombang. Sandur Manduro sendiri adalah sebuah seni pertunjukan rakyat yang didalamnya memiliki banyak sekali instrument. Di antaranya ada seni musik, seni tari, seni rupa, teater dan sastra. Hal yang sangat ditonjolkan pada Kesenian Sandur Manduro adalah unsur kesederhanaannya, hal ini tercermin dari aspek tempat pertunjukan, busana, rias, properti, peralatan musik, tari, dan cerita yang memang original muncul dari kreatifitas dan daya pikir masyarakat Desa Manduro.
Seiring berkembangnya waktu seni Sandur menjadi kesenian yang dijadikan sebagai upacara atau ritual untuk menyambut panen raya. Bukan hanya itu seni Sandur juga dijadikan sebagai sarana hiburan ketika ada acara di desa tersebut. Kesenian Sandur ini adalah warisan dari nenek moyang masyarakat Desa Manduro Kecamatan Kabuh Jombang yang memang dari Madura. Nenek Moyang mereka dahulu adalah mantan laskar Trunojoyo yang menyelamatkan diri dari kejaran gabungan pasukan VOC dan Mataram semenjak kekalahan Trunojoyo pada tahun 1679. Hampir semua warga Desa Manduro menggunakan bahasa Madura untuk berkomunikasi sehari-hari. Namun mereka juga fasih berbahasa Jawa, terutama bila berkomunikasi dengan masyarakat luar Desa.
Komponen alat musik yang digunakan mengiringi kesenian Sandur Manduro terdiri dari kendang, trompet, kendang cimplong, dan gong tiup. Selain alat musik, atribut lainnya adalah topeng yang ada sejak dulu dengan beragam karakter. Disamping itu juga pakaian yang mempunyai pasangannya sendiri dengan topeng yang ada.
Sandur pernah mengalami masa kejayaan, pada tahun 1970-an. Dari segi frekuensi pementasan, bisa mencapai 26 kali dalam satu bulan, sangat berbeda jauh dengan kondisi sekarang yang hanya bisa mengadakan pementasan satu atau dua kali dalam satu tahun. Meskipun sudah lama kesenian ini ada di Kabupaten Jombang, namun belum banyak orang yang tahu tentang kesenian ini. Untuk menjaga eksistensi Sandur Manduro ini diperlukan keterlibatan generasi muda khususnya pemuda-pemudi Manduro. Akan tetapi, pengaruh globalisasi di era modern ini membuat para pemuda lebih tertarik pada kesenian yang lebih modern sementara para seniman Sandur Manduro semakin lama semakin menua.
Taman Budaya Jawa Timur sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis yang menangani Kesenian di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur mencoba memberikan kontribusi bagi kemajuan kesenian Sandur Manduro dengan mengadakan Pendokumentasian Kesenian Sandur Manduro yang berada di Desa Manduro Kecamatan Kabuh Kabupaten Jombang. Pendokumentasian dilaksanakan selama 2 hari, yakni pada 10 dan 11 Juni 2022 yang dikerjakan oleh Seksi Dokumentasi dan Publikasi Seni Budaya.
Tujuan dilaksanakannya pendokumentasian Kesenian Sandur Manduro ini adalah memberikan bukti atau informasi kepada masyarakat bahwa Keberadaan Kesenian Sandur Manduro di kabupaten Jombang ini membutuhkan keseriusan penanganan agar tidak mengalami kepunahan. Pendokumentasikan kesenian Sandur Manduro merupakan proses untuk memastikan konsistensi dan standarisasi keberadaan kesenian langka milik masyarakat Jombang yang otomatis juga menjadi milik masyarakat Jawa Timur. Pendokumentasikan setiap prosedur juga dilakukan dalam format langkah demi langkah sehingga menjadi sebuah film dokumenter yang mudah dipahami dan dicerna oleh masyarakat.
Dari kontribusi yang telah diberikan oleh Taman Budaya ini diharapkan mampu menaikkan pamor kesenian Sandur Manduro Jombang agar menjadi seni pertunjukan rakyat yang semakin dikenal oleh masyarakat dan digeluti oleh anak-anak muda terutama yang berdomisili di Desa Manduro Kecamatan Kabuh Jombang. Kesadaran bahwa menjaga dan melestariakan warisan budaya nenek moyang itu adalah sesuatu yang penting. Menjaga warisan budaya bukan merupakan dongeng belaka, tapi adalah sebuah kenyataan untuk menjaga karakteristik bangsa Indonesia. Memang leluhur kita sudah memberikan tinggalan-tinggalan tersebut dengan bentuk sedemikian rupa, tetapi karena umurnya sudah puluhan bahkan ratusan tahun, tinggalan tersebut menjadi rawan kepunahan. Padahal tinggalan warisan budaya jumlahnya terbatas sehingga tidak ada duanya dan juga tidak bisa kita buat kembali bila sampai terjadi kepunahan. (sa)