Tanamkan Rasa Cinta Seni Tradisi Dengan Wayang Anak
Pekan Wayang Jawa Timur 2022 yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Jawa Timur hari ke-4 Sabtu, 4 November diisi oleh Sanggar Seni Sarotama yang bermarkas di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Jenis wayang yang dipentaskan adalah wayang anak, biasanya lebih dikenal dengan Wayang Anak Sarotama.
Ada dua lakon yang dipergelarkan pada wayang anak ini diantaranya, dalang cilik yang tampil pertama adalah Saka Rayi Huttama dengan menggelar lakon “Si Cempe”, sedangkan penampilan kedua adalah dalang cilik Al Kalifi Zulfadli Nizam yang membawakan lakon “Gatotkaca Jedi”. Pada pergelaran wayang pertama adalah wayang dengan bentuk cerita binatang (fabel) dengan bentuk wayang berupa gambaran binatang seperti kambing, monyet, ular, babi hutan, gajah, burung, kancil, buaya dan anak penggembala kambing. Sementara pergelaran wayang kedua adalah wayang lakon carangan pada wayang kulit purwa.
Yang menarik adalah hampir semua pengiring musik dan waranggononya adalah anak-anak. Semuanya tidak bisa dilepaskan dari peran sosok Mudjiono, S.Kar. pria kelahiran 10 April 1954 yang merupakan seorang dalang dan menjadi pengajar di Sanggar Seni Sarotama. Sanggar tersebut dia dirikan pada 10 November 1993. Fokus utama cita-cita Sanggar Seni Sarotama adalah untuk mencetak dalang muda yang akan menjadi pewaris warisan adiluhung tinggalan nenek moyang yang sudah ditetapkan UNESCO sebagai satu warisan budaya tak benda asli Indonesia yakni wayang.
Nama Sarotama sendiri diambil dari bagian pewayangan yang menunjukan busur panah Arjuna. Mudjiono mengibaratkan mulut seorang dalang itu seperti busur panah Arjuna, perlu diasah agar tidak salah ucap dan dibina agar tidak salah dalam penggunaannya. Kini Sanggar Sarotama telah memiliki murid banyak murid dan ada diantaranya yang sudah menjadi dalang terkenal.
Mudjiono berharap bahwa murid-muridnya tidak hanya menjadi dalang semata namun juga memiliki akhlak dalam setiap penampilan, tidak hanya terampil dalam memainkan wayang tapi juga bisa menjaga etika dan memahami dan mempraktekkan tata Krama dalam adat istiadat Jawa. (sn)