Workshop Jaranan Senterewe Dan Batik Ecoprint Tulungagung

Dalam rangka menyemarakkan acara Gelar Gudaya dan Pameran Ekonomi Kreatif Kabupaten Tulungagung, Taman Budaya Jawa Timur menyelenggarakan kegiatan Workshop dengan materi Jaranan Senterewe dan Batik Ecoprint motif Tulungagung. Acara diselenggarakan di Pendapa Jayengrana pada Jum’at, 23 Februari 2024, pukul 09.00 – 11.00 wib. Peserta yang diundang untuk mengikuti acara tersebut sejumlah 150 orang yang datang dari kalangan pelajar setingkat SMA/SMK kota Surabaya.

Pemaparan materi oleh dua narasumber (Foto dok. TBJT)

Bertindak selaku narasumber pada workshop tersebut masing-masing adalah : Materi Jaranan Senterewe oleh Bimo Wijayanto S.Sn., pimpinan Sanggar Sebi Jaranan Kuda Manggala Tulungagung. Sementara materi batik ecoprint disampaikan oleh Elis Zulfa Mastuti, S.Sos., wakil ketua Asosiasi Batik dan Wastra Tulungagung, sementara moderator dipandu oleh Heru Susilo, S.Sn.. Penyelenggaraan workshop ini bertujuan untuk memberikan pengenalan terhadap budaya Indonesia khususnya dari Tulungagung kepada para generasi muda.  Sekaligus sebagai bentuk pelestarian budaya agar anak muda mengenal dan mencintai budaya asli dari Tulungagung ini. Dari mengenal kemudian mencintai budaya sendiri, dari hal tersebut diharapkan mampu menciptakan manusia cerdas, berakhlak mulia, mandiri dan berbudaya serta membentuk kepribadian yang kuat untuk memupuk nasionalisme.

Narasumber pertama Bimo Wijayanto disamping mengenalkan jenis dan ragam kesenian jaranan di Tulungagung juga secara spesifik mengupas soal Jaranan Senterewe. Kesenian Jaranan Sentherewe merupakan kesenian yang lahir di Kabupaten Tulungagung tepatnya di Desa Kedungwaru Kecamatan Kedungwaru. Kesenian Jaranan Sentherewe tumbuh dan berkembang sebagai hiburan masyarakat karena pada awal-awal kemunculannya jarang terdapat hiburan masyarakat, karena pada saat itu belum ada hiburan seperti televisi dan radio, sementara hiburan kesenian lain seperti wayang orang, ketoprak, wayang kulit jarang pentas karena mahalnya tarif tanggapan. Dinamakan Sentherewe karena bentuk gerakan dari kesenian ini begitu dinamis dan agresif ibarat seseorang yang terkena Senthe (sebangsa talas) dan Rewe (Rawe).

Praktek peragaan gerakan Jaranan Senterewe dipandu langsung oleh narasumber Bimo Wijayanto S.Sn. (Foto dok TBJT)

Para peserta workshop juga diajak ikut serta memperagakan beberapa gerakan tari yang menjadi ciri khas Jaranan Senterewe Tulungagung. Dengan alat peraga berupa jaranan dan pecut, para peserta diajak mengikuti gerakan dipandu oleh para penari profesional. Peserta yang belum pernah tahu kesenian jaranan tampak riang gembira mengikuti gerakan-gerakan yang belum pernah sama sekali meraka lakukan. Dengan diiring gamelan khas jaranan Tulungagung.

Narasumber kedua Elis Zulfa Mastuti, S.Sos. menyampaikan materi tentang ecoprint. Ecoprint merupakan teknik cetak menggunakan bahan alami atau ramah lingkungan yang bisa digunakan pada banyak media. Elis mengatakan, media ecoprint bisa berupa kain, kertas, gelas tanah liat, hingga kulit. Hanya saja, tidak semua jenis kain atau kertas dapat digunakan untuk membuat ecoprint. Kalau kertas, tidak bisa menggunakan kertas yang sudah dicampur bahan kimia, harus 100 persen alami, seperti terbuat dari kapas yang belum terkontaminasi.

Praktek pembuatan ecoprint pada media tas kain (Foto dok. TBJT)

Sementara untuk kain, kebanyakan yang dipakai untuk membuat ecoprint adalah katun dan sutra. Ketebalan bahan yang digunakan juga memengaruhi hasil akhir ecoprint. Tidak disaarankan penggunaan bahan tipis saat membuat ecoprint, sebab akan mudah sobek saat direndam.

Pada sesi praktek beberapa peserta diajak langsung membuat ecoprint dengan media tas kain. Pembuatan ecoprint dilakukan dengan menempatkan daun khas dari Tulungagung sebagai motif di atas bagian luar tas kain. Pemilihan daun untuk ecoprint pun tidak sembarangan. Elis menuturkan bahwa permukaan daun yang halus lebih tepat digunakan saat membuat ecoprint. Daun yang sudah ditempelkan di bagian luar tas kain kemudian dipukul-pukul dengan palu. Kemudian menghasilkan bentuk motif daun yang cantik. Harus diakui bahwa Ecoprint (Eco-printing) adalah seni kreatif yang menggabungkan keindahan alam dengan kreativitas manusia. Proses mencetak corak alami pada kain melibatkan penggunaan bahan-bahan organik, menciptakan karya seni yang unik dan menarik. Keindahan yang dihasilkan pada ecoprint mengajarkan kita tentang keanekaragaman alam, keberlanjutan, dan cara berkreasi dengan bijaksana.

Hasil praktek ecoprint oleh peserta diperlihatkan langsung dihadapan peserta lain yang dievaluasi oleh narasumber Elis Zulfa Mastuti, S.Sos. (Foto dok. TBJT)

Para peserta sangat senang sekali mendapat pengalaman baru mengikuti kegiatan yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Provinsi Jawa Timur ini. Pelajaran seni budaya yang mereka dapatkan dari sekolah biasanya lebih menekankan pada seni pada umumnya. Tidak seperti materi yang meraka dapat dari workshop ini, sehingga diharapkan semakin menambah pengetahuan mereka tentang netapa kayanya keanekaragaman seni budaya di negeri tercinta ini. (sn)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.