Pergelaran

Gelar Seni Sanggar Tari Putra Bima Respati Surabaya

Bertempat di Gedung Kesenian Cak Durasim UPT. Taman Budaya Jatim pada Minggu, 27 April 2025, pukul 13.00 WIB., Sanggar Tari Putra Bima Respati Surabaya menggelar karya-karya tari baik ciptaan sendiri atau tarian tradisional yang berkembang di Jawa Timur. Sanggar ini dikpimpin oleh Sariyono, S.Sn. Beralamat di Rangkah Gg 1 (balai RW 7). Materi tari yang diajarkan lebih kepada Tari Remo dan Tari Tradisional dan Tari Kreasi hasil karya Sariyono, S.Sn. sendiri.

Penyerahan piagam penghargaan dari Taman Budaya Jatim yang diserahkan oleh Kasie Penyajian Seni Budaya kepada perwakila Sanggar Tari Putra Bima Respati Surabaya (Foto. dok. TBJT)

Latar belakang yang mendasari pembinaan tari anak di Sanggar Tari Putra Bimarespati adalah keinginan Saryono supaya generasi muda khususnya anak-anak di Surabaya tidak melupakan tari tradisional khas Surabaya salah satunya yakni Tari Remo. Selain itu, dengan berlatih menari, dapat membentuk rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan juga orang lain. Melatih kedisiplinan dan juga memberikan pelajaran yang tidak pernah dipelajari pada dunia anak. Dengan belajar menari, anak akan mampu mengoordinasikan gerakan tubuhnya. Melatih motorik halus dan motorik kasar anak, sehingga anak mempunyai kepekaan emosi terhadap sesama. Memberikan kegiatan positif anak agar dapat mengurangi aktivitasnya yang mayoritas saat ini didominasi dengan bermain gadget.

Upaya Pembinaan Tari yang dilakukan di Sanggar Tari Putra Bimarespati dilaksanakan dengan tingkat kedisiplinan yang tinggi. Sehingga mampu mencetak para penari yang memiliki kualitas olah tubuh dan kualitas kepenarian yang bagus. Hasil yang diperoleh dari sanggar tersebut dapat digunakan sebagai bekal dalam mengembangkan diri dalam dunia kepenarian. Adapun prestasi yang telah diraih oleh sanggar tari Putra Bimarespati meliputi tingkat Provinsi, Nasional bahkan sampai Internasional.

Tari Remo Gagrak Anyar (Foto dok. TBJT)

Ada 8 (delapan) karya tari yang dipersembahkan pada gelar seni yang ditampilkan oleh Sanggar Tari Putra Bima Respati, diantaranya adalah:

1.     Tari Remo Gagrak Anyar, adalah tari gaya baru yang diciptakan Sariono pada tahun 2010. Merupakan tarian selamat datang yang sering di bawakan di lingkup Kota Surabaya dan sekitarnya. Tarian ini menggambarkan perjuangan dan kegagahan arek Suroboyo dalam melawan penjajah.

2.      Tari Dodog Sekar Alit, merupakan tarian yang dibawakan oleh penari perempuan kecil dengan membawa dodog sebagai propertinya. Nama Dodog Sekar Alit sendiri diambil dari “Dodog” yang berarti kendang kecil yang menyerupai kendang perkusi dan digunakan dalam kesenian Reog Kendhang Tulungagung. “Sekar” berarti bunga indah yang indah yang dapat membuat orang tertarik melihatnya, dan “Alit” yang berarti kecil. Dodog Sekar Alit mengangkat spirit kasanah budaya kesenian kerakyatan Reog Kendhang yang dipadukan dengan garap kreasi baru sehingga menghasilkan penari kecil yang lincah, gesit, tangkas, dalam setiap gerakannya.

3.     Tari Nyawiji, Sebuah Karya Tari yang berangkat dari perjuangan pedagang sompil di masa pandemic, yang dikemas dengan nuansa kekinian tanpa menghilangkan unsur tradisi daerah setempat. Konsep ini terinspirasi juga dari keadaan sekarang dimana banyaknya pedagang yang terkena imbas dari pandemi ini. Untuk menghidupi keluarga adalah salah satu alas an para pedagang sompil tradisional bertahan dengan tetap menjalankan keseharian yang ada, para pedagang siap melayani para pembelinya.

Tari Gongseng Suroboyo (Foto dok. TBJT)

4.     Tari Selap, Hentakan kaki menderu ke bumi, langkah demi langkah mencoba mengendalikan diri, kerawuhan jiwa nestapa yang hanyut telah mengiringi raga yang terpisah sesaat. Kulawan sudah, tapi daku telah tenggelam dalam katarsis jiwa. Berangkat dari fenomena kesenian Kediri yaitu Jaranan, dimana proses perjalanan pengendalian diri pada saat seseorang penari mengalami kesurupan. “Jiwa Tanpa Sukma, Godha Rencana Bakal Teka”

5.     Tari Gongseng Suroboyo, adalah tari garapan baru yang berpijak pada tari remo dan bertemakan perjuangan serta kegagahan arek suroboyo, tarian ini menggunakan properti utama berupa gongseng sebagai identitas utama yang mempresentasikan kelincahan serta kekompakan arek-arek suroboyo.

6.     Tari Joko Berek, Tari ini berangkat dari kisah Joko Berek atau yang dikenal sebagai Sawunggaling. Dengan latar belakang perjalanan hidup manusia guna memahami dirinya, untuk tetap dalam kewaspadaan, setiti, nastiti lan ngati-ati dalam laku hidupnya seperti kisah Joko Berek dalam menggapai harapan dan cita-citanya.

Dua mahasiswa dari Belanda yang tergabung dalam pertukaran mahasiswa antar negara antar Unair dan Universitas Leiden, turut serta menyaksikan gelar seni Sanggar Tari Putra Bima Respati Surabaya (Foto dok. TBJT)

7.     Tari Gama Gandrung, tercipta karena ketertarikan koreografer pada sejarah tari Gandrung Banyuwangi. Yang menceritakan tentang Tari Gandrung yang dahulu ditarikan oleh laki-laki sebagai media perjuangan melawan penjajah. Hingga sekarang ditarikan perempuan dan dapat menjadi mascot kota Banyuwangi. Ketertarikannya terletak pada kehebatan senimannya dalam mempertahankan eksistensi dari masa ke masa hingga menjadi sebuah ikon kota. Estafet mewarisi kesenian hingga mengalami transformasi estafet gender. Stigma yang muncul pada masyarakat pun tidak menjatuhkan semangat para senimannya untuk tetap menari.

8.     Tari Kenya Juanggi, merupakan representasi dari perempuan-perempuan perkasa bakul semanggi gendong, ditengah peraduannya menjawab tantangan kebutuhan ekonomi modern, semangat dan kegigihannya untuk tetap bertahan dengan menjajakan kuliner local dagangannya sebagai upanya nyata dalam melestarikan salah satu kuliner khas Kota Surabaya agar tetap eksis di tengah peraduannya dalam kebutuhan ekonomi modern.

Foto bersama (Foto dok. TBJT)

Antusiame penonton untuk menyaksikan gelar Sanggar Tari Putra Bima Respati Surabaya cukup luar biasa. Ada beberapa mahasiswa Unair yang menjalani Program Pertukaran Mahasiswa antar Negara yang berasal dari Belanda dan Brunei Darussalam ikut serta menyaksikan gelar tari tersebut. Terkait proses latihan yang diterapkan pada Sanggar Tari Putra Bima Respati sangat bagus sekali bila dapat digunakan sebagai acuan bagi sanggar-sanggar tari lain untuk dapat mengembangkan ke[1]mampuan dalam teknik menari. Sehingga mampu mencetak penari dengan kualitas yang bagus. (sn)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.