Pergelaran

Pergelaran Wayang Kulit Lakon Narayana Kakrasana

Sabtu, 17 September 2022, bertempat di Pendapa Jayengrana Taman Budaya Jawa Timur, digelar pertunjuikan wayang kulit gaya Jawatimuran dengan lakon “Kakrasana Narayana” yang dibawakan oleh Dalang senior asal Gresik Ki Suparno Hadi. Ki Suparno Hadi lahir di Gresik, 10 April 1960. Saat ini ia tinggal di desa. Karangandong, Kecamatan Driyorejo Kabupaten Gresik. Bermain dengan diiringi grup Maestro Nada yang dipimpinya sendiri dengan jumlah personil kurang lebih 45 orang.

Foto dok. TBJT

Lakon wayang Narayana Kakrasana mengisahkan tentang kelahiran dua tokoh terkenal dalam dunia pewayangan yakni narayana yang kelak menjadi Kresna dan Kakrasana yang nantinya menjadi Baladewa. Syahdan, di Jonggringsalaka, Hyang Guru dihadap oleh Hyang Narada. Kepadanya ditanyakan apa yang menjadi sebab huru-hara di kahyangan. Hyang Narada melaporkan, bahwa Hyang Wisnu dan Basuki akan turun ke marcapada, tak lain berkehendak akan sejiwa dengan putera-putera Basudewa, raja Mandura, yang akan lahir. Hyang Guru bersabda,”Kakanda Narada, Dewi Maera akan melahirkan putera gondang kasih-kasih, yang terdahulu lahir itulah yang muda, yang tua, yang lahir kemudian. Baiklah, Wisnu dan Basuki supaya menitis ke kedua putera Basudewa. Berilah yang muda nama, sesuai dengan wujudnya yang hitam, si Narayana. Kemudian yang putih si Kakrasana”.

Berangkatlah Narada ke Marcapada, dengan membawa Wisnu dan Basuki, diiringkan para widadari, membawa perlengkapan untuk membantu kelahiran sang bayi dari Dewi Maera. Di Mandura, telah berkumpul prabu Basudewa, prabu Pandudewanata. Tak lama kemudian datanglah Hyang Narada beserta bidadari-bidadari. Dewi Maera lalu melahirkan bayi, yang terdahulu berwujud putih, dinamakan Kakrasana. Yang kemudian berwujud hitam dinamakan Narayana. Segera bayi dipuja oleh Narada, dimandikan dengan air gege oleh pada bidadari, jadilah besar bayi-bayi tersebut. Kepada Basudewa diberitakan, bahwa besok Mandura akan dilanda musuh, untuk itu ajukan si Narayana dan Kakrasana. Narada dan bidadari-bidadari kembali ke kahyangan.

Foto dok. TBJT

Tersebutlah raja Awangga, bernama Karnarudraka, mengerahkan segala prajuritnya menggempur negara Mandura. Mereka akan menuntut balas kematian kakandanya, prabu Gorawangsa. Prabu Basudewa dilapori tentang kedatangan musuh dari Awangga, sesuai dengan sabda Hyang Narada. Kakrasana dan Naradalah yang melawan musuh-musuh itu, akhirnya semua prajurit awangga dapat dikalahkan. Demikian pula Prabu Karnarudraka dapat dibunuh oleh kedua satria Mandura. Prabu Basudewa bersama prabu Pandudewanata dan segenap keluarga istana Mandura, merayakan kemenangan. (sn)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.