Pergelaran Wayang Kulit Lakon Narayana Kridha Brata Bersama Dalang Ki Katam Bawono
Surabaya, Sabtu 14 Maret 2022, bertempat di Pendapa Jayengrana UPT Taman Budaya Jawa Timur Pergelaran Wayang Kulit kembali digelar untuk umum setelah hampir dua tahun terjadi kevakuman pergelaran wayang kulit akibat penerapan protokoler pandemi covid-19. Penerapan aturan yang agak longgar oleh pemerintah, menjadi angin segar bagi para seniman sekaligus para penikmat kesenian untuk bisa menyaksikan kembali pertunjukan kesenian yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Jatim. Sehingga pergelaran wayang kulit kali ini, dengan jumlah penonton yang masih dikontrol dengan sistem buka tutup portal masuk kompleks Taman Budaya, namun sudah menjadi satu perkembangan yang menggembirakan sampai nanti pertunjukan normal digelar seperti sebelum adanya pandemi. Dalang yang akan tampil pada pergelaran bulan Maret ini adalah Ki Katam Bawono dari Kabupaten Lumajang. Sedangkan lakon yang ditampilkan yakni Narayana Kridha Brata.
Pergelaran dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur Sinarto S.Kar., M.M. Dalam sambutanya Kadisbudpar menyampaikan pesan dari ibu Gubernur Jawa Timur bahwa beliau sangat menginginkan pedalangan terus lestari di Jawa Timur dan bisa menjadi stimulan pergerakan ekonomi berbasis kebudayaan. Kadisbudpar juga menyampaikan bahwa walau pergelaran wayang sudah mulai dipergelarkan di ruang terbuka, diharapkan tetap menjaga protokoler kesehatan karena situasi pandemi covid yang belum tuntas sepenuhnya. Selesai sambutan dilanjutkan dengan penyerahan tokoh wayang Narayana oleh Kadisbudpar Prov. Jatim kepada Dalang Ki Katam Bawono sebagai tanda dimulainya Pergelaran Wayang Kulit dengan lakon Narayana Kridha Brata.
Alur cerita lakon Narayana Kridha Brata menceritakan kisah perjalanan Prabu Kresna dimasa muda hingga menjadi raja di Dwarawati dengan mempersunting Dewi Rukmini. Kraton Kumbina geger, Sekar kedhaton Kumbina yakni Dewi Rukmini hilang dari kaputren. Raja Kumbina, Prabu Bismaka benar benar kehilangan muka. Beberapa Hari yang lalu, dia telah menerima lamaran Pandita Durna melalui Prabu Suyudana. Tak lama lagi calon Pengantin pria yakni Pendhita Durna akan hadir guna melangsungkan pernikahan dengan Dewi Rukmini. Kehadiran Raja Amarta, Prabu Puntadewa bersama adiknya, Raden Bratasena kendati cukup menghibur tetapi tak cukup menyelesaikan masalah. Terlebih setelah mengetahui Raden Permadi tidak ikuit serta dalam lawatan kali ini. Penjelasan Bratasena akan ketidak hadiran Permadi cukup menenangkan Prabu Bismaka. Tetapi kehilangan Dewi Rukmini tetap saja belum ada penyelesaian. Nama baik dan kehormatan Bismaka benar-benar dipertaruhkan ketika Prabu Duryudana, Pendhita Durna dan Para prajurit kurawa benar-benar hadir.
Beruntung Prabu Duryudana bisa menerima keadaan ini dan memerintahkan para prajurit pilihannya memasuki taman kaputren guna memastikan hilangnya Dewi Rukmini. Kenyataannya Rukmini benar-benar tidak berada di kaputren tatapi kurawa sempat mengetahui, bahwa Rukmini diculik dan dikuasi oleh seorang raksasa buruk muka. Dengan segenap usaha, Kurawa berusaha merebut Rukmini dari tangan raksasa itu. Akan tetapi tidak berhasil. Maling aguna tersebut memiliki kesaktian yang luar biasa.
Patih Sengkuni melaporkan kejadian ini kepada Duryudana dan Pandhita Durna. Diluar dugaan, ketidak hadiran Permadi justru dijadikan alasan kuat oleh Durna untuk menimpakan kesalahan pada satria Madukara ini. Pendhita Durna mayakini bahwa Permadilah yang menculik Dewi Rukmini. Alasannya sederhana. Permadi adalah satu-satunya ksatria yang mampu merubah wujud menjadi raksasa. Ringkasnya, raksasa yang menculik Rukmini adalah jelmaan Permadi. Ketidak hadirannya di Kumbina adalah salah satu upaya untuk merebut Rukmini dari tangannya. Tidak terima atas tuduhan ini, Bratasena segara keluar dari perhelatan guna mencari adiknya. Sekaligus memastikan apakah Permadi masih berada di Amarta sesuai dengan titah Prabu Puntadewa.
Di Kraton Amarta, karena mendapat wisik yang dari Begawan Abiyasa, Permadi meninggalkan keraton guna menghadap kakeknya di Sapta Arga. Disana dia mendapatkan perintah dari Abiyasa untuk menyusul ke Kumbina karena nampaknya pernikahan Pandhita Durna dengan Rukmini terhambat oleh satu masalah yang hanya Permadi yang bisa menyelesaikan. Oleh karenanya, Permadi segera menyusul Puntadewa ke Kumbina sekaligus menyampaikan titah dari Begawan Abiyasa.
Jauh diseberang lautan, anak laki-laki mendiang Prabu Kunjana Kresna yang bernama Prabu Yudyakala Kresna berniat melanjutkan obsesi ayahnya untuk melakukan ekspansi yang tidak tanggung-tanggung. Raja Raksasa yang mahasakti ini berniat menaklukkan para dewa dan ingin memegang kekuasaan mutlak di Jonggringsaloka, tempat Bethara Guru bertahta. Dia telah mengutus patihnya, seorang raksasa berkepala kuda bernama Patih Kudakala Kresna untuk melakukan pembicaraan diplomatis dengan para dewa. Tentu saja keinginan ini ditolak oleh Para Dewa. Akan tetapi dalam rangka mempertahankan kedaulatan secara phisik, para dewa tidak mampu mengalahkan amukan raksasa sakti itu, jangankan Prabu Yudyakalakresna, patih Kudakala Kresnapun tak mampu mereka kalahkan, para dewapun mundur.
Sidang darurat para dewa menetapkan, satu-satunya manusia yang bisa mengalahkan raja sakti ini hanyalah putra kedua raja Mandura, Prabu Basudewa dengan dewi Ruhini, yang bernama Narayana. Bethara Narada yang mendapat titah untuk menemui Narayana, segera turun ke dunia guna mencari adik Kakarasana yang terkenal sakti ini. Kita semua mengetahui, bahwa pada akhirnya Dewi Rukmini menjadi permaisuri Prabu Kresna, raja Dwarawati.
Ki Katam Bawono mempergelarkan Kesenian Wayang Kulit Lakon Narayana Kridha Brata diiringi grup kesenian Ngesthi Wiromo yang juga di bawah binaannya. Grup kesenian Ngesthi Wiromo beralamatkan di RT. 02 RW. 01 Desa Jatisari Kecamatan Tempeh Kabupaten Lumajang. Aggota grup kesenian yang hadir menyemarakkan pergelaran berjumlah 28 orang. (sn)