Pergelaran

Pergelaran Ketoprak Siswo Budoyo Lakon Sekartaji Kembar

Era kejayaan ketoprak di Jawa Timur terjadi pada tahun 70, 80 sampai 90-an. Dimana di era tersebut nama Grup Ketoprak Siswo Budoyo begitu terkenal. Disamping pentas keliling tobongan juga sering pentas di layar kaca terutama TVRI Jawa Timur. Bahkan sampai menggelar cerita berseri berhadiah bagi penonton layar kaca yang mampu menebak dengan tepat tokoh antagonis yang menjadi otak ontran ontran kemelut politik di sebuah kerajaan. Yang masih teringat dalam ingatan yakni lakon “Ampak-Ampak Singgelopuro”.

Pertukaran cinderamata antara Wakil Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibisono, SE dan Kadisbudpar Prov. Jatim Dr. Hudiyono, M.Si. (Foto dok. okto TBJT)

Perkumpulan Ketoprak Siswo Budoyo merupakan perkumpulan ketoprak profesional yang dahulu pentasnya diselenggarakan tiap malam atau tobongan, oleh sebab itu cara penyajiannya lain dengan ketoprak amatir yang pentasnya tidak tiap malam, tetapi kadang kala saja. Keberhasilan pementasan Ketoprak Siswo Budoyo terletak pada penyutradaraan yang baik, tata teknik pentas dan kekompakan para pemain. Setiap pementasan sutradara selalu dipegang oleh Ki Siswondo Hs. yang juga sebagai pimpinan grup.

Setelah Ki Siswondo Hs. meninggal kepemimpinan Grup Ketoprak Siswo Budoyo sempat diteruskan oleh anaknya, namun gempuran hiburan yang datang dari televisi dan internet tak bisa lagi ditahan. Membuat pentas tobongan akhirnya gulung tikar, karena tak mampu menarik penonton. Sempat muncul Ketoprak Siswo Budoyo Unit 2 di tahun 2016 dengan diadakan pembentukan pengurus yang kemudian dikukuhkan di gedung Tri Darma Tulungagung. Namun kebesaran Ketoprak Siswo Budoyo Unit 2 tetap tak bisa menyamai ketika dipimpin oleh Ki Siswondo Hs. Ketoprak Siswo Budoyo Tulungagung yang jelas masih ada. Dan tetap main di atas panggung, namun sudah tidak model tobongan lagi tapi tanggapan yang dalam istilah pentas Ludruk disebut “teropan”.

Adegan Pertarungan (Foto dok. okto TBJT)

Bertempat di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur pada Jum’at, 7 Juli 2023, pukul 20.00 wib. Ketoprak Siswo Budoyo Kabupaten Tulungagung menggelar pertunjukannya. Pergelaran dihadiri oleh: Gatut Sunu Wibowo, SE. selaku Wakil Bupati Tulungagung, Dr. Hudiyono, M.Si. selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur serta para pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Kepala OPD Pemerintah Kabupaten Tulungagung. Tampak hadir pula Dr. Ir. Heru Tjahjono, M.M. eks Sekdaprov Jatim, Dr. H. Jarianto, M.Si. selaku Widya Iswara BPSDM Jatim serta seniman legendaris Surabaya Cak Kartolo.

Dalam sambutan Gatut Sunu Wibisono, SE. selaku Wakil Bupati Tulungagung menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur yang telah memberikan kesempatan kepada grup Ketoprak Siswo Budoyo dari Kabupaten Tulungagung tampil di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Provinsi Jawa Timur. Sementara Dr. Hudiyono, M.Si. selaku Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur berharap bahwa kesenian ketoprak di Jawa Timur perlu dilestarikan, campur tangan dari pemerintah sebagai instansi pelestari kebudayaan bangsa.  Kadisbudpar Jatim mengajak seluruh masyarakat untuk mendukung semua program pemerintah dalam mengangkat kesenian di Jawa Timur, yang juga sebagai upaya mengangkat kesejahteraan para seniman di Jawa Timur.

Dua putri palsu jelmaan pembantu kerajaan Bancak dan Doyok (Foto dok. okto TBJT)

Antusiasme penonoton yang menyaksikan Pergelaran Ketoprak Siswo Budoyo sangat luar biasa. Semua request kursi penonton baik yang sifatnya pemesanan online atau on the spot habis terpesan. Banyak penonton yang mengaku kecewa karena tidak masuk ke dalam gedung karena tidak bisa menyaksikan secara langsung pergelaran ketoprak legendaris itu. Untuk mengobati kekecewaan para penonton yang tidak dapat tempat duduk maka dipasang layar lebar di Pendapa Jayengrana guna menyiarkan video dokumentasi di dalam gedung. Pertunjukan juga disiarkan secara langsung melalui Channel Youtube Cak Durasim milik Taman Budaya Jawa Timur.

Pagelaran ini di Sutradarai oleh Bambang Wijanarko, lakon Sekartaji Kembar, mengisahkan tentang Dewi Sekartaji atau lebih dikenal dengan Galuh Candra Kirana yang merupakan putri dari kerajaan Kediri yang sangat kesohor dengan kecantikan dan keanggunannya. Karenanya banyak raja maupun adipati yang ingin mempersuntingnya sebagai permaisuri, meskipun mereka tahu bahwa sejak kecil Dewi Sekartaji sudah dijodohkan dengan Panji Inukertapati atau Panji Asmara Bangun dari kerajaan Jenggala.

Putri palsu protes ke Resi Curiganata, adegan full humor (Foto dok. okto TBJT)

Seperti halnya kerajaan Giling Wesi dengan rajanya bernama Klana Mudha yang mengutus adiknya, Pangeran Klana Alit untuk melamar Dewi Sekartaji. Namun meski lamarannya ditolak mentah-mentah oleh Prabu Lembu Amiluhur raja Jenggala, alih-alih pulang ke Giling Wesi, Pangeran Klana Alit justru menyerbu Jenggala. Selain menginginkan Dewi Sekartaji, dalam lamaran tersebut terkandung maksud untuk menguasai Jenggala dan Kediri.

Kuatnya penyerbuan serta lengahnya pertahanan, membuat Jenggala nyaris kalah dan hanya bertahan di dalam benteng. Melihat kenyataan ini, Prabu Lembu Amiluhur meminta nasehat dan bantuan Curiganata, putra tertuanya yang menjadi Resi di Gunung Wilis. Sebagai penasehat spiritual Jenggala, Resi Curiganata mengemukakan bahwa akar permasalahan terletak pada keinginan Klana Mudha dalam mempersunting Dewi Sekartaji. Maka agar perang dapat dihentikan, sehingga tidak menambah jatuhnya korban, Dewi Sekartaji dan Dewi Ragil Kuning diserahkan ke Giling Wesi. Namun dengan merubah fisik dua pembantu laki-laki Bancak Doyok menjadi sosok Dewi Sekartaji dan Dewi Ragil Kuning.

Pemberian piagam penghargaan oleh Kadisbudpar Prov. Jatim Dr. Hudiyono, M.Si. kepada salah satu pemain (Foto dok. okto TBJT)

Resi Curiganata menyuruh Klana Alit pulang ke kerajaan Giling Wesi karena kedua orang putri kerajaan Kediri sudah ada di taman keputren. Taktik Resi Curiganata dengan emnciptakan dua putri kembar palsu berhasil, kerajaan Giling Wesi akhirnya bisa dihancurkan oleh kerajaan Kediri termasuk juga andil dari Raden Panji Asmara Bangun dari kerajaan Jenggala calon suami Dewi Sekartaji. Raja Klana Mudha dan adiknya Klana Alit berhasil dibunuh, kerajaan Kediri mengalami ketentraman kembali.

Ada yang menarik dari Pergelaran Ketoprak Siswo Budoyo dari Kabupaten Tulungagung ini, yakni tampilnya para seniman mudha yang menjadi tulang punggung pergelaran. Baik para pengrawit, wira swara termasuk juga aktor dan aktris banyak diisi oleh seniman muda. Ini menjadi pertanda baik bahwa regenerasi kesenian ketoprak di Kabupaten Tulungagung masih berjalan. Masih ada anak-anak muda yang mau terjun langsung menggeluti dunia teater tradisi khususnya ketoprak yang eksistensinya di Jawa Timur tidak secemerlang dahulu. Kesenian Ketoprak masih ada dan eksis, masih banyak generasi muda yang menggelutinya dan kesenian ketoprak tetap eksis mengarungi zaman. (pr)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.