Pergelaran Ludruk Angling Dharma Bojonegoro, Lakon “Pendekar Lor Kali”

Taman Budaya Jawa Timur pada Jum’at 8 September 2023 jam 19.00 wib. menggelar pertunjukan ludruk.  Grup yang mengisi pada pergelaran tersebut adalah grup ludruk Angling Dharma dari Kabupaten Bojonegoro pimpinan Kadarminto H.S. Lakon yang yang akan dipergelarkan berjudul “Pendekar Lor Kali (Sarip Tambak Oso)”. Penulis naskah sekaligus sutradara Suyanto, S.Pd. yang biasa dipanggil dengan “Pak Dhe Suyanto Munyuk”. Pergelaran dilaksanakan di Gedung Kesenian Cak Durasim Taman Budaya Jawa Timur.

Penyerahan piagam penghargaan oleh Sekretaris Disbudpar Jatim Edy Supaji, SH., M.M. kepada pimpinan grup ludruk Angling Dharma Bojonegoro Kadarminto H.S. didampingi Kepala Taman Budaya Jatim Ali Ma’ruf, S.Sos., M.M. (Foto dok. okto TBJT)

Pergelaran dibuka oleh Sekretaris Dinas Kebudayaan dan pariwisata Provinsi Jawa Timur Edy Supaji, SH., M.M. Dalam sambutannya Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim berpesan agar masyarakat selalu menjaga budaya bangsa terutama Jawa Timur karena kebudayaan yang kita miliki merupakan jati diri bangsa. Penonton tidak hanya datang dari kalangan dewasa namun banyak juga kalangan muda yang turut mengapresiasi.

Pertunjukan ludruk senantiasa menempati rating tertinggi diantara berbagai sajian pergelaran teater tradisi yang diselenggarakan oleh Taman Budaya Jatim. Kursi di Gedung Cak Durasim penuh terisi, bahkan sampai pergelaran usai penonton tak beranjak dari kursinya. Applaus meriah menggemuruh ketika pergelaran selesai. Yang lebih patut lagi untuk diapresiasi adalah semakin meningkatnya antusiasme penonton dari kalangan muda baik dari kalangan kampus atau eksekutif muda. 40% Ticket gratis online yang disediakan dari keseluruhan kursi yang berkapasitas 412, hampir 99% diindent oleh kalangan muda. Hal ini bisa menjadi bukti bahwa ludruk semakin digemari oleh kalangan muda.

Sarip menitipkan simboknya kepada kakaknya Mualim karena mendapat ancaman (Foto dok. okto TBJT)

“Pendekar Lor Kali” berkisah tentang ketokohan seorang pendekar Sarip Tambak Oso dimasa Penjajahan Kolonial Belanda. Sejak jaman politik dagang VOC, hingga usaha penguasaan wilayah Pemerintahan Negeri ini selalu mendapatkan perlawanan, baik itu secara  individu maupun terorganisir. Seorang pendekar legendaris “Lor Kali Porong” adalah salah satu contoh pembangkang pembayaran pajak pada Gouverment Belanda. Dia berjuang bagaikan Robin Hood mencuri dan merampas harta milik penjajah, tuan tanah, antek-antek Belanda, rentenir pencekik leher rakyat cilik, untuk kembali dibagikan kepada kaum miskin yang tertindas. Sedikitpun tak ada yang dia nikmati sendiri beserta keluarganya. Perjalanan hidup sang “Pendekar Lor Kali” pun penuh misteri.

Menurut penulis naskah sekaligus sutradara Pak Dhe Suyanto Munyuk, pengambilan lakon cerita ini  karena dilatarbelakangi oleh sebab:

1. “Sarip Tambakoso” Sebagai salah satu cerita ludruk yang cukup populer dan identik sekali sebagai salah satu cerita ludruk jawa timur.

2. Difokuskan oleh suatu daerah (Sidoarjo) bahasan tokoh Sarip dinilai dan dianggap ada sebagai tokoh anti kolonial.

3. Adanya kontroversi pada era perjuangan diantaranya:  Ada yang berpendapat di masa VOC, ada yang menyimpulkan berjuang pada abad 19,  ada yang mengkultuskan sebagai keluarga keturunan Sarip, tokoh Sarip melegenda dan Sarip identik sekali dengan lakon ludruk Jawa Timur.

Lakon cerita ini cara penyajian dan alur ceritanya sesuai dengan kreatifitas sutradara. Banyak cerita tentang tokoh Sarip yang dipentaskan di gedung pertunjukan hanya terbungkus dalam cerita dan tidak divisualisasikan. Lemahnya sanggit penulisan cerita dan keengganan sutradara karena takut melawan pakem lakon. Dengan alasan-alasan diatas maka penulis naskah yang sekaligus sutradara ingin menyajikan sebuah sajian lakon tersebut dengan sanggit cerita yang berbeda, namun tidak menabrak rel ceritanya. Sedangkan judul yang dipilih “Pendekar Lor Kali” adalah sebagai ajakan untuk berfikir secara geografis bahwa kali porong yang membujur di wilayah Sidoarjo adalah dari barat sebagai hulu dan mengalir ketimur bermuara ke laut, sehingga jika ada dua tokoh pendekar mestinya pendekar lor kali dan kidul kali porong. Dengan demikian tokoh Sarip Tambakoso disebut dengan pendekar lor kali dan Paidi sebagai pendekar kidul kali.

Sarip kecil dalam gendongan simboknya ketika akan diringgalkan bapaknya yang bernama Joko Mudho untuk berjuang bersama Pangeran Diponegoro mengusir penjajah Belanda (Foto dok. okto TBJT)

Penulis naskah ingin membedahnya dengan sanggit cerita, dengan harapan sajian ini lebih menarik dan sangat berbeda dengan sanggit cerita-cerita yang lazim disajikan pendahulunya. Penulis naskah juga tidak ingin menyajikan lakon “Pendekar Lor Kali” dengan monoton. Kilas balik Sarip dimasa kecil yang biasanya tersampaikan melalui dialog  dalam adegan, kali ini coba diberikan sajian dalam bentuk visual adegan.

Dalam konsep garap cerita penulis naskah sekaligus sutradara ingin menyingkap dan menyampaikan kesan cerita ini sebagai tontonan, tuntunan, tatanan, serta titian kreatifitas. Edukasi muatan cerita yang mudah dan indah untuk ditonton melalui alur cerita yang tersajikan. Flashback atau kilas balik akan tersajikan melalui konsep yang mungguh realistis bahkan terkonsepkan dua masa kilas balik. Akan kami sampaikan pada naskah berikut, dua masa yaitu; saat Sarip masih kecil sebagai anak berkisar umur 7 tahun, dan saat Sarip masih dalam usia bayi dalam gendongan. Cerita inilah yang nantinya Sarip mengetahui dan memahami siapa dirinya. Sejak kecil sudah dalam masa sulit, masa kolonial dan terdzolimi oleh ketamakan sang ridwan pamannya. Gejolak jiwa Sarip saat dewasa diwarnai oleh masalah-masalah kecil. jiwa mudanya akhirnya bergejolak melawan ketamakan, kesewenang-wenangan dan penjajahan serta ingin membela, menolong orang kecil dalam kemiskinan.

Pertarungan dua pendekar lor kali Sarip/kanan dan pendekar kidul kali Paidi/kiri (Foto dok. okto TBJT)

Tim Produksi Pergelaran Ludruk Angling Dharma lakon “Pendekar Lor Kali”: Ketua : K. Dharminto H.S., Penanggung Jawab : Suyanto S.Pd., Penulis Naskah/Sutradara : Suyanto S.Pd., Tim Kreatif /Dokumentasi : Aditya Pebrianto S.Sn., Penata Busana/Rias : Ria W.F., Property : Ahmad Alfiansyah, Joko Santoso, Penata Iringan : Krisna Juliananta, Lighting : Teater Awu.

Pemain : 1. Sarip : Alfian Dharmayana, 2. Sarip Kecil : Panji, 3. Simbok Sarip 1 : Nurlila, 4. Simbok Sarip 2 : Silvya Anggraeni, 5. Paidi : Novam Fajar Yulianto, 10. Lurah Tambakoso : Mu’in Kamto, 11. Lurah Sedati : Edi Rantoko, 12. Lurah Gedangan : Agus Budiono, 13. Lurah Waru : Mahendra, 14. Bapak Sarip “Bagus Mudho” : Trio Wahyu Aji, 15. Guru Sarip : Sumantri, 16. Saropah : Ayu Tri Kusumawati, 17. Mu’alim : Sutikno, 18. Istri Mu’alim : Juwita, 19. Pendekar Bayaran Sedati : Aditya Nur Rahmad S.S, 20. Penari Remo : Eko Kadiono, 21. Lawak / Pengidung Poor : Pasir Sanjaya (Cak Bibit), 22. Lawak Totol 1 : Cak Dasin, 23. Lawak Totol 2 : Cak Konyil (pr)

Seksi Dokumentasi Publikasi

Staff Pada Seksi Dokumentasi Dan Publikasi UPT Taman Budaya Provinsi Jawa Timur, Jabatan Pelaksana : Penyusun Bahan Publikasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.